"Bos ini helm nya,"
pria itu sebaya dengannya, pakaiannya serba hitam berjaket kulit sama halnya dengan yang ia kenakan. Pria itu menunduk tidak berani menatap matanya sambil memberikan helm hitam dengan kedua tangannya. Wajahnya berubah dingin, sorot matanya tajam, berbanding terbalik sikapnya jika bersama ayahnya. Suara gas motor yang membuat telinga bergetar ketakutan, hanya lambaian tangan yang menandakan kita harus segera pergi mengikutinya.
MARKAS RAHASIA
Semua anggota geng sibuk dengan urusannya masing-masing, di sebuah meja bundar terlihat sekelompok pria meminum segelas kopi hitam sambil tertawa memainkan setumpuk kartu yang ia lemparkan. Di sisi kiri terlihat dua orang bermain game di sebuah laptop bergambar tengkorak dengan asap tebal mengepul di wajahnya. Dan disebelah kanan sekelompok pria berbaju kusut dan lusuh menonton sebuah film di handphone pink hello Kitty sambil menggigit bibirnya dan tertawa bersama, di luar seseorang sedang mengotak Ngatik sepeda motor tua yang usang dengan wajah dan baju yang berlumuran oli. Di pojok terlihat seorang pria yang fokus dengan laptopnya, alisnya ketarik ke atas, dahinya berkerut memikirkan sesuatu, tangannya tak berhenti menekan tombol.
Namun rutinitas itu terhenti seketika, saat sebuah motor mulai muncul di permukaan, diiringi bunyi klakson menandakan ada seseorang yang akan datang. Semua pria yang berkumpul disana berlari tergesa-gesa menuju gerbang, berbaris merapikan pakaian mereka yang berantakan. Mereka serentak menunduk dan memberikan hormat, tak ada yang berani menatapnya. Suara motor berhenti di hadapannya, diikuti salah satu pria yang bertugas mengambil helm dan memarkirkan motor. Suara hentakan kaki melangkah masuk ke markas, membuat bulu kuduk berdiri hanya dengan mendengarnya.
Ketua geng berkulit putih bersih dengan sorot mata tajam, rambut terurai panjang bergelombang, badannya tegap dan langkahnya pasti. Semua tunduk padanya, ia adalah Raisa sang ratu jalanan. Ia dijuluki dengan nama Blade, hanya dengan tatapan tajam musuh pun tak bisa berkutik.
Ia duduk di sebuah kursi kayu berukiran naga di kedua sisinya dan terlihat stiker bergambar seekor burung elang yang sedang memangsa seekor ular. Semua berkumpul menghadap Raisa yang sejak tadi memainkan jari tangannya. Seseorang berbicara dengan nada gugup, matanya tidak berani menatapnya sambil menggenggam kedua tangan.
" Bagaimana? Klien kita udah bayar?" Sorot matanya tajam.
" Aman bos," jawabnya gugup.
" Bagikan ke anak-anak!"
" siap bos," ujarnya sambil menahan raut wajah yang mulai merekah karena senang.
" Apa ada klien lagi?"
" Belum bos, kita free hari ini. Memangnya kenapa bos?"
" Nggak, ada urusan aja,"
Raisa beranjak dari kursi berniat pergi ke suatu tempat. Semua yang berkumpul membukakan jalan untuknya dan memberikan hormat.
" Jika ada klien, cepat hubungi gue. Gue harus lebih selektif lagi. Gue harus fokus belajar untuk ujian minggu ini,"
" Baik bos,"
Seorang pria bergegas pergi mengambil motor yang terparkir, segera memberikan helm ke Raisa. Walaupun ia seorang ketua geng, dia tetap harus belajar dan bersekolah karena tidak ingin mengecewakan ayahnya. Dua motor mengawalnya dari belakang. Satu menit setelah Raisa menancap gas.
Suara teriakan terdengar dimana-mana setelah kepergiannya, semua anak buahnya bersorak melihat setumpuk uang yang tersimpan rapi didalam kertas coklat yang akan dibagikan.
Disebuah gang dekat rumahnya, Raisa turun dari motor bergegas pulang ke rumah, Dua orang pria yang sejak tadi mengawalnya bertugas membawa motor Raisa, bergegas pergi dari hadapannya. Namun dari kejauhan, terlihat sebuah motor vespa berwarna biru langit dipenuhi dengan stiker gambar oppa oppa korea, terparkir di depan rumahnya. Wajahnya terkejut seakan mengenali motor itu, terdiam sebentar sambil menggigit kuku jari tangannya, memandang pintu yang masih tertutup rapat dan sepasang sepatu pink berjejer rapi di teras rumah.
" Astaga, aku lupa menghubunginya. gimana ini?" ujarnya dalam hati, menepuk jidatnya.
" perang dunia nih,"
Raisa menghela napas panjang bersiap dengan omelan sang ayah dan mengerutkan dahi seraya berpikir alasan yang memungkinkan. Namun, saat ia mengetuk pintu dan membuka pintu dengan pelan, ia terkejut mematung badannya goyah seakan ingin terjatuh, terlihat senyuman rasa bersalah terpampang di wajahnya. Ayahnya sudah bersiap dengan tatapan tajam, memegang sekantong kripik kentang yang diapit ketiaknya.
" Aku pulang,"
" Eh, ayah pasti sedang nonton kan? Episode berapa yah? Gimana kabar Cha Eun-Woo?"
Raisa mengalihkan pembicaraan, mengembalikan suasana yang mulai chaos. Namun tiba-tiba terdengar samar dari kejauhan, seseorang memanggil ayahnya. Dia sedang duduk santai menggenggam sebungkus kripik pedas menghadap layar.
" Ayah, Cha Eun-Woo keren banget yah, sini buruan!"
" oke, bentar Bob,"
" Ayah ingin bicara sama kamu Sa, masuk!"
Ayahnya menarik lengan Raisa dengan wajah yang mulai memerah karena menahan amarah, menyuruhnya duduk di samping Bobby yang sedang fokus nonton drakor tanpa menghiraukan Raisa. Wajahnya kesal tertunduk ketakutan dan bersiap dengan beribu-ribu ocehan ayahnya.
" Awas kau ya, Bob," benaknya dalam hati sambil mengepalkan tangannya.
Suara ayahnya menggema di setiap dinding rumah, pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan sambil menunjuk Raisa, ayahnya mengomeli Raisa hampir dua jam lamanya. Telinganya mulai berdengung, ia masih terdiam membisu mendengar perkataan ayahnya, merasakan lelah yang luar biasa, helaan napas panjang mulai terdengar seakan memohon untuk segera berhenti.
Teriakan memecah pembicaraan. Bobby berteriak menatap layar TV. Bobby yang sejak tadi asyik menonton sambil memakan kripik pedasnya, selintas ide muncul di kepalanya. Mengambil segenggam kripik Bobby dan memasukan ke mulutnya dengan paksa dan alhasil Bobby pun terbatuk dan mencari segelas air jeruk yang tiba-tiba habis diminum Raisa diam-diam.
" Aaaa..."
" Air...dimana air?"
Raisa hanya cekikikan melihat tingkah Bobby, seperti membalas semua yang ia alami. Ayahnya terkejut kasihan dan menghentikan pembicaraan, bergegas ke dapur membuka kulkas dan menuangkan segelas air minum.
" Gimana? Enak? Rasain!!"
Raisa mendorong Bobby hingga tersungkur, kripik berserakan dimana-mana, Bobby hanya pasrah dan memegang tenggorokannya yang terasa sakit, menepuk-nepuk dadanya karena terus terbatuk. Raisa tak berhenti tertawa, memukul bantal di sebelahnya dan melempar mengarah ke wajah Bobby.
" Ayah cepatlah, kasihan si Bobby. Dia udah nggak berdaya yah,"
" Iya sebentar, aduh kasihan sekali anak itu,"
Bergegas memberikan segelas air minum berwarna kuning, wajahnya cemas dan seakan melupakan apa yang terjadi. Namun, Ayahnya masih penasaran dan melontarkan satu hal agar membuatnya percaya. Disamping Bobby yang menatap Raisa, seakan mengetahui apa yang harus dia lakukan untuk menolong sahabatnya agar terhindar dari masalah. Keduanya saling pandang dan mengangguk bersama.
" Raisa, dari tadi kamu kemana? Katanya ke rumah Bobby? Kamu bohong sama ayah?"
Raut wajahnya mulai sedih, matanya berair tak percaya putrinya sendiri berani membohonginya.
" ah, aku lupa kemarin malam Raisa menelpon ku untuk belajar bersama yah. Tapi, aku lupa. Maaf yah, bukan salah Raisa, kumohon,"
Bobby menjelaskan dengan nada meyakinkan, memandang dengan senyuman sambil menggaruk kepalanya dan membujuknya untuk menonton drama bersama yang terpotong karena suatu insiden. Ayahnya mengangguk, terduduk di sofa melanjutkan tontonannya. Namun, masih terlihat jelas di wajahnya, bahwa ia belum mempercayainya.
" Ini semua gara-gara kamu Sa, ayah jadi kelewat liat Lee suho, padahal disini dia mau nembak Lim Ju-Kyung lho,"
" Iya nih, jadi keduluan sama Han Seo-jun yah," cela Bobby.
" Masa sih, ah ayah kelewat banyak nih episode nya,"
Mereka menghiraukan apa yang terjadi, duduk bersama sambil berbincang membicarakan hal yang tak dimengerti oleh Raisa. Raisa hanya menggelengkan kepalanya dan pergi ke kamar dengan wajah lesu, lehernya terasa kaku karena sejak tadi menunduk mendengar omelan ayahnya.
" Aku ke kamar dulu ya, cape,"
Mereka terlalu asyik menonton dan tidak menjawabnya.
Bersambung...
Minta suport dan vote karya ini ya supaya aku semangat nulis kelanjutan ceritanya. Kritik dan saran yang membangun agar aku bisa terus belajar dan berkembang. Terimakasih. Kawal terus ceritanya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Azαzel
nuansa komedi romantis atau komedi sehari-hari nya menarik. gaya bahasanya ringan dan mudah dicerna, cocok untuk bacaan santai. konflik yg disajikan juga terkesan sederhana dan relatable.
Pokoknya, semangat teruss thor!!😁
2025-07-07
1
Xlyzy
itu yang hp nya hello kity kamu sangat peminim bah
2025-08-26
1
TokoFebri
Okidoki Yo, is the truth? yeah! dengan celana motif harimaunya hihihi
2025-09-02
1