Pagi ini, Zinni pergi bekerja seperti biasanya. Berjalan ke depan sedikit kurang lebih 200 meter menuju jalan besar untuk mencegat angkot.
"Zinni, awas, ya, hanya sampai besok malam jam delapan, kesempatan kamu bayar uang kost, kalau tidak, terpaksa kamu harus angkat kaki dari kost-an itu," cegat Bu Mila dengan wajah tegas dan judes.
"Baik, Bu." Zinni membalas dengan raut wajah sedih. Baru saja keluar rumah, sudah kena omel dan tagih yang punya kost.
Beruntung, angkot yang mau dicegatnya sudah tiba. Sehingga Zinni tidak perlu menunggu lama.
Lima belas menit kemudian, Zinni tiba di TK Dahlia, dia segera menuju pintu gerbang dan memasukinya.
"Bu Zinni, tungguin Nadaaa." Dari arah luar nama Zinni sudah diteriaki seorang bocah. Nada berlari kecil seraya merekahkan kedua tangannya. Zinni siap menyambut. Sementara di belakang Nada, seorang lelaki dewasa tampan dengan wajah tegas menatap risau ke arah Nada.
"Sayang, jangan lari. Kita baru sampai. Papa takut kamu jatuh," peringat Excel khawatir.
"Tidak, Papa, kan, ada Bu Zinni," tukas Nada seraya memegang erat tangan Zinni.
"Baiklah, Nada segera masuk, ya. Papa harus ngantor dulu. Assalamualaikum." Excel berpamitan dan segera berlalu dari depan TK Dahlia, tanpa menyapa Zinni yang sudah memberikan senyuman.
"Ihhh, amit-amit, judes amat," dumelnya. "Ayo, Sayang, kita masuk," ajak Zinni pada Nada. Dia menarik lengan kecil. Di belakangnya teman-teman Nada memanggil Nada dan Zinni saling bersahutan.
"Nada, Bu Ziini, assalamualaikum," seru mereka. Zinni menoleh, lalu berdiri menunggu murid-murid kesayangannya.
"Ayo, anak-anak, segera masuk. Bel sebentar lagi berbunyi," suruh Zinni. Anak-anak TK itu memasuki ruangannya dengan perasaan senang, menyimpan tasnya di meja masing-masing. Kemudian mereka kembali keluar, untuk berbaris di samping kelas seperti biasa.
Satu per satu murid TK memasuki ruangan setelah diperiksa kuku dan mencium tangan Gurunya. Di dalam ruangan, suasana masih riuh dan belum teratur. Maklum bocah. Bisa duduk rapi dan mulutnya diam, kalau sudah diberi peringatan dengan penuh kesabaran.
Di dalam satu kelas ada dua Guru. Guru utama dan pendamping. Zinni merupakan Guru pendamping Bu Farah. Sebagai Guru pendamping, Ziini sudah tahu kewajibannya. Ia segera ambil komando, dan menyiapkan anak-anak untuk belajar.
"Duduk rapi, siap, tangan di depan kepala ditegakkan, berdoa dimulai." Zinni memberi aba-aba seperti biasa sebelum memulai pelajaran. Anak-anak TK itu mengikuti Zinni dengan berbagai tingkah lucu.
Dengan penuh kesabaran, Zinni mengarahkan mereka diiringi senyum ringan dan menyenangkan. Terkadang celotehan kecil terdengar dari bibir-bibir mungil itu. Ziini hanya mengarahkan telunjuknya, bahwa saat ini sedang akan berdoa dan belajar.u
Proses belajar yang menyenangkan di dalam kelas, sudah berjalan. Suasana tercipta dengan hangat dan menyenangkan.
Tiba jam istirahat, anak-anak keluar kelas berebut ingin segera sampai di taman bermain yang sudah mereka nanti-nantikan sejak di dalam kelas.
"Anak-anak, jangan berebut. Kalau yang belum kebagian, harus menunggu temannya selesai, ya. Dan, bagi yang sudah kebagian, harus berbagi dengan temannya yang belum," ujar Zinni memberi pengertian kepada anak-anak asuhnya sembari mengikuti dan mengawasi dari belakang.
Tanggung jawab Zinni bukan hanya mendampingi di dalam kelas, melainkan sampai di luar kelas. Mengawasi anak-anak dari ancaman dan keselamatan, adalah tugasnya. Anak-anak juga tidak boleh keluar dari lingkungan TK, karena itu sangat rentan dengan keselamatan mereka.
Jam istirahat telah usai, Zinni kembali menggiring anak-anak memasuki kelasnya. Setelah istirahat, mereka akan makan siang dengan bekal yang sudah dibawa.
Tepat jam 10.00 Wib, tiba waktunya pulang. Zinni dan Guru yang lain menyiapkan anak-anak untuk pulang. Setelah doa selesai, anak-anak keluar kelas dengan rapi, tanpa berdesakan.
"Zinni, ada kabar di grup TK B, papanya Nada akan telat jemput. Tolong, awasi Nada, ya," perintah Bu Gaifa, sang Kepala Sekolah.
"Oh, iya, Bu. Baik," patuh Zinni, seraya menghampiri Nada yang sudah keluar kelas dan berada di pekarangan TK Dahlia.
"Nada, papanya Nada akan menjemput sedikit telat. Nada boleh menunggu di sini bersama Bu Zinni," ajak Zinni seraya meraih lengan Nada.
"Aku mau main dulu, Bu Guru," pinta Nada.
"Baiklah. Mumpung ada temannya. Hati-hati, ya. Jangan dorong-dorongan," peringat Zinni seraya bangkit mengikuti Nada yang kini berlari kecil menuju taman bermain di lingkungan TK itu.
Karena di kelasnya yang masih belum dijemput hanya Nada, jadi Zinni hanya mengawasi Nada saja. Sementara anak yang lain dari kelas yang lain, diawasi juga oleh Guru dari kelasnya.
"Bu Guru, aku mau main perosotan," teriak Nada. Zinni menghampiri, lalu membantu menaikan Nada ke tangga. Di atas puncak perosotan Nada mulai antri dengan dua teman lainnya. Zinni masih mengawasi sampai anak-anak itu merosot ke bawah.
Beberapa kali permainan itu diulang Nada dan kedua temannya, mereka sangat bahagia dan kembali menikmati permainannya, tanpa kendala.
Rafika menaiki tangga kembali, di puncak perosotan dia bersiap meluncur, beberapa detik kemudian ia meluncur dan tubuhnya merosot sempurna. Tiba di bawah, dia akan diam sejenak menunggu temannya yang akan merosot, setelah temannya tiba, Rafika akan kembali menaiki tangga lalu mengulang permainan, begitu dan begitu.
Kini giliran Imel, dia telah merosot sempurna, lalu menunggu Nada di bawah. Nada kini mulai meluncur. Saat di tengah perosotan, sebelum Nada tiba, Imel sudah berdiri dan berlari kecil menuju tangga.
"Imel ... jangan tinggalkan Nada," teriak Zinni seketika. Bersamaan dengan itu, tubuh Nada sudah melorot dan terjungkal dengan kepala tepat di lantai perosotan.
"Akkhhhhhh," teriaknya kencang membuat orang di seisi ruangan TK terkejut dan keluar. Zinni langsung menghampiri dan meraih tubuh Nada yang sudah tersungkur, tangannya yang hendak menggapai tubuh Nada taadi, ternyata tidak sampai dan Nada keburu merosot tanpa rem.
Semua Guru yang ada di taman bermain terkejut, termasuk yang berada di dalam, menghampiri jatuhnya Nada. Nada segera diraih dan didekap dalam pangkuan Zinni.
"Ehhh, ada apa ini, kenapa dengan anak saya?" Bersamaan dengan itu, Excel muncul, dia sempat melihat kejadian saat Nada sudah berada di bawah.
Wajah Excel merah penuh amarah, lalu meraih paksa Nada dari pangkuan Zinni. "Papaaa." Nada menangis dalam pelukan Excel dan terdengar kesakitan.
"Ya ampun Bu Zinni. Apa Anda tidak mengawasi anak didiknya? Kan sudah tugas Anda mengawasi Nada sebelum orang tuanya datang?" Bu Gaifa sang kepala sekolah menegur keras Zinni. Matanya bersinar galak, kecewa dengan pekerjaan Zinni yang mengakibatkan salah satu murid di TK itu kecelakaan.
Semua Guru yang masih berada dalam ruangan, keluar ruangan untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Kenapa ini bisa terjadi, Bu? Harusnya Guru di sini mengawasi anak didiknya dengan baik sampai orang tuanya datang menjemput? Bukankah tadi saya sudah kirim pesan menitipkan anak saya sebentar karena saya telat menjemput? Saya tidak mau tahu, Guru yang lalai dengan keselamatan anak saya, harus bertanggung jawab," tuntut Excel seraya menatap Zinni penuh amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
waduh galak amat papa nya Nada
2025-07-19
1
Nasir
Mana komen kalian Readers?
2025-07-17
1