Bab 04 Tidur Dalam Kebingungan

Suara langkah pelan menyusup ke dalam kamar yang sunyi. Meskipun matanya terpejam, Zeya tahu siapa yang masuk. Napasnya nyaris berhenti ketika suara pintu tertutup pelan, diikuti aroma khas parfum yang kini mulai akrab di inderanya.

Ares.

Langkah itu mendekat. Tidak terburu-buru. Tidak ragu. Hingga akhirnya ia merasakan sesuatu menyentuh pucuk kepalanya.

Tangan besar itu mengusap rambutnya dengan gerakan lembut. Zeya berusaha tetap memejam, berlagak tidur. Tapi sentuhan itu terlalu nyata... terlalu hangat.

"Kamu belum tidur, ya?" Suara itu dalam. Tenang. Tapi menyelipkan sesuatu yang membuat jantung Zeya mencelos.

Dari mana dia tahu? pikir Zeya panik. Apa napasku terlalu cepat? Atau tubuhku menegang?

“Sayang…” suara itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat. “Buka mata kamu. Aku tahu kamu hanya pura-pura tidur.”

Zeya menahan napas. Tapi akhirnya, perlahan, ia membuka matanya. Tatapannya bertemu dengan mata Ares yang menunduk menatapnya—tajam, tenang, dan sulit ditebak.

“Dari mana kamu tahu… kalau aku cuma pura-pura tidur?” bisiknya, tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

Ares tersenyum tipis. “Semua tentangmu aku tahu, Sayang. Jadi, jangan coba-coba menipuku.”

Nada bicaranya terdengar lembut, bahkan nyaris romantis. Tapi entah kenapa, di telinga Zeya, itu lebih mirip peringatan.

Zeya membalikkan tubuhnya, membelakangi pria itu. “Aku baik-baik saja. Aku cuma ingin istirahat.”

“Kalau kamu butuh pelukan agar bisa tidur... bilang saja,” ujar Ares sambil duduk di sisi ranjang. Suaranya terdengar seperti tawaran manis—tapi juga ada tekanan halus di dalamnya.

“Tidak perlu,” jawab Zeya cepat. “Aku bisa tidur sendiri. Kamu… sebaiknya keluar dan istirahat di kamarmu.”

Hening sejenak. Zeya bisa merasakan tubuh Ares tak bergerak. Seperti sedang mencerna ucapannya.

“Kamu mengusirku, Sayang?”

Zeya menggigit bibirnya, lalu berkata lirih, “Bukan... aku hanya ingin sendiri. Malam ini aku ingin tidur sendirian. Itu saja.”

Ares tertawa kecil. Suaranya pendek, nyaris sarkastik. “Zeya, ini kamar kita.”

Zeya membalik tubuhnya pelan, menatap Ares yang kini menatapnya datar.

“Kamu… tidur di sini juga?” tanyanya tak percaya.

Ares memiringkan kepala, lalu menjawab, “Apa yang ada di pikiranmu? Kita adalah suami istri. Tentu saja kita tidur di kamar yang sama. Bukan begitu, Sayang?”

Zeya menelan ludah. “Tapi... aku belum siap. Kita belum sedekat itu. Aku bahkan belum benar-benar memahami kenapa aku ada di sini, kenapa aku bersamamu, dan... dan kenapa kamu menganggapku istrimu.”

Ares menunduk sedikit, kedua tangannya bertumpu di lutut. “Karena kamu memang istriku. Pernikahan kita sah. Kamu mungkin belum ingat semuanya, tapi aku akan bantu kamu mengingatnya… perlahan-lahan.”

“Tapi kamu tidak bisa memaksa aku untuk menerima semuanya begitu saja, Ares.”

"Aku tidak memaksamu,” jawab Ares tenang. “Aku hanya mengembalikanmu ke tempat yang seharusnya."

Zeya menatapnya. Matanya mulai memerah. “Kalau kamu peduli padaku... bisakah kamu beri aku waktu? Jangan tidur di sini malam ini.”

Ares memejamkan matanya sejenak. Lalu menghela napas pelan.

“Oke.”

Zeya nyaris tak percaya mendengar jawaban itu.

“Aku akan tidur di ruang kerja malam ini,” lanjut Ares sambil berdiri. “Tapi jangan biasakan untuk menjauh. Kita sudah terlalu lama saling jauh. Aku tidak ingin mengulang itu lagi.”

Zeya hanya diam.

Ares berjalan menuju pintu, tapi sebelum keluar, ia berbalik. “Zeya…”

Zeya menoleh perlahan.

“Jangan pernah takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu. Tapi aku juga tidak akan membiarkanmu lari.”

Pintu tertutup pelan.

Zeya memeluk lututnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar yang gelap. Hatinya terasa sesak—antara lega dan bingung, antara takut dan... penasaran.

Ares.

Laki-laki yang mengaku suaminya.

Yang tahu segalanya tentang dirinya.

Yang bisa membaca bahkan saat ia pura-pura tidur.

Yang mendekat begitu pelan, tapi meninggalkan jejak yang sulit dihapus.

Zeya menarik selimut hingga ke dada. Matanya memejam perlahan, tapi pikirannya terus berputar. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Siapa dia bagi pria itu? Dan... kenapa bagian dari dirinya merasa seolah... mereka memang pernah bersama sebelumnya?

Di luar kamar, langkah kaki Ares menjauh. Tapi kehadirannya masih menggantung di udara.

Dan malam itu, Zeya tidur dalam diam yang penuh pertanyaan.

Episodes
1 Prolog — Kalimat Terlarang
2 Bab 1: Dunia Asing Bersama Ares Mahendra
3 Bab 02 Kenapa Semua Terlihat Sama?
4 Bab 3 – Semangkuk Bubur dan Tatapan yang Tak Bisa Lari
5 Bab 04 Tidur Dalam Kebingungan
6 Bab 05 “Lagi?”
7 Bab 06 Terlalu Lembut untuk Ditepis
8 Bab 07 Foto-Foto Tanpa Kenangan
9 Bab 08 Suara Dibalik Telepon
10 Bab 09 :Seikat Mawar dan Sebuah Kecupan
11 Bab 10 :Di Balik Matanya yang Penuh Tanya
12 Bab 11: Cincin Baru untuk Menutupi Luka Lama
13 Bab 12 : Bahkan Dalam Lupa, Aku Milikmu
14 Bab 13 : Saat Rasa Aman Menjadi Perangkap
15 Bab 14 : Tak Ada yang Boleh Mendekat
16 Bab 15 :Kamu Hidupku, Katanya
17 Bab 16 : Tanggal yang Tak Pernah Salah
18 Bab 17 : Mereka Mengira Aku Sudah Mati
19 Bab 18 :Apa yang Menungguku di Balik Kebenaran?
20 Bab 19 : Ciuman Dibawah Ancaman.
21 Bab 20 :Kamu Tidak Akan Ingat Bahwa Kamu Pernah Bertanya
22 Bab 21 : Percaya Tanpa Sebab, Mencintai Tanpa Alasan
23 Bab 22 :Saat Hatimu Percaya, Meski Ingatanmu Lupa
24 Bab 23 :Suami yang Terlalu Sempurna
25 Bab 24 :Kalimat yang Terlalu Halus untuk Dikenali
26 Bab 25 : Patuh Bukan Berarti Percaya
27 Bab 26 :Membungkam Ragu dengan Cinta yang Mengikat
28 Bab 27 : Malam Milik Kita
29 Bab 28 :Saat Aku Menjadi Miliknya Sepenuhnya
30 Bab 29 :Pagi yang Tak Lagi Sama
31 Bab 30
32 Bab 31 :Surat Misterius
33 Bab 32 :Cinta atau Kendali?
34 Bab 33:Bukan Cinta, Hanya Strategi.
35 Bab 34 :Cekcok
Episodes

Updated 35 Episodes

1
Prolog — Kalimat Terlarang
2
Bab 1: Dunia Asing Bersama Ares Mahendra
3
Bab 02 Kenapa Semua Terlihat Sama?
4
Bab 3 – Semangkuk Bubur dan Tatapan yang Tak Bisa Lari
5
Bab 04 Tidur Dalam Kebingungan
6
Bab 05 “Lagi?”
7
Bab 06 Terlalu Lembut untuk Ditepis
8
Bab 07 Foto-Foto Tanpa Kenangan
9
Bab 08 Suara Dibalik Telepon
10
Bab 09 :Seikat Mawar dan Sebuah Kecupan
11
Bab 10 :Di Balik Matanya yang Penuh Tanya
12
Bab 11: Cincin Baru untuk Menutupi Luka Lama
13
Bab 12 : Bahkan Dalam Lupa, Aku Milikmu
14
Bab 13 : Saat Rasa Aman Menjadi Perangkap
15
Bab 14 : Tak Ada yang Boleh Mendekat
16
Bab 15 :Kamu Hidupku, Katanya
17
Bab 16 : Tanggal yang Tak Pernah Salah
18
Bab 17 : Mereka Mengira Aku Sudah Mati
19
Bab 18 :Apa yang Menungguku di Balik Kebenaran?
20
Bab 19 : Ciuman Dibawah Ancaman.
21
Bab 20 :Kamu Tidak Akan Ingat Bahwa Kamu Pernah Bertanya
22
Bab 21 : Percaya Tanpa Sebab, Mencintai Tanpa Alasan
23
Bab 22 :Saat Hatimu Percaya, Meski Ingatanmu Lupa
24
Bab 23 :Suami yang Terlalu Sempurna
25
Bab 24 :Kalimat yang Terlalu Halus untuk Dikenali
26
Bab 25 : Patuh Bukan Berarti Percaya
27
Bab 26 :Membungkam Ragu dengan Cinta yang Mengikat
28
Bab 27 : Malam Milik Kita
29
Bab 28 :Saat Aku Menjadi Miliknya Sepenuhnya
30
Bab 29 :Pagi yang Tak Lagi Sama
31
Bab 30
32
Bab 31 :Surat Misterius
33
Bab 32 :Cinta atau Kendali?
34
Bab 33:Bukan Cinta, Hanya Strategi.
35
Bab 34 :Cekcok

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!