Bab 3 Pagi Pertama di Rumah Kontrakan

Beberapa menit kemudian, di dapur sempit kontrakan. Ayuna menuangkan air panas ke dalam dua cangkir kecil. “Maaf ya, aku cuma punya teh celup dan roti sisa semalam.”

Arjuna duduk di kursi plastik. “Hei, kamu nikahin aku, bukan katering.”

“Aku serius lho. Kamu nggak nyesel?”tanya Ayuna

“Belum sempat nyesel. Aku masih mikir, ini mimpi atau enggak.” jawab Arjuna

Ayuna tersenyum kecil. “Kita beneran nekat, ya?”

“Bisa dibilang nekat, bisa juga… keren.” ujar Arjuna

“Keren karena nikah dadakan sama cewek random?”tanya Ayuna

Arjuna mengangkat bahu. “Daripada dijodohin sama tante-tante kolega Papa. Mereka panggil aku ‘Juna sayang’ waktu baru lima menit kenalan.”

Ayuna nyekikik. “Astaga.”

“Serius. Ada yang kasih aku foto ultrasound, bilang itu anak kami masa depan. Aku trauma.” ujar Arjuna

Ayuna tertawa makin keras. “Kamu tuh beneran aneh.”

“Kamu lebih aneh. Ngajak satpam nikah di depan Indomaret.” jawab Arjuna

Ayuna menunjuk dirinya sendiri. “Perempuan dengan luka lama, masa lalu kelam, dan keputusan nekat.”

Arjuna menunjuk dirinya. “Lelaki penuh rahasia, sok cool, dan tidur pakai sepatu.”

Mereka tertawa bersama lagi.

---

Setelah sarapan darurat.

Arjuna berdiri di tengah kamar kontrakan sambil memandang sekeliling. “Kamu tinggal di sini sendirian?”

“Iya. Udah tiga tahun. Sejak aku batal kuliah dan kerja serabutan.” jawab Ayuna

Arjuna menatap Ayuna. “Batal kuliah kenapa?”

Ayuna terdiam sejenak. Lalu menjawab lirih, “Biaya kuliah mantan pacarku. Dia bilang akan nikahiku setelah sukses. Tapi ternyata…”

Arjuna mengangguk. “Dia nikah sama cewek lain?”

Ayuna tersenyum pahit. "Iya tapi belum sekarang tapi nanti tepatnya besok, dia akan menikah di depan mataku. Bahkan di atas pelaminan yang tadinya kupikir buatku dengan biaya dari tabungan ku.”

Arjuna terdiam. “Gila. Parah banget.”

“Aku gak mau di bodohi lagi oleh orang orang itu, karena itu aku ingin membalikkan keadaan, lusa" ujar Ayuna

“Dan kamu pakai kesempatan itu buat nikahin satpam?” tanya Arjuna

Ayuna menyengir. “Bisa dibilang begitu, tapi aku gak memikirkan dia kerja apa atau berpangkat apa , yang aku tau aku ingin menikah dengan pria yang ku lihat pertama kali semalam dan dapat membuat ku nyaman. Dan ternyata itu kamu mas"

“Kalau gitu aku harus bersyukur kamu di khianati kalau gitu” ujar Arjuna sembari tertawa

“Apa.... Tega banget kamu mas... belum dua puluh empat jam Lo kita nikah" ujar Ayuna pura pura kesal

“Hei, maksudku... jadi aku bisa ketemu kamu.” jelas Arjuna cepat

Mereka saling menatap. Sebentar. Lalu Ayuna buru-buru membuang pandangan.

“Mas, aku minta satu hal.” ujar Ayuna

“Apa?” tanya Arjuna

“Setelah ini, kita hidup sederhana aja ya. Aku kerja, kamu kerja. Nggak usah mikirin masa lalu.” jawab Ayuna

Arjuna mengangguk pelan. “Deal. Tapi aku juga minta satu hal.”

“Apa?” tanya Ayuna balik

“Jangan pernah tanya aku kerja di mana, ya.” ujar Arjuna

Ayuna mengernyit. “Kenapa?”

“Nggak sekarang. Nanti juga kamu tahu sendiri. Tapi janji dulu.” jawab Arjuna

Ayuna ragu-ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Oke. Janji.” jawab Ayuna

"Tapi kamu bukan tukang palak kan, atau satpam gelap" tanya Ayuna

Arjuna menyentil dahi Ayuna

"Aduhhh.... ,mas sakit" kesal Ayuna

"Ini kepala kecilmu mikir terlalu jauh, tenang saja semua halal " ujar Arjuna meyakinkan

"Iya iya aku percaya" jawab Ayuna

---

Beberapa jam kemudian,

Ayuna berdiri di depan pintu rumah sambil mengancingkan blouse kerja yang agak lusuh.

“Mas, aku berangkat dulu ya. Hari ini aku kerja. Kamu jaga rumah.” ujar Ayuna

Arjuna menoleh dari kasur lipat. “Oke. Hati-hati.”

Ayuna tersenyum, lalu pamit. Tapi sebelum benar-benar pergi, ia menoleh sekali lagi.

“Mas…” panggil Ayuna

“Hmm?” gumam Arjuna

“Aku senang bisa nikah sama kamu.” ujar Ayuna

Arjuna menatapnya.

“…Aku juga, Ayuna.” jawab Arjuna

Dan saat pintu tertutup, Arjuna mengeluarkan ponsel dari saku jaket lusuhnya, lalu menekan tombol cepat.

“Ya. Siapkan mobil cadangan. Saya ke kantor sore ini. Dan… tolong jangan biarkan wartawan tahu saya menginap semalam di rumah kontrakan.” ujar Arjuna

Suara dari seberang menjawab, “Baik, Tuan Arjuna.”

Sorenya, Ayuna pulang kerja dengan langkah gontai. Sepatu flat-nya basah karena hujan gerimis yang turun sejak siang. Rambutnya kusut, tasnya berat, dan satu hal yang paling ingin dia lakukan adalah: tidur.

Namun begitu membuka pintu, aroma nasi goreng langsung menyambutnya.

“Mas?” panggil Ayuna sambil melepas sepatunya.

“Di dapur!” sahut suara Arjuna dari dalam.

Ayuna berjalan cepat. Begitu masuk dapur, matanya langsung membesar. Arjuna berdiri di depan kompor, mengenakan apron motif bunga pink… terbalik.

“Kamu masak?” tanya Ayuna, tak percaya.

“Bukan. Ini sulap.” jawab Arjuna dengan muka datar.

Ayuna tertawa. “Itu apron kok kayak punya ibu kos ya?”

“Minjem. Katanya biar aura masakannya lebih ‘rumahan" jawab Arjuna asal

Ayuna memandangi nasi goreng di wajan. Aromanya menggoda.

“Wah, beneran bisa masak ternyata.” ujar Ayuna tak percaya

“Dulu pernah kerja jadi tukang masak di kapal.” jawab Arjuna

“Bohong!” seru Ayuna

“Ya, iya sih. Tapi aku emang bisa masak. Sedikit.” jawab Arjuna

Mereka duduk berdua di lantai, makan dengan piring di pangkuan. Sambil makan, Ayuna melirik wajah suaminya itu. Walau bajunya lusuh, kulitnya gelap sedikit kemerahan karena matahari, tapi… matanya hangat.

“Mas…” panggil Ayuna

“Hmm?” gumam Arjuna

“Kalau kamu bukan satpam… kamu sebenarnya siapa?” tanya Arjuna

Arjuna melirik. “Ayuna, kamu sudah janji.” ingat Arjuna

“Iya, iya. Cuma… kamu terlalu ‘rapi’ buat ukuran cowok kontrakan biasa.” jawab Ayuna

“Rapi?” tanya Arjuna

“Kuku kamu dipotong bersih. Punggung tanganmu kayak bekas jam mahal. Terus kamu nggak pernah salah naruh sendok, bahkan waktu masak.” jawab Ayuna

Arjuna terdiam sebentar. Lalu tertawa.

“Kamu terlalu jeli.” ujar Arjuna

“Aku mantan anak ekonomi manajemen. Mataku nggak bisa dibodohi.” ujar ayuna

Arjuna tersenyum. “Tapi kamu tetap nikahin aku waktu aku pakai seragam satpam.”

“Karena instingku bilang kamu baik.” jawab Ayuna

“Dan ternyata… instingmu bener.” ujar Arjuna

Ayuna tersipu. “Mas…”

Arjuna memandang Ayuna lekat-lekat. “Aku janji, suatu hari nanti kamu bakal tahu semuanya. Tapi sekarang, nikmati aja dulu masa bulan madu kita… yang pakai nasi goreng sisa bumbu.”

Ayuna tertawa kecil. “Setuju.” Ayuna lalu berlalu menuju kulkas dan membuka kulkas kecil di dapur. Ia terkesiap.

“Mas! Ini… ini daging wagyu?!" tanya Ayuna kaget

“Oh, iya. Dapet diskon katanya di toko online. Kaget juga kirain isinya tahu isi.” jawab Arjuna

Ayuna menatap curiga. “Mas, kamu beli daging kayak gini pakai apa?”

“E-Wallet.” jawab Arjuna polos

“Saldo kamu berapa sih?” tanya Ayuna

“Hmm… 25.” jawab Arjuna

“25 ribu?” tanya Ayana lagi

“25 juta. Eh, maksudnya... ya segitu-segitu lah.” jawab Arjuna keceplosan

Ayuna menatap Arjuna seperti menatap alien. “Mas…”

“Iya?”

“Kamu kaya, ya?” tanya Ayuna

Arjuna menyengir. “Aku… kerja keras aja.”

Ayuna menunjuk wajah Arjuna. “Nih ya, aku kasih waktu tujuh hari buat jujur. Kalau enggak, aku bakal selidikin sendiri.”

“Wah, istri detektif.” ujar Arjuna

“Beneran lho. Aku penasaran setengah mati.” ujar Ayuna

Arjuna tertawa sambil memeluk bahu Ayuna. “Tapi kamu masih mau nikah sama aku?”

Ayuna menyandarkan kepala di bahunya. “Aku udah nikah. Udah sah. Dan… entah kenapa, aku nyaman.”

Arjuna menatap langit-langit.

“Kalau kamu tahu siapa aku sebenarnya… masihkah kamu bilang nyaman, Ayuna?”

Bersambung

Terpopuler

Comments

𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)

𝓡𝓪𝓲𝓷𝓪 (来奈)

Nyaman mas, pake banget malah 🤣🤣🤣

2025-07-23

0

Rosmayanti 80

Rosmayanti 80

lanjut

2025-07-23

0

Supryatin 123

Supryatin 123

lnjut thor 💪💪💪.

2025-07-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!