Bab 3

Meskipun tanpa memakai baju yang sama, akhirnya Naura dan Azriel tetap memutuskan untuk berangkat ke acara resepsi pernikahan itu.

Azriel mengatakan tidak enak jika mereka tidak datang, apalagi saat acara pernikahan mereka dulu Tante Gina sempat datang.

Meskipun wanita itu hanya datang untuk sekedar mengejek rumah Naura yang terlalu jauh dan berada di pelosok.

Padahal jika dibandingkan dengan daerah lain, rumah Naura terbilang tidak terlalu termasuk daerah pelosok.

Daerah itu masih bisa di akses dengan mobil, ada listrik dan juga internet.

"Mas, nanti di sana kamu saja yang kasih amplopnya. Aku malas kalau harus bertemu dengan Tante Gina," ucap Naura yang dibalas anggukan kepala oleh Azriel.

Ia tahu kalau sang istri tidak begitu menyukai adik kandung mamanya itu.

Karena bukan hanya cara bicaranya yang sering kali menyakitkan, tapi juga pertanyaan sensitif selalu dia tanyakan padanya dan istrinya.

Seperti pertanyaan kenapa lama sekali Naura hamil?

Kenapa kulit istrinya tidak seputih mereka?

Padahal bagi Azriel untuk tampil cantik tidak harus memiliki kulit yang putih.

"Iya, Sayang. Nanti biar aku saja yang kasih amplopnya. Tapi kalau masalah tidak bertemu Tante Gina, sepertinya tidak mungkin. Apalagi nanti pasti akan ada acara foto bersama, kan?" jawab Azriel yang kembali membuat Naura terdiam.

Membayangkan bagaimana nanti saat di sana saja sebenarnya Naura sudah sangat malas.

Apalagi jika harus foto bersama.

Apalagi saat ia mengingat kata-kata yang diucapkan oleh mertuanya tadi pagi. Benar-benar membuatnya merasa sakit hati sekaligus kesal.

Sebenarnya ada rasa sakit hati dan kecewa karena akhirnya ia mendengar sendiri bagaimana sang mertua yang masih tidak bisa menerimanya sebagai menantu.

Padahal selama ini Naura selalu berusaha untuk menjadi menantu yang baik dan tidak pernah membantah ibu mertuanya itu.

Ia juga selalu berusaha bersikap baik pada semua penghuni di rumah sang suami.

Bahkan ia sendiri yang memasak makanan untuk semua penghuni rumah.

"Kamu tenang saja, Sayang. Aku tidak akan membiarkan kamu disindir lagi oleh mereka. Maafkan keluargaku, ya! Aku juga tidak mengerti kenapa mereka sangat sensitif," ujar Azriel lagi yang kini meraih tangan sang istri dan mengecupnya lembut.

Hati yang sebelumnya terasa membara karena kesal, seketika terasa damai.

Setidaknya ia memiliki suami yang mencintainya tanpa syarat. Tanpa mempermasalahkan dari mana ia berasal.

"Mungkin karena aku gadis desa, Mas. Makanya mereka bersikap seperti itu," balas Naura yang seketika membuat bibir Azriel mengerucut.

Pria itu menatap istrinya dengan tatapan tidak suka.

"Tolong, ya! Aku tidak mau dengar kamu bicara seperti itu lagi. Memangnya kenapa kalau kamu gadis desa? Bagiku yang terpenting, kamu gadis baik-baik dan sangat menyayangiku. Bagiku jika dibandingkan dengan wanita yang ada di sini, kamu terlihat jauh lebih cantik dan manis," balas Azriel yang kembali mencium tangan istrinya lalu menaruhnya di pipi.

Naura hanya tersenyum melihat tingkah sang suami yang terkadang sangat manja.

"Semoga cintamu tidak pernah berubah, Mas. Selalu berada di pihakku meskipun tidak ada satupun keluargamu yang menyukaiku." Batin Naura seraya tersenyum.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka tuju.

Sebuah gedung mewah yang terletak di pusat kota.

Acara itu sepertinya digelar dengan sangat meriah, terlihat dari tempat parkir saja sudah terdengar suara meriahnya acara di dalam sana.

Naura merapikan kembali penampilannya sejenak di kaca spion depan.

"Ayo, Sayang," ajak Azriel yang kini sudah selesai melepas sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya.

"Ayo," balas Naura yang juga melakukan hal yang sama.

Mereka berdua sama-sama turun dari mobil dan berjalan ke arah teras gedung.

Di sana terlihat sudah banyak sekali tamu yang berdatangan dengan membawa kartu undangan.

Sedangkan Naura dan Azriel langsung masuk ke dalam dan melihat betapa mewahnya acara itu dengan banyaknya tamu undangan.

Naura tidak menyangka kalau Tante Gina akan mengadakan resepsi pernikahan semewah ini.

Setibanya di dalam, Azriel menyapa beberapa kerabatnya yang lain yang sudah lebih dulu hadir di sana.

Sedangkan Naura hanya terus tersenyum sambil menggandeng lengan sang suami.

Ia juga bisa melihat mertua dan kedua iparnya berdiri tepat di samping pelaminan.

Pelaminan dengan konsep modern itu terlihat sangat mewah.

Tiba-tiba ada rasa sesak yang menjalar ketika melihat betapa mertuanya begitu menyayangi dua menantunya itu.

Padahal posisinya sama dengan mereka, sama-sama menantu di keluarga itu.

Namun, hanya karena alasan ia berasal dari desa, sang mertua menganggapnya rendah.

"Kamu mau makan atau duduk dulu sambil melihat acara ini?" tanya Azriel seraya mendekatkan mulutnya ke telinga sang istri.

Jika tidak seperti itu, istrinya pasti akan sangat sulit mendengar suaranya. Karena saat ini mereka sedang berdiri tepat di samping sound sistem.

"Kita duduk saja dulu, Mas. Tamunya masih banyak. Lihat saja, antriannya sampai sepanjang itu. Aku malas kalau harus desak-desakan," jawab Naura yang dibalas anggukan kepala oleh Azriel.

Setelah memutuskan untuk duduk sebentar, Azriel mengajak istrinya untuk duduk di meja kosong.

"Sebentar ya, Sayang. Aku mau ambil minum dan camilan untuk kamu," ucap Azriel setelah memastikan istrinya sudah duduk dengan nyaman.

Azriel langsung beranjak ke tempat makanan, mengambil piring dan menaruh beberapa cemilan ke dalamnya.

Kedua sudut bibir Naura terangkat mengukir senyum, tatapannya tidak pernah lepas dari sang suami yang terlihat mengutamakannya sebagai istrinya.

Naura yang duduk sendirian, mengalihkan pandangannya ke sekeliling.

Ingin mencari keberadaan sang mertua dengan para menantu kesayangannya.

Setelah tadi ia sempat melihat mereka berada di samping pelaminan, sekarang mereka sudah tidak terlihat lagi di sana.

Padahal baru sebentar dirinya berpaling dan tidak memperhatikan, ia sudah kehilangan jejak.

Naura merasa penasaran bagaimana reaksi mertuanya setelah melihat Azriel, anak bungsunya, ternyata tidak memakai baju yang sama seperti mereka.

"Ini, Sayang. Makan lah, sebentar lagi kita akan bertemu banyak orang. Kamu harus kenyang dulu agar tidak pusing. Kamu juga tadi pagi hanya sarapan roti, kan?" ucap Azriel yang sudah kembali dengan membawa beberapa jenis makanan.

Azriel meletakkan makanan tersebut di hadapan sang istri.

Naura mengambil sendok kecil dan mencoba mencicipi es krim yang diambil oleh suaminya.

Rasa manis dan dingin dari es krim itu membuat moodnya sedikit membaik.

"Azriel, Naura. Kalian kapan datang?" saat keduanya sedang menikmati camilan, Tante Gina datang dan menyapa mereka berdua.

Naura segera menyimpan kembali sendok kecil di tangannya dan berdiri, berniat untuk menyalami Tante Gina.

Namun sayang, niat baiknya itu sama sekali tidak ditanggapi, wanita itu pura-pura tidak melihat dan langsung duduk di samping Azriel.

Naura yang merasa kecewa segera menurunkan kembali tangannya dan kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kursi.

**********

**********

Terpopuler

Comments

olip

olip

lnjut

2025-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!