Cahaya matahari yang menembus kaca jendela menyilaukan mata Zeya. Ia menyipitkan pandangannya, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.
Kamar itu terlalu luas, terlalu bersih, dan terlalu mewah untuk ukuran asrama mahasiswa. Tirai putih bergoyang pelan, tertiup angin pagi yang masuk melalui jendela yang telah terbuka.
Ia mencoba bangkit dari ranjang perlahan, tapi tubuhnya masih lemas, seolah baru melewati sesuatu yang melelahkan.
Lalu,sebuah suara terdengar tenang,menegur dia dengan lembut.
“Jangan duduk dulu"larang seseorang itu."tubuhmu masih butuh banyak istirahat"ingatkan nya penuh perhatian.
Zeya memperhatikan pria di depan nya dengan heran.
"dia siapa?." batin zeya spontan.
Sosok pria tinggi itu hanya tersenyum melihat zeya termenung dan tampak heran.
"Ada apa?,kenapa melihatku seperti itu?"tanya laki laki itu masih dengan senyum manisnya.
“Kamu siapa...?,” tanya Zeya, bingung. Dadanya sesak, detak jantungnya melonjak tanpa alasan yang jelas.
Pria itu menatap mata zeya lembut,lalu tersenyum tipis dan tenang. “Aku suamimu. Ares Mahendra.”jawab Ares tanpa keraguan.
Zeya menatapnya dengan tatapan kosong,memasang wajah terkejutnya.
"Suami?,tidak mungkin....aku belum menikah" protes zeya sama sekali tidak percaya.
Seingatnya,tadi malam ia tertidur di asrama sempit setelah mengerjakan laporan pratikum,lalu mengapa tiba tiba ia bisa terbangun di tempat lain?.
Ares menyentuh bahu zeya dengan hati hati,memperlakukan nya seakan gadis itu sesuatu yang bisa hancur jika ia tidak berhati hati.
“Kita sudah menikah setahun yang lalu, Aku suami mu sayang"jelas Ares memberi rasa aman pada sang istri.
Zeya masih termenung diam tanpa bisa membalas ucapan Ares tadi.
"Apa kamu ingat siapa namamu?"Ares mulai bertanya,masih menggunakan nada lembut.
Zeya mengangguk pelan “Zeya... Zeya Alesha.”jawab nya pelan.
Ares tersenyum, seolah puas dengan jawaban itu. “Bagus. Kamu masih mengingat bagian terpenting dari dirimu.”
---
Zeya masih termenung. Diam. Tak mampu membalas ucapan Ares barusan.
"Apa kamu ingat siapa namamu?" tanya Ares lembut, suaranya tetap tenang, seperti tak ingin membuat Zeya semakin bingung.
Zeya mengangguk pelan. “Zeya… Zeya Alesha.”
Ares tersenyum tipis, seolah puas. “Bagus. Kamu masih mengingat bagian terpenting dari dirimu.”
Zeya menatap pria di depannya bingung. Pria itu terlalu tampan. Iya… Zeya mengakuinya. Tapi… bagaimana mungkin dia bisa tiba-tiba punya suami setampan itu?
Ares mengangkat tangan, lalu menyentuhkan jari ke dahinya, membuat Zeya sedikit tersentak.
“Mikirin apa lagi sih?” gumam Ares pelan.
Zeya buru-buru menggeleng. Ia menelan ludah gugup. “Berapa usiaku sekarang?”
Ares terkekeh pelan. Nada suaranya terdengar santai, seperti menikmati kegugupan Zeya. “Kenapa nanya begitu?”
“Aku cuma… mau memastikan sesuatu. Rasanya kayak aku melompati waktu gitu.”jawab Zeya jujur.
Ares mencubit pipi Zeya pelan. Refleks, Zeya memukul tangan Ares sambil manyun.
“Ih… main cubit-cubit aja. Sakit tahu!” gerutunya sebal.
Ares terkekeh kecil. “Bebas dong. Kamu kan istriku.”
Zeya mendengus, kesal sendiri.
“Aku… ada di mana sih sebenarnya?” tanyanya, suara pelan tapi penuh penasaran.
“Di rumah kita,” jawab Ares santai, seolah itu adalah hal yang paling biasa di dunia.
Zeya diam. Pikirannya mencoba mencerna kalimat itu.Rumah? Kita?,apa maksudnya?.
“Dan kamu adalah istriku,” lanjut Ares pelan, sambil mengangkat dagu Zeya dengan ujung jarinya. Sentuhannya lembut, tapi tetap terasa mengatur. “Kecelakaan itu membuat ingatanmu hilang. Tapi tak apa… kita bisa mulai dari awal lagi.”
Zeya menggigit bibir bawahnya. Kepalanya terasa penuh. Semua ini terasa seperti mimpi buruk… yang terlalu nyata. Ia mencoba mengingat sesuatu, apa pun. Tapi yang muncul hanya potongan gambar saat ia masih di asrama kampus.
“Tapi… aku nggak ingat kalau aku pernah menikah. Kamu bohong ya?” tuduh Zeya, menatap Ares dengan tatapan menyipit penuh curiga.
Ares tidak terlihat terkejut. Ia malah menyentuh rambut Zeya dan membelainya pelan, seperti sudah menduga kalau pertanyaan itu akan muncul.
“Mana mungkin aku bohongin istriku,” ucapnya tenang. “Tenang aja, sayang… aku bakal bantu kamu ingat semua kenangan indah kita”tambahnya lagi.
Tatapan matanya mengunci mata Zeya. Dalam dan tegas Tegas. Seolah Ares tidak memberi ruang untuk Zeya membantah.
Zeya mengalihkan pandangannya, Matanya sibuk menelusuri isi kamar. Terlihat terlalu mewah dan asing,tidak ada foto atau barang pribadi yang terasa familiar bagi zeya.
“Kamu nyari sesuatu?” tanya Ares lagi, masih memperhatikan gerak gerik Zeya.
Zeya cepat-cepat menggeleng. “Cuma liat-liat aja. Kamarnya mewah juga ya… Berapa biaya dekorasinya?”
Ares terkekeh pelan. Gadis itu terdengar seperti seseorang yang ceria, meski sedang bingung.
“Kamu suka?” tanyanya.
Zeya mengangguk pelan. “Cantik dan Rapi. Tapi… kenapa nggak ada foto pernikahan di sini?”
Itulah yang dari tadi ingin ia tanyakan, tapi baru sekarang berani mengeluarkannya.
Ares tetap tenang. “Ruangan ini baru direnovasi. Jadi foto-fotonya belum dipasang didinding"
Zeya mengerutkan dahi. “Kamu pajang foto pernikahan di dinding?”
“Iya.”
“Sebesar apa?”
“Kira-kira sebesar poster.”
“Hah?! Segede itu?!” Zeya melongo, antara terkejut dan bingung.
Ares hanya tersenyum, menatapnya dengan penuh minat.
Zeya kembali menatap pria itu. Ada satu pertanyaan yang masih mengganggu kepalanya.
Zeya menarik nafas pelan sebelum mulai bicara.“Terus… kapan aku nikah sama kamu?”
“Lima belas Desember tahun lalu. Waktu kamu masih dua puluh tahun”jawab Ares tenang dan tidak ada tanda tanda ia berbohong,bahkan ia mengingat tanggal pernikahan mereka dengan jelas
sementara Ares masih mengelus rambut zeya pelan, seolah ingin menenangkan.Tapi justru itu yang membuat Zeya makin gelisah.
“Dia tampak tidak sedang berbohong,apa mungkin...aku beneran masuk ke tubuh orang lain?,istri orang?"pikirnya panik sendiri.
Zeya ingin bertanya lebih banyak. Tapi tatapan Ares membuatnya nyalinya ciut dan memilih untuk diam,meski kepalanya penuh dengan pertanyaan yang perlu di jawab.
“Zeya,” bisik Ares pelan, nyaris seperti mantra, “kamu hanya perlu percaya padaku.”
Zeya menarik napas dalam. Ia belum siap untuk percaya. Tapi saat ini… ia tidak punya pilihan lain.Selain… mempercayai pria yang mengaku sebagai suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments