Bab V

Sinar matahari menyapa sebagian penghuni bumi menandakan bahwa hari sudah berganti. Mata yang masih berat terpaksa harus terbuka.

Nghhh.. sambil meregangkan otot-otot Agatha melenguh. Seperti kebanyakan orang pada umumnya ia tidak langsung bangun melainkan bengong, itu adalah hal yang sering terjadi padanya.

Setelah selesai bengong barulah dia mengingat jam bahwa kadang saat bengong itu waktu tidak terasa jadi tanpa menunggu lama ia bergegas mandi dan bersiap setelah itu sarapan.

Saat menuruni tangga, Agatha mendengar suara tawa dari meja makan. Ternyata sudah ada daddy, bunda dan Dita disana.

Melihat daddynya yang tersenyum gembira bercengkerama dengan bunda dan saudara tirinya membuat hatinya sedikit terbuka bahwa daddynya pasti merindukan sosok istri. Itu juga menjadi alasan ia menyetujui daddynya menikah.

“Pagi semua” sapa Agatha

“Pagi juga sayang” jawab sang daddy dengan senyum merekah

Melihat interaksi mereka, Dita mengepalkan tangannya yang ada di bawa meja.

“Kenapa susah sekali membuat anak dan ayah ini bermusuhan”

Bagaimana tidak, selama setahun ia tinggal bersama tapi tidak membuah kan hasil. Setiap ia membuatkan Agatha masalah tidak pernah bertahan lama.

“Pagi juga kakakku” dengan senyum yang indah ia tampakkan tanpa menunjukkan gelagat aneh.

“Pagi sayang, sini duduk kita mulai sarapannya” balas Wanda

Mereka pun mulai sarapan dan sesekali berbincang. Hingga masing-masing dari mereka satu persatu berpamitan pergi dan meninggalkan Wanda dan para pelayan di mansion.

• Negara Q •

“Sekarang kamu tinggal dengan paman” ucap pria parubaya pada seorang anak laki-laki.

Anak itu hanya mengangguk sekali dengan wajah datar.

Arslan Swaftgard seorang anak laki-laki usia 13 tahun dengan wajah tampan dengan lesung pipit yang manis jika tersenyum dan tegas postur tubuh tegak dengan usianya yang muda ia sudah melakukan pelatihan keras untuk ototnya.

Arslan juga satu-satunya pewaris Swaftgard Group perusahaan bergerak dibidang minyak bumi terbesar di Benua WM tempat dimana negara besar berkumpul.

Pamannya Mark Hutson pria berusia 53 tahun tapi tubuhnya yang kekar bugar seolah menolak umurnya, adik dari mommy Arslan itu adalah seorang pengusaha tambang batu bara dan nikel. Mark juga salah satu orang terkaya dinegara Q. Baru saja ia datang dari negara X karena dia sekarang sebatang kara. Orang tuanya yang baru saja meninggal membuat dia menjadi pendiam dan seperti orang bisu yang tak berbicara sama sekali.

Paman Mark pun sama, tidak memiliki keluarga lain dan tidak menikah. Mereka hanya dua bersaudara dengan mommy Arslan, Mark berfikir ia memiliki tanggung jawab pada Arslan sekarang karena mereka berdua tidak memiliki siapa-siapa lagi.

“Bi ratna” Mark memanggil kepala pelayan mansionnya.

“Iya Tuan”

“Tolong panggilkan semua pelayan bi”

“Baik Tuan”

“Oh iya bi tolong buat kan kami minuman”

“Baik Tuan” mengangguk dan sedikit membungkuk

Setelah pelayan itu pergi, Mark dan Arslan duduk di sofa ruang tamu. Sambil menunggu minuman dan para pelayan datang mereka berbincang.

“Besok kamu akan masuk sekolah langsung”

Arslan hanya mengangguk tipis, seperti kebiasaannya yang baru.

“Huft.. apa kamu tidak ada yang ingin diceritakan pada paman?” merasa keponakannya itu akan menjadi anak yang tertutup Mark jadi curiga jika mentalnya terguncang.

Arslan hanya menggeleng dengan raut wajah yang datar. Mark tidak tau menau soal mental maka dari itu dia berencana membawanya ke psikiater.

Semua pelayan sudah berkumpul di hadapan Mark dan Arslan.

“Baik.. perkenalkan ini keponakan saya, namanya Arslan Swaftgard mulai hari ini dia akan tinggal disini jadi perlakukan dia dengan baik”

“Baik Tuan.. Selamat datang Tuan muda Arslan” ucap kepala pelayan lalu di ulang dengan serentak oleh seluruh pelayan.

Yups.. seperti yang di prediksi Arslan hanya mengangguk pelan tanpa susah-susah mau berbicara.

Beberapa pelayan heran dan takut, mereka berfikir mereka melakukan kesalahan sehingga Tuan muda itu tidak berbicara.

“Haha.. jangan heran, memang Arslan agak pendiam. Ya sudah Arslan kamu istirahat dulu ke kamar kamu”

“Bi ratna tolong antar Arslan”

“Baik Tuan.. mari Tuan muda” mereka pun berjalan menjauh

“Kalian dengar.. jangan ada yang membahas tentang orang tua Arslan dan jangan sekali-sekali ada yang berniat tak sopan padanya karena Arslan sudah saya anggap sebagai anak saya sendiri, kalian paham”

“Paham Tuan”

“Bubar” semua pelayan pun dengan rapi menjauh dari pandangan Tuannya. Untuk bi ratna dia orang pertama yang Mark beritau tentang larang itu.

Di dalam kamar yang luas Arslan hanya duduk ditepi kasurnya tanpa melakukan apapun. Tiba-tiba dia mengingat kejadian sewaktu masih di negara X. Dia tersenyum tipis bahkan sangat tipis, jika dilihat sekilas seperti tidak senyum tapi jika diperhatikan dengan jelas senyum itu memperlihatkan lesung pipinya yang manis.

To be continued..

Hay hay

trimakasih sudah mampir

Jangan lupa jejaknya yah 😍

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***