Flashback

Keesokan harinya..

Semilir angin pagi bertiup lembut menyapa setiap embun pagi yang menyentuh rerumputan.

Matahari yang malu-malu mulai menunjukkan sinarnya menembus jendela kamar..

Di kediaman tante Dewi sedang sibuk menikmati sarapan sederhana yamg dibuat olehnya.

Hanna dan Syifa tengah sarapan sebelum bersiap-siap untuk melakukan aktivitas mereka hari ini.

Syifa yang akan pergi ke toko rotinya sedangkan Hanna yang akan bekerja pertama kali sebagai pengasuh dirumah tante Ratna.

"Pagi tante, pagi ka Syifa"

"Pagi sayang. Hanna apa kamu yakin akan bekerja disana? Kalau kamu tinggal disana tante pasti ngerasa kesepian, ga ada lagi yang cerewet dirumah ini hehe".

"Mama ga anggep aku ya?"

"Hahaha makanya ka cari jodoh!"

"Eh anak kecil apa hubungannya dengan jodoh".

"Kalau kaka sudah ketemu jodoh terus kan nanti hamil, nah rumah ini akan ramai dengan tangisan bayi, nah tante pasti akan sibuk tuh hehehe".

"Anak kecil pikirannya sudah jauh saja!"

"Sudah sudah, pagi-pagi kalian sudah ribut aja, ini yang mama maksud kalau Hanna tinggal disana, mama akan jarang sekali liat kalian ribut seperti ini".

"Gak tante, nanti mungkin weekend aku akan pulang kesini, kalau sekolah Raka libur ya aku akan pulang hehe"

"Baiklah, yang penting kamu disana jaga kesehatan ya nak".

"Baik tante ku yang cantik"..

***

Berselang 20 menit kemudian, Hanna sudah tiba dirumah Bu Ratna. Sebelum masuk dia memperhatikan rumah megah dan mewah tersebut. Kemarin ketika dia mengantar pesanan, ia tidak begitu memperhatikan bangunan tersebut.

Rumah tersebut di desain sangat unik perpaduan antara Eropa dan Asia. Parkir rumah yang luas dimana terdapat mobil mewah berjejer disana. Halaman depan yang dihiasi banyak tanaman.

Di pintu depan Hanna sudah disambut oleh Bu Ratna dan juga oma tidak ketinggalan ada Raka juga.

"Akhirnya kaka datang juga"

"Maaf ya Raka, kaka agak lama hehe"

"Hanna apa kamu sudah sarapan".

"Sudah kok oma. Oma mau kemana sudah rapi dan ada koper juga?".

"Oma mau pulang ke Bandung bersama eyang, ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal disana. Kamu yang betah ya nak tinggal disini, oma senang sekali rasanya melihat kamu, tapi mau bagaimana lagi oma harus menemani eyang karna eyang tidak bisa hidup tanpa oma". Oma begitu enerjik yang diusianya tidak lagi muda, pernikahannya dengan eyang terbilang sangat lama dan masih sangat romantis di usia tuanya.

"Baik oma, nanti oma hati - hati di jalan ya".

"Eyaaaannngggg". Raka menghampiri eyangnya lalu memeluknya.

"Eyang tinggal Raka sebentar dulu ya disini, nanti eyang akan balik lagi, Raka baik baik sama ka Hanna, jangan nakal ya nak. Raka mau eyang bawakan apa ketika nanti kembali?"

"Aku mauuuu apa aja deh eyang, apapun yang eyang kasih pasti aku suka".

"Baiklah. Hanna eyang tinggal dulu ya, jagalah Raka dengan baik".

"Baik eyang".

Eyang dan oma pergi diantar oleh supir. Lalu Bu Ratna, Pak Hanung, Hanna dan Raka masuk ke dalam rumah.

Sedangkan laki-laki yang dianggap galak dan sok cool itu baru turun dari kamarnya.

Ia melihat Hanna dan Raka lagi bermain dan bergurau. Seketika Hanna melihatnya dengan tatapan jengah.

"Raka kalau sudah besar cita-citanya mau jadi apa?"

"Aku ingin jadi pelukis! Tapi papa melarang itu"

"Wah pasti gambar Raka bagus ya, apa boleh kaka lihat?"

Hanna tidak bertanya mengapa papanya melarang Raka untuk melukis, bagi Hanna itu mungkin sebuah privasi dan mungkin melarang Raka juga pasti ada sebabnya.

"Kaka ga nanya kenapa papa melarang?"

"Raka, kaka tidak ada hak untuk bertanya kenapa dan bagaimana, mungkin papa melarang ada sebabnya, Raka tidak usah khawatir ya, kalau Raka bersungguh-sungguh mungkin nanti papa akan berubah pikiran".

"Baiklah ka, yasudah ayo kita ke kamar aku".

"Gadis itu benar-benar pandai membujuk anak kecil"ucap Arka dalam hati.

Sesampainya dikamar Raka, Hanna kagum dengan desain kamar anak itu, bagaimana tidak? Warna yang cute, terlihat mewah namun terlihat classy dan simpel. Kamarnya tertata rapi lengkap dengan banyak mainannya.

Dia melihat bingkai foto yang dipajang di dinding, semua keluarga ada di foto tersebut. Namun langkahnya terhenti ketika melihat satu wanita dalam foto itu.

"Wanita ini... Bukankah ini kaka waktu itu?"

- Flashback on -

4 tahun yang lalu, Hanna berada dirumah sakit karna mendengar kabar berita bahwa kakeknya berada di UGD. Ia sangat sedih karna setelah Mamanya meninggal setahun yang lalu harus dihadapkan dengan kenyataan kakeknya masuk rumah sakit. Hannah tidak bisa berbuat apa-apa, ia berjalan menyusuri jalan, tak tau arah kemana dia akan menenangkan dirinya. Sampai saatnya, ia sadar bahwa dia sedang berada di taman dekat rumah sakit tersebut. Tanpa disadari, ada seorang wanita dari kejauhan merasa iba lalu menghampiri Hanna.

"Hai, apa aku boleh duduk disini?"

"Hm, silahkan".

"Terimakasih. Maaf apa kamu nangis"

Sebenarnya kepribadian Hanna dan wanita ini sama, mudah iba terhadap seseorang terlebih itu anak anak.

"Iya ka. Maaf ya sudah merusak telinga kaka dimana harus mendengar aku menangis".

"Eh gak gitu maksud aku, aku hanya iba melihat kamu menangis. Jujur aku mudah tersentuh jika ada orang menangis terlebih dia anak-anak. Apa ada yang bisa aku bantu?".

"Hiks hiks, kakek aku masuk rumah sakit, dan kata dokter kemungkinan tidak bisa bertahan lama lagi, 2 tahun yang lalu aku baru kehilangan mama aku, kenapa sekarang Allah menguji aku lagi".

Hanna benar benar menangis tersedu-sedu. Wanita ini semakin kasian mendengar ceritanya tadi.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu? Itu sama saja kita mendahului takdir Allah, dan itu bukanlah sifat hamba-Nya yang baik. Bukankah seharusnya kita berdoa dan berpikir positif, dokter hanya perantara tapi Allah lah yang menentukan semuanya. Kamu tidak perlu bersedih lagi ya, semangat dan senyum kamu itu yang dibutuhkan kakek kamu"

Hanna menatap wanita itu dengan terharu, wanita ini berbicara begitu lembut sampai Hanna pun terhanyut dalam ucapannya. Ia semakin merindukan mamanya karna wanita mengingatkan ia pada mamanya.

"Adik... Di dunia ini, jika hujan kita punya payung, dingin punya jaket, panas punya kipas, maka kita sebagai hambanya punya apa? Punya Allah. Tempat berlindung paling dalam yang tidak terlihat tapi terasa. Tempat pulang yang tidak hanya meneduhkan tubuhmu tapi juga menyelamatkan hatimu dari runtuh. Sebagai hamba-Nya kita patut berdoa meminta kepada sang Kuasa untuk lebih sabar lagi dalam ujiannya, lebih dikuatkan lagi atas takdir Allah. Allah tidak selalu hadir dalam bentuk keajaiban yang kamu minta, tapi Dia selalu ada dalam bentuk kekuatan yang kamu tidak sadari. Sekarang sudah ya jangan menangis lagi, sehabis ini kamu solat dulu untuk menenangkan diri kamu".

"Astaghfirullah, aku sudah berburuk sangka. Makasih ya kak, mungkin jika kaka tidak disini aku masih saja menangisi kemalangan ini".

"Iya samasama"

Lalu ponsel wanita tersebut berbunyi, wanita itu mengangkat telponnya. "Iyah mas aku kesana sekarang ya"

"Baiklah, aku pergi dulu yah, suami dan anak aku sudah menunggu di minimarket sana".

"Iya ka terimakasih sekali lagi".

Wanita itu tersenyum manis saat pergi meninggalkan Hanna. Namun dia melupakan untuk bertanya siapa nama wanita baik hati tersebut. Ketika dia melihat ke samping, ada sebuah benda berbentuk persegi panjang tertutup kertas disana.

"Apa ini milik kakak tadi? Ya ampun ini pasti ketinggalan, aku takut ini penting, aku harus kembalikan".

Baru saja Hanna ingin mengembalikan barang tersebut, wanita itu sudah datang lagi untuk mengambilnya.

"Maaf ya ini lukisan kaka tadi ketinggalan, terimakasih" ucapnya seraya sambil tersenyum.

Hanna lalu balik ke rumah sakit dan ia akan melaksanakan solat Ashar terlebih dahulu.

Tanpa disangka, ketika wanita tersebut ingin menghampiri suami dan anaknya, mobil dari arah lain melaju sangat kencang dan...

BRUG!!

Mobil tersebut menabrak wanita itu dan ia meninggal ditempat. Lukisan yang ia pegang sudah hancur.

Sebelum ia ingat lukisan itu tertinggal, suaminya sudah melarang untuk nanti saja mengambil lukisan itu namun wanita itu kekeh tetap mengambil lukisan itu. Lukisan yang ia lukis begitu indah dan mampu membuat lukisannya memenangkan hadiah dan piala.

Hanna yang sudah berada di rumah sakit tidak tau jika wanita yang bersama ia tadi sudah meninggal.

Memang takdir Allah tidak ada yang tau.

- Flashback off -

Terpopuler

Comments

lontongletoi

lontongletoi

kenangan yng indah dn sulit untuk di lupakan 🫂

2025-07-24

0

Muh Zidan Risal

Muh Zidan Risal

Wihh parahh🤣🤣

2025-09-09

0

🍧·🍨Kem tình yêu

🍧·🍨Kem tình yêu

Dijamin ngakak mulu!

2025-07-11

1

lihat semua
Episodes
1 Clarisha Hanna Wijaya
2 Menangkap Pencopet
3 Membujuk Raka
4 Curhat
5 Flashback
6 Perjodohan
7 Surprise untuk Raka
8 Peringatan Pak Adit
9 Hanna menerima perjodohan
10 Syifa bertemu Raka
11 Acara Reuni Kampus
12 Menjenguk Hanna
13 PDKT
14 siapa tamu Pak Hanung?
15 Syarat dari Arka
16 Adit tau perasaan Arka
17 Masa lalu bu Sisil
18 Syifa dan Adit semakin dekat
19 Arka cemburu
20 Adit menyatakan perasaannya
21 Alasan eyang tidak menyukai Adnan
22 Cathy mengganggu!
23 Raka ingin ikut lomba
24 Arka salting
25 Ken sahabat Arka?
26 Kisah masa lalu Hanna
27 Ratna curiga?
28 Syifa bertemu Raka (2)
29 Raka melanggar janji
30 Kemarahan Adit
31 Arka jadi pahlawan
32 Pelukan Hanna
33 Ke makam
34 Menikmati Sunset
35 Yang sebenarnya terjadi
36 Memeluk Hanna
37 Calon istri Adit?
38 Dunia begitu sempit
39 Kekecewaan Syifa
40 Masa lalu yang terungkap
41 Perjodohan Arka dan Hanna
42 Rencana Hanna
43 Kejahilan Arka
44 Cathy gagal
45 Luka 7 tahun yang lalu
46 Jalan-jalan
47 Naik kereta gantung
48 Janji Suci
49 Rencana lamaran
50 Panggil Mas?
51 Happy Engagement
52 Kesempatan lagi?
53 Saya cemburu
54 Minta Maaf
55 Pasar Malam
56 Siapa pria paruh baya itu?
57 Masa lalu tante Dewi
58 Permintaan Eyang
59 Perjodohan Arka dan Hanna
60 Seperti Sidharth Malhotra!
61 Kakak?
62 Kembali kuliah
63 Bertemu Ibnu lagi
64 Luka lama terkuak kembali
65 Menolong Papa
66 Ayah?
67 Arka menyesal
68 Sah!!
69 Satu per satu Kebenaran terungkap
70 Malam pertama
71 Rencana Bulan Madu
72 Menemani Raka lomba
73 Raka menang
74 Datang ke rumah Om Adnan
75 Ibnu sakit
76 Syifa pingsan
77 Masa Lalu Sarah
78 Syifa Hamil
79 Sosok Mata di Lukisan Mama Terungkap
80 Air Mata Hanna
81 Test DNA
82 Terungkap lagi
83 Syifa tau semuanya
84 Adnan menyesal
85 Adnan ke rumah Arka?
86 Saling memaafkan
87 Kedatangan Zara?
88 Hanna Salah Paham
89 Perhatian Arka ke Hanna
90 Hanna dilamar
91 Ancaman Sisil
92 Melepas Rindu
93 Pesan mengganggu
94 Sisi lain Heri
95 Rencana Heri
96 Heri ditangkap
97 Menemui Heri di kantor Polisi
98 Perkara Kotak Bekal
99 Ke sekolah Raka
100 Saudara Tiri Cathy?
101 Ken dan Arka baikan?
102 Ketemu Deva lagi
103 Perhatian Ken ke Mila
104 Kecelakaan
105 Melaporkan Kejadian
106 Mencari Pelakunya
107 Menemukan Pelaku
108 Menangkap Pelaku
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Clarisha Hanna Wijaya
2
Menangkap Pencopet
3
Membujuk Raka
4
Curhat
5
Flashback
6
Perjodohan
7
Surprise untuk Raka
8
Peringatan Pak Adit
9
Hanna menerima perjodohan
10
Syifa bertemu Raka
11
Acara Reuni Kampus
12
Menjenguk Hanna
13
PDKT
14
siapa tamu Pak Hanung?
15
Syarat dari Arka
16
Adit tau perasaan Arka
17
Masa lalu bu Sisil
18
Syifa dan Adit semakin dekat
19
Arka cemburu
20
Adit menyatakan perasaannya
21
Alasan eyang tidak menyukai Adnan
22
Cathy mengganggu!
23
Raka ingin ikut lomba
24
Arka salting
25
Ken sahabat Arka?
26
Kisah masa lalu Hanna
27
Ratna curiga?
28
Syifa bertemu Raka (2)
29
Raka melanggar janji
30
Kemarahan Adit
31
Arka jadi pahlawan
32
Pelukan Hanna
33
Ke makam
34
Menikmati Sunset
35
Yang sebenarnya terjadi
36
Memeluk Hanna
37
Calon istri Adit?
38
Dunia begitu sempit
39
Kekecewaan Syifa
40
Masa lalu yang terungkap
41
Perjodohan Arka dan Hanna
42
Rencana Hanna
43
Kejahilan Arka
44
Cathy gagal
45
Luka 7 tahun yang lalu
46
Jalan-jalan
47
Naik kereta gantung
48
Janji Suci
49
Rencana lamaran
50
Panggil Mas?
51
Happy Engagement
52
Kesempatan lagi?
53
Saya cemburu
54
Minta Maaf
55
Pasar Malam
56
Siapa pria paruh baya itu?
57
Masa lalu tante Dewi
58
Permintaan Eyang
59
Perjodohan Arka dan Hanna
60
Seperti Sidharth Malhotra!
61
Kakak?
62
Kembali kuliah
63
Bertemu Ibnu lagi
64
Luka lama terkuak kembali
65
Menolong Papa
66
Ayah?
67
Arka menyesal
68
Sah!!
69
Satu per satu Kebenaran terungkap
70
Malam pertama
71
Rencana Bulan Madu
72
Menemani Raka lomba
73
Raka menang
74
Datang ke rumah Om Adnan
75
Ibnu sakit
76
Syifa pingsan
77
Masa Lalu Sarah
78
Syifa Hamil
79
Sosok Mata di Lukisan Mama Terungkap
80
Air Mata Hanna
81
Test DNA
82
Terungkap lagi
83
Syifa tau semuanya
84
Adnan menyesal
85
Adnan ke rumah Arka?
86
Saling memaafkan
87
Kedatangan Zara?
88
Hanna Salah Paham
89
Perhatian Arka ke Hanna
90
Hanna dilamar
91
Ancaman Sisil
92
Melepas Rindu
93
Pesan mengganggu
94
Sisi lain Heri
95
Rencana Heri
96
Heri ditangkap
97
Menemui Heri di kantor Polisi
98
Perkara Kotak Bekal
99
Ke sekolah Raka
100
Saudara Tiri Cathy?
101
Ken dan Arka baikan?
102
Ketemu Deva lagi
103
Perhatian Ken ke Mila
104
Kecelakaan
105
Melaporkan Kejadian
106
Mencari Pelakunya
107
Menemukan Pelaku
108
Menangkap Pelaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!