3. Batang Leher

Samantha urung memasukan mobilnya ke garasi, begitu di lihatnya Elias dan mobil pria itu sudah nongkrong di depan teras rumahnya.

"Sayang, akhirnya kamu kembali. Sejak semalam aku disini menunggumu pulang, anak kuncinya tidak berfungsi," Elias meunjukan satu anak kunci miliknya yang biasa ia gunakan untuk membuka pintu bila ia pulang.

"Jangan menambah kebohongan lagi, Mas." Samantha memperlihatkan raut muaknya. "Aku memang sudah meminta tukang kunci mengganti semua kunci rumahku ini, Mas. Tapi bukan dari semalam."

Elias menelan salivanya. Samantha benar, ia memang baru saja tiba di rumah isterinya sore ini. Hampir tembus pagi, ia baru diperbolehkan pulang oleh pihak hotel setelah membereskan kekacauan semalam dengan pihak hotel. Jadi, setelah cukup istirahat barulah ia menyambangi rumah isterinya itupun karena di paksa oleh ibunya.

"Untuk apa kamu pulang, Mas? Pulang saja ke rumah selingkuhanmu itu, aku tidak akan melarangmu lagi, lakukan sesukamu. Aku sudah mendaftarkan perceraian kita di kantor pengadilan negeri, tunggu saja panggilannya beberapa waktu kedepan."

Samantha berucap datar, walau hatinya masih teramat sakit, tapi ia sudah lebih bisa menguasai diri dibandingkan semalam.

"Samantha, kamu tidak serius 'kan?" Raut Elias menegang, tidak menduga isteri yang ia tahu sangat mencintainya mengambil tindakan itu.

"Maafkan aku, Samantha... aku, aku khilaf, aku sangat menyesal," berusaha meraih tangan isterinya, tapi langsung ditepis kasar.

"Hmph..." Samantha tersenyum pahit.

"Saat tertangkap basah, akan berkata khilaf sebagai perlindungan diri. Aku yakin Mas, kamu pasti sudah sering melakukannya dibelakangku, makanya sampai ketahuan. Iya, 'kan?"

"Samantha, kumohon... Beri aku kesempatan kedua, kamu tidak bisa semudah itu memutuskan untuk bercerai secara sepihak. Ingat, pernikahan kita sudah enam tahun, sudah banyak hal yang kita lalui bersama, Samantha."

Elias kembali mendekat dengan raut memelas penuh permohonan, berusaha meraih tangan Samantha, tapi Samantha yang sudah terlanjur sakit hati itu kembali menghempaskan tangan Elias dengan kasar.

"Kenapa baru sekarang Mas berfikir seperti itu? Sekarang sudah terlambat. Aku sudah tidak mau jadi isteri kamu lagi! Sebelum kejadian semalam, teman-temanku sudah banyak yang mengadu kalau mereka sering melihatmu bersama Olin, tapi aku tidak menanggapinya. Sampai akhirnya aku melihatnya sendiri," nafas Samantha memburu, emosinya cepat tersulut bila mengingat peristiwa semalam.

"Samantha, aku mohon--"

Sreeet.

Samantha yang mencoba menghindar, membuat tangan Elias tak sengaja menarik simpul syal yang menutupi leher jenjangnya.

"Apa ini, Samantha?" Raut memelas penuh permohonan Elias seketika berubah suram, melihat leher isterinya yang terlukis stempel bibir yang bukan miliknya.

"Bukan urusanmu."

"Ini urusanku, Samantha! Kamu masih isteriku!" berang Elias sambil mencengkram geram pundak Samantha.

"Kamu, kamu ternyata perempuan pela cur, Samantha!" makinya penuh amarah. Cemburu dalam dada Elias meledak, ia begitu geram, wajahnya merah padam, tangannya langsung terangkat ke udara, siap melayang.

"Tampar! Tampar kalau berani, Mas!" Samantha menatap tajam, emosinya semalam belum benar-benar mereda.

"Justru tamparanmu akan lebih memperkuat alasanku cerai darimu, Mas!"

Tubuh Elias gemetar, bukan hanya tangannya yang bergetar, tapi gigi-geliginya ikut bergemeletuk. Dengan gerakan kasar menghempas, pria itu menurunkan tangannya yang tidak jadi melayang ke wajah Samantha.

"Samantha, aku memang salah, aku akui itu. Tapi aku tidak bisa terima kalau ada pria lain yang berani-beraninya menyentuhmu," Elias merendahkan suaranya, berusaha mengatur emosi, biar bagaimanapun, ia masih sayang pada isterinya itu.

"Kamu laki-laki egois, Mas. Maunya menyakiti isteri, tapi tidak mau tersakiti."

"Aku sengaja membalasmu, Mas. Supaya kamu juga mengerti bagaimana rasa sakitnya aku dikhianati." Samantha menahan tangisnya yang ingin meledak, ia sudah bertekad tidak akan meratapi diri lagi.

"Tapi tidak dengan sembarangan pria, Samantha!"

"Jangan pernah tinggikan suaramu lagi Mas. Aku sudah bu-kan isteri-mu!" Tangan Samantha menunjuk dengan gemetar.

"Asal kamu tahu saja, Mas. Laki-laki itu lebih tampan dari kamu, dia lebih perkasa, dan batangnya lebih besar!"

"Batang? Batang, a-apa?!" rahang Elias mengeras penuh curiga.

Samantha seketika gelagapan, baru sadar ia keceplosan saking emosinya.

"Batang leher! Batang lehernya lebih besar dari batang leher kamu, mas!"

BAM!!!

"Samantha! Buka Samantha! Kita harus bicara!" Elias menggedor-gedor pintu yang telah ditutup, tapi Samantha tidak mau membukanya, ia takut Elias nekat.

"Apa liat-liat?!" Elias melotot, amarahnya yang sudah mencapai ubun-ubun kian dibuat kesal melihat para tetangga sedang menonton dirinya di depan pagar rumah.

"Lumayan tontonan gratis, Mas!" ledek salah satu ibu berdaster yang terkenal sebagai biang gosip.

"Pergi, dasar ibu-ibu pengangguran, tidak punya kerjaan selain ngegosip orang!" Ketus Elias.

"Oh, Mas'e masih ngerasa jadi orang, saya fikir tadi kuda, yang hobinya main kuda-kuda'an sama perempuan yang bukan bininya. Dasar laki-laki tidak tahu malu!"

Derai tawa langsung riuh, menyambut ledekan ibu berdaster yang sarat cemooh.

"Oh, dasar manusia-manusia kurang ajar! Bisanya hanya menghakimi orang lain!" Emosi Elias sudah tidak terbendung, ia berlari ke pagar, ingin menabok mulut para ibu-ibu menggunakan sepatu kulitnya yang sudah ia lepas sedari tadi.

Bukannya takut, para ibu-ibu dengan kompak serentak maju, masuk pagar rumah, lalu mulai menjambak Elias beringas.

"Rasakan ini! The power para Emak!!!"

Bag! Big! Bag! Bug! Bag! Big! Bag! Bug!

"To-long! Dasar! Hobi keroyokan!" Elias berteriak.

Bag! Big! Bag! Bug! Bag! Big! Bag! Bug!

"To-long! To-long!" Elias terus berteriak, tubuhnya sudah tidak sanggup menahan sakit.

Bag! Big! Bag! Bug! Bag! Big! Bag! Bug!

"Stop! Stop! Hentikan! Hentikan!" Pak RT datang melerai, sangat panik.

"Jangan main hakim sendiri Ibu-Ibu!"

"Hahh! Hahh! Tolongin saya pak RT, mereka bisa membunuh saya pak RT. Hahh! Hahh!" Rintih Elias dengan nafas terengah-engah.

Pak RT menatap penuh rasa prihatin wajah Elias yang babak-belur dan membengkak.

"Aduh, Ibu-Ibu, seharusnya tidak boleh begini..." pak RT membantu Elias bangun dari tanah.

"Itu pelajaran yang pantas bagi laki-laki yang tidak bisa jaga burungnya, pak RT. Biar para suami di komplek ini tidak berani macam-macam! Kami bakal bersatu menghajar manusia laknat seperti itu!" Dona, si ibu berdaster dan bertubuh gemuk itu mewakili semua rekan-rekan sejawatnya.

"SETUJU!!! HIDUP Bu DONA!!! HIDUP Bu DONA!!!" Lantang para ibu-ibu itu berselebrasi.

"Kami para ibu-ibu komplek ini, tidak akan pernah segan-segan bertindak membela kaum kami yang teraniaya laki-laki bajingan macam pak Elias ini!"

"SETUJU!!! HIDUP Bu DONA!!! HIDUP Bu DONA!!!"

"Dari mana mereka tahu kalau mas Elias selingkuh?" Samantha yang mengintip dari balik gorden rumahnya nampak heran.

"Apa mungkin mereka menguping pembicaraanku dengan pak RT tadi siang ya?"Samantha kembali bertanya-tanya dan menduga-duga sendiri tanpa tahu jawaban yang pasti.

✍️ Bersambung... CEO Baru.

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

ga ngaca kamu Elias.. yang selingkuh duluan itu kan kamu.. selingkuh di balas selingkuh lagi .. hello.. gimana rasanya ??

2025-07-09

1

neng ade

neng ade

waduh sampai bahas batang juga .. 😂😂

2025-07-09

1

R 💤

R 💤

Kenapa lelaki macam tuh yah, udah ketahuan masih bisa bersikap seolah biasa ...hishh, bikin tensi naik

2025-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!