GERBANG SEKOLAH
" Yuna, supir loe kemana?"
" Udah gue pecat, gue belum nyari penggantinya, biasalah..." Membuka pintu pengemudi sambil memakai kacamatanya.
" Loe beli mobil baru lagi? Wah keren..." Mengusap mobil dengan wajah kagumnya.
" Udah buruan! Kita hangout hari ini terus ke salon, rambut gue jadi berantakan gara-gara cewe tengil itu," Yuna memegang rambutnya dan segera tancap gas.
Namun sesaat mereka melewati gerbang sekolah, para pemotor mulai mengikutinya dari belakang. Tak hanya itu, mereka mengikuti geng vampir hingga ke pusat perbelanjaan dan juga salon. Geng vampir pun mulai menyadarinya, merasakan hal yang mencurigakan melihat sekelompok pria bermasker tengkorak mengikuti mereka sejak tadi. Karena hal itu, geng vampir memutuskan untuk segera pergi.
" Yuna, sepertinya ada yang aneh, kenapa mereka ikutin kita dari tadi sih?"
" Kok gue jadi takut ya," Menarik lengan Yuna untuk segera pergi.
" Kalian gak usah parno deh."
" Yaudah kita kerumah gue aja, apa mereka tetep ikutin kita kesana atau nggak."
Ternyata mereka tetap mengikuti geng vampir hingga ke rumah Yuna. Yuna mengintip mereka dibalik jendela kamarnya. Perasaannya mulai tak karuan, wajahnya cemas dan gelisah begitu juga yang dirasakan kedua temannya. Tiba-tiba terdengar dering pesan dari ponselnya, nomornya tidak dikenal. Dengan penasaran, dia membuka pesan itu dan wajahnya berubah ketakutan dan membanting ponselnya karena terkejut.
" Yuna, kenapa sih? Kaget tau!"
Mengambil ponsel yang terjatuh. " Apa? Ini kan foto kita di Mall tadi, kok mereka bisa ngirim ke nomor kamu sih."
" Gue juga nggak tau, nomornya juga nggak dikenal."
Menerima pesan kembali. " Eh, ada pesan lagi nih." Menunjukan pesan ke arah Yuna.
"Ambil sebuah kotak di teras rumah mu!"
" Apa? teras rumah?"
Bergegas keluar mengambil sebuah kotak yang ternyata tergeletak di depan pintu rumahnya. Mereka sangat terkejut, tangannya gemetar saat membuka isi kotak dengan perlahan.
Terdapat sebuah boneka menyeramkan, lusuh dan penuh dengan coretan merah. Yuna membuka kotak itu, wajahnya terkejut dan berteriak histeris. Yuna melemparnya dan berlari kedalam rumah diikuti kedua temannya. Mereka tidak dibiarkan untuk tenang, dering ponsel berdering berkali-kali. Yuna terlalu takut untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Mereka terjebak tidak bisa menghubungi siapapun atau meminta bantuan, karena terus di awasi.
TAMAN
Raisa menghentikan motornya, melepas helm Bobby dan menggandeng tangannya menuju sebuah taman. Senyumnya berseri, cahaya memukau terpancar dari wajahnya. Senyuman Raisa yang menawan dengan kibasan rambut yang tertiup angin, mampu mencairkan hati Bobby. Bobby tak berhenti menatapnya, jantungnya berdetak kencang. Raisa yang menyadarinya meremas wajahnya agar tersadar.
" Bob, kenapa sih? Jangan bengong nanti kesambet loh," Menatap Bobby dengan mata indahnya.
" Iyah..kesambet kamu..." Nadanya pelan nyaris tak terdengar oleh Raisa.
" Apa Bob?"
" Nggak jadi," memalingkan muka.
" Kamu mau eskrim gak? Aku traktir ya, coklat kan?"
" Tumben, ada angin apa nih," Raisa menyipitkan matanya.
" Ucapan terima kasih, kamu kan udah tolongin aku tadi Sa," ujarnya sambil tersenyum.
" Oke, jangan lama-lama ya."
Taman adalah tempat favoritnya untuk mengisi energi dan merasakan kebahagiaan yang telah hilang sejak lama. Tempat ini, membawa kenangan indah saat dia bisa berkumpul bersama, tertawa, dan merasakan hangatnya pelukan. Namun, di tempat ini juga mengandung luka yang mendalam. Membawa kenangan pahit yang tidak bisa ia lupakan. Aroma harum bunga di sekelilingnya masih tetap sama, namun rasanya hilang setelah mengenang adik tercintanya menghilang di tempat yang sama.
Air matanya menetes seketika, mendongak ke langit, menghirup napas panjang seraya menenangkan hati yang mulai rapuh. Matanya terpejam sebentar sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
Beberapa menit kemudian, Bobby tersenyum menenteng dua eskrim dan berjalan pelan menghampiri Raisa yang masih terpejam. Bobby menatap Raisa dengan penuh arti.
" Raisa, mungkin kita hanya teman, tapi aku harap suatu saat nanti, kamu bisa lihat perasaanku yang sebenarnya," benaknya.
" Aku tahu Sa, kamu belum lihat aku lebih dari sekedar teman, tapi aku akan terus berusaha yang terbaik untukmu dan berharap kamu bisa merasakan hal yang sama." Bisiknya dalam hati.
Tiba-tiba Raisa membuka matanya dan terkejut melihat sahabatnya yang sedang menatapnya sejak tadi.
" Astaga Bob, loe ngapain sih? Gue kaget tau." Mengelus dada dan mengambil eskrim dari genggaman Bobby.
" Iya maaf, nih."
Raisa segera membuka bungkus eskrim dan melahapnya dengan cepat, sehingga noda coklat berceceran di mulutnya. Bobby melihat itu hanya tersenyum tipis, mengusap bibir Raisa dengan lembut, menatapnya dengan penuh kasih. Raisa hanya terdiam tanpa merespon apapun.
" Bob, apaan sih kok loe jadi sweet gini?" Menepis tangan Bobby.
" Jangan jangan loe lagi praktek adegan di drama yang loe tonton kan?" tuduhnya.
" Iya...emang kenapa? Kamu baper?"
" Bukan, kenapa prakteknya sama gue? Kenapa gak sama pohon aja sekalian biar romantis, asem loe!"
Raisa memalingkan muka dan melanjutkan makannya. Namun Bobby hanya tersenyum salah tingkah setelah kejadian itu dan masih memandang tangannya bekas sentuhan manis tadi.
" Raisa, makasih kamu selalu memberi warna dalam hidupku. Kamu sangat berarti buat aku Sa, tanpamu hidup ku tak berharga," benaknya dalam hati.
" Setidaknya biarkan aku terus mencintaimu dalam diam, meskipun aku tahu perasaan ini tak terbalaskan," ujarnya dalam hati sambil memandang Raisa sesekali.
" Cepet habisin eskrim nya, loe gak mau kan dimarahi sama ayah kalo pulang telat?"
" Iya bawel."
Raisa mengambil helmnya namun Bobby menariknya dan memasang helm untuk Raisa. Raisa mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh sahabatnya.
" Raisa, giliran aku yang bonceng kamu ya?"
" Terserahlah.."
Bobby mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sangat lambat, itu yang membuat Raisa merasa kesal dan menyuruhnya untuk melaju dengan cepat agar terhindar dari omelan ayahnya. Namun saat Bobby menancap gas tanpa aba-aba, Raisa pun terkejut memeluk erat Bobby secara tidak sengaja. Bobby menikmatinya sambil tersenyum bahagia. Tersadar dengan kejahilan sahabatnya, Raisa mencubit perut Bobby hingga berteriak kesakitan. Tak sengaja Bobby menyentuh tangan Raisa beberapa detik sampai Raisa tersadar dan memukul helmnya.
Sesampainya di rumah, terdengar samar orang yang berteriak. Suara itu berasal dari rumah, Mereka segera berlari masuk ke rumah tanpa melepas helm saking paniknya. Namun ternyata hanya terlihat seseorang duduk di sofa dengan meja dipenuhi dengan bungkus kripik dan kaleng soda. Dia sedang bersantai sambil menonton film favoritnya. Raisa menghela napas panjang.
" Ayah baik-baik aja?" Raisa memeluk ayahnya dari belakang.
" Iya, kenapa ayah teriak-teriak sih. Bikin panik aja tau," Bobby terduduk menyender di punggung sofa dengan lemas.
" Kenapa sih? Ayah nggak papa, kalian gak usah panik gitu."
" Ayah lagi nonton apa sih? Episode berapa yah?" Bobby mengambil sebungkus kripik dan ikut menonton film.
" Ayah lagi nonton film zombie lari-lari di rel kereta, mereka ngejar Seok- Woo, aduh jantung ayah mau copot nontonnya." Mengelus dada.
" Oh seru tuh yah, apalagi kasian Sang-Hwa harus berkorban buat istrinya yang lagi hamil. Aduh kasian deh, jadi pengen nangis." Matanya mulai berkaca-kaca menahan tangis.
" Ah, mulai lagi. Yaudah aku masuk dulu yah, Kepalaku pusing dengernya." Raisa pergi menuju kamarnya.
Bobby mendekati ayah Raisa mempunyai maksud tertentu. Dia ingin membujuk ayah Raisa untuk mengijinkannya mengajak putrinya menonton konser bersama besok malam. Dengan rencana yang matang dan rangkaian kata yang telah ia pikirkan semalam, mengumpulkan semua keberaniannya.
" Ayah aku boleh curhat gak, aku lagi sedih hari ini."
" Bentar Bob, ini Soo-An lagi dikejar sama zombie. Lagi seru Bob."
" Ayah aku serius, yaudah sambil nonton aja nggak papa deh," bujuk Bobby sambil Memukul dahinya.
" Iya ngomong aja, tapi mata ayah lagi fokus ke si zombie, gak papa ya?"
" Jadi gini, besok aku udah beli dua tiket konser tapi aku sedih yah, Tiket satunya buat siapa, masa aku sendiri pergi ke konser," menoleh Ayah Raisa yang sejak tadi tidak menghiraukannya.
" Jadi aku mau ajak Raisa juga, boleh kan yah?"
Namun pertanyaannya tidak dijawab sama sekali, hanya terdengar teriakan dari mulutnya dengan mata yang fokus ke layar. Bobby menarik napas panjang dan bertahan dengan penuh kesabaran agar rencananya berhasil.
" Ayah, ijinin Raisa pergi ke konser kan?"
" Ijinin kemana?"
" Aduh..ke konser besok."
" Konser apa?"
" Ya ampun, yah kumohon dengerin dulu sebentar aja," Bobby memegang pundak ayah Raisa dan memohon.
Ayah Raisa menengok wajah Bobby yang cemberut sedih dan menghentikan filmnya.
" Ada apa Bob? Jadi ijinin apa?" nadanya pelan.
" Jadi aku mau ajak Raisa nonton konser besok yah, boleh kan?" bujuknya sambil tersenyum.
" Jam berapa?" Badannya mulai tegap, sorot matanya tajam membuat Bobby menelan ludahnya.
" Jam 7 malam yah, tapi tenang aku bakalan jagain Raisa kok."
" Yang selama ini jagain kamu kan Raisa, gimana sih," Ayah Raisa menatap penuh curiga.
" Iya sih, tapi aku janji kok. Raisa nggak bakal kenapa-kenapa, boleh kan yah?" bujuknya.
" Nggak, Ayah gak ijinin kalo malem!"
" Tapi yah, aku udah beli dua tiket," ujarnya sedih.
" Yaudah sendiri aja! Atau mau ayah temenin?"
" Nggak usah deh yah, aku sendiri aja kalo gitu," Bobby menghela napas dengan wajah yang sedih karena rencananya gagal.
Bersambung...
Terimakasih yang selalu setia nunggu lanjutan ceritanya. Tinggalin jejak dengan like dan komen di kolom komentar ya..
Menurut kalian Bobby bakal nyerah gk bujuk ayahnya Raisa?
Kenapa Bobby bersikeras ngajak Raisa ke konser?
Makasih bantu suportnya ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
~♡Chuuya x Me♡~
Aku suka alur cerita nya tapi author kamu beneran masih pemula kan/Hammer//Hammer/
2025-07-12
1
Jemiiima__
oke kali ini cameo nya train to busan kah? 😂
2025-09-09
1
Aquarius97 🕊️
Hahahahaha, kalau aku menilai, cewe kek Raisa emang gak gmpang sadar dengan perasaan2 seperti itu Bob kalau u gak bilang lngsung... karena Raisa tulus Sama kamu, syg dan nyaman sbg teman ...
2025-08-11
1