Kondisi tubuh Meisya terasa makin memprihatinkan hari itu. Semua makanan yang masuk ke dalam perutnya selalu ia muntahkan hingga membuat tubuhnya lemas tak berdaya. Andai saja hari itu dia memiliki jadwal manggung seperti sebelumnya, mungkin dia sudah tak sadarkan diri.
Meski pemikirannya sudah berkeliaran kemana-mana saat ini, tapi Meisya berusaha untuk tenang. Berharap semua pemikiran buruknya tak menjadi kenyataan. Tapi ternyata, hal tersebut cukup sulit untuk dia lakukan. Karena dia terus saja memikirkan hal buruk akan terjadi kepadanya.
Ragu-ragu, Meisya menuliskan gejala yang ia rasakan di internet. Saat melihat hasil pencarian, Meisya terkesiap karena hasilnya sesuai dengan pemikiran buruknya.
“Gak, aku gak mungkin hamil. Apa lagi kami hanya sekali melakukannya!” Meisya berusaha menyangkal kembali. Semakin dia menyangkal, perasaan takut semakin menguasai dirinya.
Tak tahan terus dihantui rasa takut, sore harinya Meisya pergi ke sebuah apotek untuk membeli alat tes kehamilan. Meski memiliki sikap tomboy, tapi setidaknya Meisya tahu alat apa yang harus dia beli untuk memastikan jika dia tidak hamil.
Beberapa saat berselang, Meisya sudah kembali ke kontrakan dengan membawa dua buah tespek. Dia memandang tespek di tangannya dengan perasaan tak tenang.
“Ayo kita bekerja sama kali ini. Kamu harus memperlihatkan hasil garis satu!” Pinta Meisya. Dia sampai mengusap-usap tespek tersebut untuk melakukan permohonan.
Tanpa membuang waktu lama, Meisya sudah berada di dalam kamar mandi. Dia menampung urine ke dalam wadah kecil dan mencelupkan tespek ke dalam wadah.
Beberapa saat menunggu, akhirnya tespek sudah menunjukkan hasil. Meisya yang melihatnya lantas melotot kaget. “Enggak. Ini gak mungkin!” Meisya sampai hampir berteriak sangking kagetnya. Jantungnya pun ikut berdetak sangat cepat.
“Hasilnya pasti gak akurat. Aku harus mencoba tespek yang kedua!” Seru Meisya. Dia segera membuka bungkus tespek dan kembali melakukan percobaan kedua.
Sayang, hasil tespek kedua kembali menunjukkan hasil yang sama. Bahkan garis dua yang terlihat pada tespek terlihat sangat tebal. Seolah menunjukkan jika dirinya benar-benar hamil!
“Hamil? Aku hamil?” Air mata Meisya luruh begitu saja membasahi kedua pipi. Hendak menyangkal apa yang terjadi, tapi fakta yang terlihat di depannya tidak bisa ia sangkal.
Di dalam tangisannya, Meisya teringat dengan ibunya yang sudah susah payah merawatnya seorang diri sejak ia kecil. Tak dapat Meisya bayangkan bagaimana perasaan ibunya nanti jika mengetahui dirinya hamil di luar nikah.
“Ibu pasti kecewa kepadaku.” Gumam Meisya. Untuk saat ini dia bukan hanya memikirkan nasibnya dan janinnya saja untuk ke depannya. Tapi juga perasaan ibunya. Orang tua mana yang tak kecewa bila mengetahui anaknya tak bisa menjaga diri dengan baik.
“Ibu, maafkan Meisya…”
**
Dua hari berlalu, Meisya sulit sekali untuk dihubungi. Bahkan Eva sebagai manejernya sampai dibuat repot mengurus jadwal manggung Meisya tanpa komunikasi dengan Meisya lebih dulu.
“Meisya, sebenarnya kamu ini kemana aja. Kenapa dari kemarin kamu sulit sekali dihubungi?” Tanya Eva. Selain kesal karena Meisya sulit dihubungi bahkan tak keluar dari dalam rumah saat ia menghampiri rumah Meisya, tapi rasa khawatir Eva jauh lebih besar pada Meisya.
Pandangan Meisya nampak kosong. Membuat Eva jadi bingung dengan sikap Meisya.
“Ada apa ini, Meisya. Ayo jelaskan pada Mbak.” Pinta Eva. Suaranya terdengar lebih melunak.
Meisya menghela nafas sebelum menjawab. “Bisa kita bicara di luar aja, Mbak? Aku gak mau pembicaraan kita sampai didengar oleh orang lain.” Pinta Meisya.
Eva mengangguk tanpa banyak berpikir. Kemudian keduanya keluar dari dalam kantor management menuju sebuah tempat yang sekiranya aman untuk mereka berbicara.
“Aku hamil, Mbak.” Beri tahu Meisya tanpa basa-basi saat keduanya sudah duduk di atas kursi.
“Apa?!” Pekik Eva. Kedua matanya melotot seakan hendak keluar dari dalam wadahnya. “Kamu jangan bercanda, Meisya!” Tegas Eva. Dia tentu saja sulit untuk percaya. Karena Meisya adalah sosok wanita yang sangat sulit untuk jatuh hati pada seorang pria. Apa lagi dengan sikapnya yang sangat tomboy.
“Aku gak pernah bercanda untuk masalah serius seperti ini. Aku beneran hamil, Mbak.”
Kali ini Eva dibuat bungkam. Menatap wajah Meisya yang nampak serius dengan perkataannya. “Bagaimana bisa, Meisya? Bukannya kamu—“
“Ya, semua terjadi begitu saja tanpa pernah aku harapkan.” Sahut Meisya cepat.
Eva berusaha untuk tenang. Sebagai orang yang jauh lebih dewasa dari Meisya, dia harus bisa bersikap lebih bijak. “Katakan pada Mbak, Mei. Siapa yang menghamili kamu?!”
Meisya enggan untuk menjawab. Cukup dia memberitahu Eva kondisinya saat ini. “Apa masih memungkinkan bagiku bila terus melanjutkan jadwal perfom untuk selanjutnya?” Tanya Meisya. Alasan utama dia memberitahu Eva tentu saja karena Meisya ingin memastikan masalah pekerjaannya. Meisya juga tidak ingin menutupi kondisinya pada Eva. Apa lagi kalau sampai Eva mengetahuinya dari orang lain.
Eva bingung harus menjawab apa. Dia tidak bisa berpikir jernih saat ini. Kondisi Meisya yang sedang hamil sungguh mengejutkannya. Apa lagi Meisya tidak memberitahu siapa yang menghamilinya.
“Aku masih ingin melanjutkan jadwal perfom yang sudah ditentukan. Aku gak mau membuat penggemarku merasa kecewa.” Kata Meisya kemudian.
Eva menghela nafas dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. “Kamu masih bisa melanjutkannya. Asal penggemar kamu atau yang lainnya gak tahu kondisi kamu saat ini.”
“Aku bisa memastikan jika hanya aku dan Mbak Eva saja yang beru mengetahuinya.”
Eva tak lagi banyak tanya. Dia mengerti kalau saat ini bukan saatnya dia terlalu banyak berbicara dengan Meisya. Apa lagi dengan kondisi Meisya yang sedang tak baik-baik saja saat ini.
“Baiklah kalau begitu. Kamu bisa melanjutkan perfom untuk selanjutnya.”
Meisya tersenyum mendengarnya. Setidaknya dia masih bisa melanjutkan pekerjaan meski kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
“Nak, mari kita berjuang sama-sama, ya. Mama mohon jangan rewel di dalam perut Mama.” Gumam Meisya sembari mengusap perut setelah berpisah dengan Eva.
Meski sulit untuk menerima kenyataan jika dia sedang hamil, tapi Meisya tidak membenci janinnya. Meisya sadar jika janinnya tak bersalah. Dirinyalah yang bersalah karena sudah membuat anaknya hadir tanpa adanya hubungan pernikahan.
Di saat Meisya tengah dirunduh rasa sedih dan bingung harus berbuat apa lagi untuk ke depannya dengan statusnya yang sedang hamil, di tempat yang berbeda, Kenzo dan Bianca justru tengah berbahagia. Karena sore itu mereka kembali mendapatkan job bernyanyi di tempat yang sama dan melakukan duet seperti biasanya.
Beberapa penggemar mereka pun seperti biasanya mengunggah momen kebersamaan mereka di media sosial dengan berbagai macam caption.
“Kenzo, Bianca…” Meisya tersenyum kecut melihat sebuah unggahan yang baru saja dia lihat di akun media sosialnya saat sudah tiba di rumah. Dapat Meisya lihat jika keduanya sangat serasi dan romantis sekali sebagai pasangan kekasih sekaligus pasangan duet.
“Apa yang akan terjadi nanti kalau Bianca tahu aku sedang mengandung benih kekasihnya. Apa dia akan memakiku atau bahkan memukulku?” Gumam Meisya sembari memejamkan kedua kelopak matanya. Rasanya dia sangat takut membuat Bianca marah dan kecewa meski hanya sebatas bayangannya saja.
“Gak, Bianca gak boleh tahu kalau aku sedang hamil anak Kenzo. Aku harus menutupi dari Bianca atau siapapun itu jika aku sedang hamil anak Kenzo. Aku gak mau sampai membuat hubungan mereka jadi hancur karena kesalahanku!”
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Meisya dan Kenzo, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Meisya merasa bersalah sm ibunya krn hamidun luar nikah, Meisya membuat ibu malu dan kecewa krn tidak bisa menjaga dirinya sendiri dgn baik.....
tapi semua terjadi juga bukan kehendakmu meisya hrs terima kehamilanmu juga, Anak adalah rezeki krn anak itu tidak bersalah...
Meisya hanya mikir nasib kedepannya hrs gmn kehamilannya, yg pasti bikin kecewa ibunya juga...
smg ada jalan keluarnya meisya hrs sabar menghadapi ujian dan cobaan pasti akan ada hikmahnya/jalan keluarnya....
2025-07-13
4
Felycia R. Fernandez
kenapa harus mengorbankan anakmu untuk status mereka yang hanya pacaran???
pacaran lho ini Meisya,bukan rumah tangga...biasa pacaran dan putus...
kamu malah mengorbankan hidup anak mu...
😫😫😫😫😫
2025-07-12
2
Hafifah Hafifah
bukan salahmu Mei kamu juga g berharap ini terjadi padamu kamu pantas bahagia dan anak ini juga berhak dapet keluarga yg utuh si kenzo harus tau dan dia harus bertanggung jawab atas apa yg udah dia perbuat meskipun kalian melakukannya dalam keadaan tidak sadar enak aja dia bisa tertawa bahagia bersama pacarnya sementara kamu tersiksa
2025-07-14
1