Membujuk Raka

Lalu Hanna menghampiri Raka yang sedang duduk di gazebo, begitu sendu tatapannya mengisyaratkan akan sesuatu yang tidak pandai untuk ia ungkapkan.

"Hai, boleh aku duduk disini".

"Kamu siapa? Pengasuh ganti lagi? Kalo iyah mendingan kamu pulang aja sana!" jawab Raka dengan ketus.

"Aku bukan siapa siapa kok, aku kesini cuma mau antar kue dan roti aja untuk acara ulang tahun kamu".

"Tidak perlu seharusnya, batalkan saja acara itu! Aku tidak menginginkannya".

"Hm biasanya anak seusia kamu malah ingin dirayakan, kaka saja yang sudah besar malah ingin dirayakan hehe".

"Yasudah acaranya untuk kaka saja!".

"Wah bener nih? Rejeki dong hehe, soalnya aku juga ulang tahun hari ini". Hanna harus sabar menghadapi anak ini, karna ia merasa anak ini menyimpan banyak sekali rasa sakit.

"Kaka ulang tahun hari ini? Aku tidak percaya".

"Beneran dong, aku tidak mungkin bohongin kamu, kamu perlu bukti?"

"Tidak perlu, aku percaya kamu". Akhirnya Raka tersenyum sumringah.

"Terimakasih anak manis. Jadi gimana, masih mau dibatalkan gak nih?"

"Kita rayakan bersama saja ka! Akhirnya aku punya teman hehe".

"Baiklah, apa kita bisa berteman?"

Hanna mengulurkan tangannya untuk saling berjabat.

"Tentu!". Anak itu begitu tampan sekali jika ia tersenyum.

"Apa kaka tidak malu berteman dengan aku yang nakal ini?"

"Hei kata siapa kamu nakal? Justru aku melihat kamu seperti anak baik, tidak ada anak yang nakal hanya orang dewasa yang tidak sepenuhnya mengerti apa yang dirasakan anak seusia kamu".

"Cuma kaka yang bilang aku tidak nakal"

"santai saja, aku ada disini kok untuk selalu mendengarkan kamu hehe. Jadi sebagai teman, boleh dong kamu cerita kenapa kamu merasa sedih dan ingin membatalkan acara ulang tahun kamu?"

"Hm aku... Aku kecewa dengan papa, dia berjanji akan datang tapi dia selalu sibuk dengan dunia kerjanya. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama, aku tidak punya mama, kata oma dan eyang mama meninggal disaat aku berumur 1 tahun. Aku ngerasa sendiri meskipun mereka selalu memberikan segalanya, aku tidak seberuntung teman teman aku yang orang tuanya selalu hadir disaat anaknya ulang tahun atau ada acara di sekolah anaknya". Raka menjelaskan panjang lebar dengan menahan tangisnya.

Hanna sangat tau apa yang dirasakan Raka karna ia juga merasakan yang sama, kehilangan seorang ibu itu memang luka paling menyakitkan. Anak ini benar benar membuat Hanna tersentuh, ia ingin sekali menjadi pelipur laranya agar ketika dia dewasa dia tidak tumbuh menjadi anak yang selalu minder dan punya rasa trauma.

"Oh jadi seperti itu ya. Apa boleh kaka menasehati?".

"Tentu, kita sudah menjadi teman"

"Sepertinya kita senasib hehe, kaka juga tidak memiliki mama, dia meninggalkan aku 5 tahun yang lalu, aku tumbuh dan besar di pantai asuhan, papa aku entah kemana. Nenek dan kakek pun pergi ninggalin kami. Sudah 5 tahun sejak mama pergi, aku selalu merasa sendiri tapi aku beruntung punya tante dan sepupu yang selalu memberikan kasih sayangnya.

Raka sayang, dunia memang terkadang tidak adil jika kita hanya bisa melihat ke atas tidak ke bawah. Masih banyak anak anak yang kurang mampu tapi orangtuanya lengkap. Ada anak yang mampu tapi salah satu orang tuanya sudah meninggal. Mungkin kamu iri dengan mereka yang punya orang tua lengkap dan selalu ada untuk anaknya. Tapi ketika kamu lihat di luar sana, banyak juga anak anak yang menginginkan posisi kamu sekarang. Contohnya kaka, iri sekali melihat kamu begitu disayangi siapapun dirumah ini, sedangkan kaka orang tua tidak ada bahkan nenek dan kakek pun tidak ada. Kamu tidak perlu bersedih lagi kalau papa itu sibuk, sekarang ada kaka disini, bahkan seluruh keluarga disini tidak akan membiarkan kamu sendirian. Kalo kamu merasa sedih atau butuh pelukan cari orang yang bisa bikin kamu nyaman ya".

"Apa aku boleh memeluk kaka?" Raka menangis terharu mendengar perkataan Hanna

"Boleh dong, sini peluk".

Mereka berpelukan, dan dari kejauhan ada Oma dan bu Ratna menangis terharu melihat cucunya mengutarakan isi hatinya. Tidak menyangka ada luka dj hatinya yang tidak ia ketahui. Padahal dia baru saja berkenalan dengan Hanna tapi dia tidak sungkan untuk bercerita dan memeluknya. Entah pesona apa yang ada di Hanna mampu menaklukan hati Raka.

Tidak lama kemudian, papa Hanung dan eyang sudah pulang dari kantor dan Arka yang baru turun dari kamarnya. Lalu mereka juga melihat pemandangan yang menyejukkan dimana disitu Raka begitu asyik bercerita, bercanda dan terlihat bahagia bersama Hanna.

"Eh papa sudah pulang, sini pa mama bawakan tas papa"

"Itu siapa ma? Kenapa Raka begitu dekat dengan gadis itu? Pengasuhnya baru lagi?".

"Itu loh Hanung, gadis itu tadi siang udah nolongin mama di supermarket dari pencopet terus ternyata dia itu kurir dari toko roti dimana tempat Ratna pesan kue"

"Iya pah, namanya Hanna. Dia membantu mama membujuk Raka dan papa lihat sendiri kan Raka bener bener terlihat bahagia. Ini pertama kali ada orang yang mampu membuat Raka merasa nyaman untuk bercerita. Mama gatau pa apa yang Hanna bicarakan sampai Raka bisa luluh".

"Gadis itu kan yang di lampu merah tadi" batin Arka.

Raka menghampiri seluruh keluarganya..

"Eyang, opa, oma, dan om, Maaf ya kalau Raka sudah menyusahkan kalian, Raka mau kok acaranya dilanjutkan tapi ka Hanna boleh kan ikut bersama Raka merayakannya karna ka Hanna juga berulang tahun hari ini, boleh kan". Ucap Raka sambil tersenyum

"Sayang, cicitnya eyang, boleh kok nak, apa kamu menyukai ka Hanna?".

"Iya dong eyang! Ka Hanna baik sekali, dia mengerti perasaan Raka, lega rasanya sudah bercerita panjang lebar, apa boleh juga kalau ka Hanna jadi pengasuh aku sekaligus guru les aku?"

"Raka, apapun yang buat kamu senang, kita akan usahakan sayang. Tapi tanya dulu ya sama ka Hannanya.

Raka menarik tangan Hanna untuk bertemu semuanya.

"Maaf bu tadi sudah bikin Raka menangis sedikit hehe".

"Aduh cah ayu sekali ini, nama kamu siapa nak?".

"Hanna eyang".

"Raka suka sama kamu, saya rasa dia nyaman dengan kamu, apa kamu bisa jadi pengasuh dan guru les dia?". Tanya pak Hanung.

"Kaka mau kan? Tadi kata kaka kita berteman".

Raka meminta dengan penuh harap. Hanna sedang berpikir..

"Baiklah ka Hanna mau".

"Asikkk terimakasih ya, Raka senang sekali". Raka lompat lompat karna begitu senang hatinya.

"Hanna, ini kenalkan suami saya namanya Hanung. Ini papa mertua saya, kamu bisa panggil dia eyang aja ya, dan ini anak kedua tante namanya Arka".

Hanna pun salim dengan mereka kecuali dengan Arka karna Arka sudah pergi selepas mamanya memperkenalkan diri.

"Maaf ya nak, Arka emang anaknya dingin, dia tidak suka basa basi".

"Gapapa kok bu, saya mengerti".

"Kamu tinggal dimana Han? Kalo kamu bekerja disini apa bisa menginap saja tidak usah pulang pergi?"

"Aku tinggal di sebelah panti asuhan kasih bunda bu, iya gapapa tapi nanti setelah acara selesai saya izin pulang ya bu untuk ambil barang-barang saya".

"Iya boleh, besok pagi datang ya kemari.

"Hanna, kamu hebat sekali bisa meluluhkan hati Raka, kita semua keluarganya saja agak susah untuk nasehatinya".

"Saya juga tidak tau eyang, mungkin apa yang Raka alami saya juga mengalaminya. Saya tau betul bagaimana kehilangan seorang ibu. Raka hanya bercerita bahwa sebenernya ia kesepian, dia merasa orang orang menganggapnya anak yang nakal karena tingkahnya yang menyebalkan tapi itu hanya bentuk cari perhatian dia terhadap orang sekitarnya. Raka tidak mampu mengutarakan isi hatinya karna ia takut tidak ada yang mengerti dan mendengarkannya, itu saja eyang".

"Saya juga tidak bermaksud menggurui yang lain, tapi saya selama ini tinggal di panti asuhan jadi saya belajar bagaimana karakter anak dan cara mengatasinya".

"Masya Allah hebat kamu nak, kamu umur berapa? Masih muda tapi pemikiran kamu sudah matang begitu."

"Hehe saya tidak begitu hebat oma, hanya saja saya selalu belajar dari almarhumah mama saya".

"Eyang sungguh berterima kasih kepada kamu, tadi oma juga bercerita kalau kamu sudah tolongin istri eyang yang cantik ini dari pencopet hehe".

"Sama sama eyang"

"Yasudah ayo kita makan siang dulu, ngobrol terus kapan selesainya". Ucap Arka dengan ketus.

"Aduh galak banget nih omnya Raka, sinis banget kayanya sama gue". Ucap Hanna dalam hati.

Terpopuler

Comments

lontongletoi

lontongletoi

ga tau aku yang ngeleg atau emng crtnya aga blibet kurang jelas ketika perkenalan keluarganya 🤣🤣 spertinya aku yang lagi loading Thor

2025-07-24

0

♨️ Audy Marissa ♨️

♨️ Audy Marissa ♨️

keren

2025-09-09

0

Muh Zidan Risal

Muh Zidan Risal

Keren

2025-09-09

0

lihat semua
Episodes
1 Clarisha Hanna Wijaya
2 Menangkap Pencopet
3 Membujuk Raka
4 Curhat
5 Flashback
6 Perjodohan
7 Surprise untuk Raka
8 Peringatan Pak Adit
9 Hanna menerima perjodohan
10 Syifa bertemu Raka
11 Acara Reuni Kampus
12 Menjenguk Hanna
13 PDKT
14 siapa tamu Pak Hanung?
15 Syarat dari Arka
16 Adit tau perasaan Arka
17 Masa lalu bu Sisil
18 Syifa dan Adit semakin dekat
19 Arka cemburu
20 Adit menyatakan perasaannya
21 Alasan eyang tidak menyukai Adnan
22 Cathy mengganggu!
23 Raka ingin ikut lomba
24 Arka salting
25 Ken sahabat Arka?
26 Kisah masa lalu Hanna
27 Ratna curiga?
28 Syifa bertemu Raka (2)
29 Raka melanggar janji
30 Kemarahan Adit
31 Arka jadi pahlawan
32 Pelukan Hanna
33 Ke makam
34 Menikmati Sunset
35 Yang sebenarnya terjadi
36 Memeluk Hanna
37 Calon istri Adit?
38 Dunia begitu sempit
39 Kekecewaan Syifa
40 Masa lalu yang terungkap
41 Perjodohan Arka dan Hanna
42 Rencana Hanna
43 Kejahilan Arka
44 Cathy gagal
45 Luka 7 tahun yang lalu
46 Jalan-jalan
47 Naik kereta gantung
48 Janji Suci
49 Rencana lamaran
50 Panggil Mas?
51 Happy Engagement
52 Kesempatan lagi?
53 Saya cemburu
54 Minta Maaf
55 Pasar Malam
56 Siapa pria paruh baya itu?
57 Masa lalu tante Dewi
58 Permintaan Eyang
59 Perjodohan Arka dan Hanna
60 Seperti Sidharth Malhotra!
61 Kakak?
62 Kembali kuliah
63 Bertemu Ibnu lagi
64 Luka lama terkuak kembali
65 Menolong Papa
66 Ayah?
67 Arka menyesal
68 Sah!!
69 Satu per satu Kebenaran terungkap
70 Malam pertama
71 Rencana Bulan Madu
72 Menemani Raka lomba
73 Raka menang
74 Datang ke rumah Om Adnan
75 Ibnu sakit
76 Syifa pingsan
77 Masa Lalu Sarah
78 Syifa Hamil
79 Sosok Mata di Lukisan Mama Terungkap
80 Air Mata Hanna
81 Test DNA
82 Terungkap lagi
83 Syifa tau semuanya
84 Adnan menyesal
85 Adnan ke rumah Arka?
86 Saling memaafkan
87 Kedatangan Zara?
88 Hanna Salah Paham
89 Perhatian Arka ke Hanna
90 Hanna dilamar
91 Ancaman Sisil
92 Melepas Rindu
93 Pesan mengganggu
94 Sisi lain Heri
95 Rencana Heri
96 Heri ditangkap
97 Menemui Heri di kantor Polisi
98 Perkara Kotak Bekal
99 Ke sekolah Raka
100 Saudara Tiri Cathy?
101 Ken dan Arka baikan?
102 Ketemu Deva lagi
103 Perhatian Ken ke Mila
104 Kecelakaan
105 Melaporkan Kejadian
106 Mencari Pelakunya
107 Menemukan Pelaku
108 Menangkap Pelaku
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Clarisha Hanna Wijaya
2
Menangkap Pencopet
3
Membujuk Raka
4
Curhat
5
Flashback
6
Perjodohan
7
Surprise untuk Raka
8
Peringatan Pak Adit
9
Hanna menerima perjodohan
10
Syifa bertemu Raka
11
Acara Reuni Kampus
12
Menjenguk Hanna
13
PDKT
14
siapa tamu Pak Hanung?
15
Syarat dari Arka
16
Adit tau perasaan Arka
17
Masa lalu bu Sisil
18
Syifa dan Adit semakin dekat
19
Arka cemburu
20
Adit menyatakan perasaannya
21
Alasan eyang tidak menyukai Adnan
22
Cathy mengganggu!
23
Raka ingin ikut lomba
24
Arka salting
25
Ken sahabat Arka?
26
Kisah masa lalu Hanna
27
Ratna curiga?
28
Syifa bertemu Raka (2)
29
Raka melanggar janji
30
Kemarahan Adit
31
Arka jadi pahlawan
32
Pelukan Hanna
33
Ke makam
34
Menikmati Sunset
35
Yang sebenarnya terjadi
36
Memeluk Hanna
37
Calon istri Adit?
38
Dunia begitu sempit
39
Kekecewaan Syifa
40
Masa lalu yang terungkap
41
Perjodohan Arka dan Hanna
42
Rencana Hanna
43
Kejahilan Arka
44
Cathy gagal
45
Luka 7 tahun yang lalu
46
Jalan-jalan
47
Naik kereta gantung
48
Janji Suci
49
Rencana lamaran
50
Panggil Mas?
51
Happy Engagement
52
Kesempatan lagi?
53
Saya cemburu
54
Minta Maaf
55
Pasar Malam
56
Siapa pria paruh baya itu?
57
Masa lalu tante Dewi
58
Permintaan Eyang
59
Perjodohan Arka dan Hanna
60
Seperti Sidharth Malhotra!
61
Kakak?
62
Kembali kuliah
63
Bertemu Ibnu lagi
64
Luka lama terkuak kembali
65
Menolong Papa
66
Ayah?
67
Arka menyesal
68
Sah!!
69
Satu per satu Kebenaran terungkap
70
Malam pertama
71
Rencana Bulan Madu
72
Menemani Raka lomba
73
Raka menang
74
Datang ke rumah Om Adnan
75
Ibnu sakit
76
Syifa pingsan
77
Masa Lalu Sarah
78
Syifa Hamil
79
Sosok Mata di Lukisan Mama Terungkap
80
Air Mata Hanna
81
Test DNA
82
Terungkap lagi
83
Syifa tau semuanya
84
Adnan menyesal
85
Adnan ke rumah Arka?
86
Saling memaafkan
87
Kedatangan Zara?
88
Hanna Salah Paham
89
Perhatian Arka ke Hanna
90
Hanna dilamar
91
Ancaman Sisil
92
Melepas Rindu
93
Pesan mengganggu
94
Sisi lain Heri
95
Rencana Heri
96
Heri ditangkap
97
Menemui Heri di kantor Polisi
98
Perkara Kotak Bekal
99
Ke sekolah Raka
100
Saudara Tiri Cathy?
101
Ken dan Arka baikan?
102
Ketemu Deva lagi
103
Perhatian Ken ke Mila
104
Kecelakaan
105
Melaporkan Kejadian
106
Mencari Pelakunya
107
Menemukan Pelaku
108
Menangkap Pelaku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!