Bab 4. POWERLESS

" Gara-gara loe gue dihukum, itu buat gue malu ...loe harus nanggung akibatnya hari ini!"

" Bos, baiknya kita apain nih si culun ?"

Mereka menatapnya sinis, memegang kedua pipi Bobby dan mencengkram nya hingga terduduk lesu di sebuah kursi. Kedua siswi memegangnya dari belakang. Mengambil kacamata dan melemparnya ke papan tulis hingga retak. Badan nya gemetar ketakutan, napasnya terasa sesak dan keringat menetes di kedua pelipis mata, matanya mulai berair.

Mereka tersenyum hingga tertawa melihatnya dan mulai merencanakan sesuatu. Menengok sebuah meja dengan kotak pensil yang terbuka, mengambil spidol merah dan melukisnya di wajah Bobby yang sejak tadi tidak bisa berkutik.

" Wah, gimana? Mahakarya seorang Yuna."

" Haha...."

" Bagus bos."

" Bos, kayaknya kita harus lakuin yang lebih dari ini deh. Kayak ada yang kurang bos," bisiknya sambil merangkul bahu Yuna.

" Pinter juga loe, apa ya.."

" Yuna, aku mohon hentikan, cukup. Aku minta maaf..aku lupa,"

" Diem gak loe, berisik...!" teriaknya.

Isak tangis Bobby terdengar pilu, matanya sembab seraya memohon ampun. Namun pandangannya mulai kabur, detak jantung berdetak kencang setelah mendengar perkataan menyakitkan.

Yuna sang ketua geng vampir, itulah julukan dia di sekolah. Dia ditakuti di sekolah karena anak dari ketua yayasan, wajahnya cantik namun hatinya berbanding terbalik.

Bukan penghisap darah tapi menghisap popularitas orang lain.

Yuna mempunyai gangguan NPD dan HPD yang membuatnya ingin menjadi nomor satu di sekolah, dari segi penampilan, akademik dan popularitas. Bobby menjadi incarannya sejak kelas 1 karena mengalahkan kepopuleran geng mereka. Belum lagi Yuna mengetahui kelemahan dan rahasia kehidupan Bobby, sehingga ia sering memanfaatkannya.

" Apa? Maaf? Di kamus gue gak ada kata maaf atau lupa," bentaknya.

" Aku gak akan ngulangin lagi Yuna, aku mohon."

" Atau gue sebar info tentang bokap loe yang nganggap loe gak berharga itu, gimana?"

" Jangan Yuna, aku mohon hentikan."

" Bokap loe itu..."

" Cukup..." Bobby berteriak histeris.

Bobby mulai terdesak, wajahnya pucat dan mulai kehilangan kesadarannya karena anxiety mulai kambuh. Bobby berteriak histeris, membanting semua barang di hadapannya. Hal itu membuat emosi Yuna meledak, mengangkat tangannya ingin menampar Bobby.

Para murid yang menonton mereka diluar sejak tadi, tidak bisa berbuat apa-apa. Suara langkah kaki memecah kegaduhan yang menggema di sudut koridor, mereka serentak terdiam menatapnya. Tatapannya tajam, mulutnya tak berhenti mengunyah permen karet dan tangannya mengepal penuh emosi. Yuna terkejut menahan pergerakan tangannya, dan mengambil sebuah permen karet bersarang di pipinya. Raisa berjalan mengambil kacamata yang tergeletak di lantai, menatap Yuna dengan tajam.

" Bob, maaf gue terlambat, loe gak papa kan?"

" Loe gak usah ikut campur!"

" Ini jelas urusan gue, Yuyun.." ledeknya.

" Nama gue Yuna..." teriaknya.

" Oh iya, jangan lupa buang permen karetnya ya!" ledeknya.

Dia tak sadar sejak tadi memegang permen karet dan melemparnya mengarah ke wajah Raisa. Namun dalam hitungan detik ia menangkis dan memelintir tangannya ke belakang hingga menjerit kesakitan. Tak hanya itu rambutnya di jambak hingga kaki kanannya di injaknya. Yuna berteriak dan memohon ampun, namun wajahnya tetap penuh amarah dan dendam.

Kedua temannya hanya menatap Yuna yang sedang kesakitan, mereka tidak ingin menjadi sasaran amarah Raisa.

Raisa melepas genggamannya, membawa pergi Bobby dari ruangan itu sebelum guru datang melihatnya. Sorak para murid seraya bertepuk tangan melihat aksi heroik Raisa. Sedetik saat Yuna menatap mereka, para murid mulai membungkam mulutnya.

" Bob, loe bertahan ya. Kita ke uks sekarang."

" Gue gak bakal tinggal diem Bob, gue bakal bikin perhitungan,"

" Mereka udah buat loe kayak gini."

" Nggak papa Bob, aku disini," hiburnya.

Bobby yang sejak tadi terdiam sambil menggigit jari tangannya, pandangannya kosong, wajahnya penuh dengan coretan, jalannya mulai tak terarah sampai Raisa harus menopangnya. Kepalanya di belai dengan lembut seraya menenangkan.

UKS

" Bob, loe minum dulu ya."

" Ini semua akan baik-baik aja, loe gak usah khawatir lagi, gue disini."

Raisa memberi segelas teh hangat, mengusap punggungnya dengan lembut, menatapnya dengan hangat dan menggenggam kedua tangan Bobby. Dia masih belum pulih sepenuhnya, air matanya masih menetes mengingat sebuah kenangan pahit di hidupnya.

" Raisaa..aku lupa gak bawa buku itu, dia benar harusnya aku gak..."

" Cukup Bob, loe gak salah," celanya.

" Aku harusnya bawa buku itu, makanya dia marah sama aku Sa,"

" Kenapa sih aku bisa lupa!" Bobby teriak histeris.

Bobby memukul kepalanya karena merasa bersalah yang berlebihan, Raisa berusaha menghentikannya. Memeluknya dengan erat sambil mengusap kepalanya dengan lembut. Akhirnya, dia mulai merasa tenang walau tangisannya masih belum berhenti dan tatapannya masih kosong.

" Cukup Bob, kumohon tenanglah."

" Nggak papa, semua akan baik-baik aja."

" Semua orang bisa salah dan lupa Bob, aku juga pernah, loe nggak sendiri."

" Kamu tenang yah, gue disini nggak bakal ninggalin loe."

" Loe bakal nyesel Yuna, loe udah bikin dia kayak gini," benaknya dalam hati.

" Bob, loe istirahat dulu ya disini! Gue yang bawa kertas ujian ke ruang guru, sebentar kok."

Dia hanya mengangguk dan mulai berbaring, matanya masih berair namun jauh lebih baik.

Di balik pintu, Raisa mengambil handphone di saku kanannya. Menelpon seseorang dengan wajah penuh amarah.

" Halo, iya bos."

" Suruh anak buah kita untuk nunggu di gang sekolah!"

" Untuk apa bos, apa ada masalah?"

" Suruh mereka blokade 3 siswi, bikin perhitungan dan buat mereka menyesal. Tapi ingat jangan pake kekerasan! Nanti gue kirim fotonya."

" Ingat, tetap jaga rahasia geng kita!"

" Baik bos, saya mengerti."

" Ingat lakuin apa yang gue suruh!"

" Siap bos."

Raisa bernapas panjang mengendalikan emosinya, tatapannya masih sama, melangkah pergi menuju ruang guru dengan wajah dinginnya.

Bel pun berbunyi, semua murid bersorak riang bersiap untuk pulang. Raisa merangkul Bobby yang sejak tadi hanya terdiam membisu. Berjalan sambil bergandengan tangan menuju parkiran.

" Bob, loe udah baikan?"

" Udah Sa, makasih untuk semuanya," ujarnya pelan.

" Santai aja, gue bonceng loe ya. Gue nggak mau loe kenapa-kenapa."

" Loe nginep di rumah gue aja, nggak papa kok,"

" loe bisa nonton drakor sama ayah, gimana?"

" Loe nggak bakal ketemu mereka beberapa hari, tenang aja." Raisa memainkan alisnya sambil tersenyum.

" Maksudnya?" tanya Bobby dengan heran.

" Pokoknya loe nggak usah khawatir, aman kok."

" Tapi Sa, kamu nggak lakuin yang aneh-aneh kan?"

" Nggak..." senyumnya penuh arti.

" Kalo ketauan gimana?"

" Aman, mereka profesional."

" Tapi ..."

" Udah ayo..."

Raisa membungkam mulutnya dan memasang helm untuk Bobby. Ketika motor mereka melewati gerbang sekolah, terlihat sekelompok pria pemotor berpakaian hitam berjejer menunggu seseorang di sebuah gang. Raisa melewati mereka dengan memberikan kode anggukkan. Bobby memukul pundak Raisa dan menunjuk mereka.

" Raisa, mereka ngapain disini?"

" Raisaaa..."

Namun Raisa tak menghiraukannya, menancap gas meninggalkan gerbang sekolah. Hanya terlihat senyum dingin di wajahnya.

" Wah pekerjaan kali ini, seperti nya menyenangkan guys."

" Ya, gue jadi bersemangat nih."

" Wah, itu mereka...ayo kita beraksi..."

Bersambung...

Akankah rahasia Raisa aman?

Apa yang akan terjadi pada geng vampir?

Makasih yang masih setia kawal ceritanya, bantu suport dan like ya

Biar aku tetap semangat lanjutin ceritanya..

Makasih.

Terpopuler

Comments

~♡Chuuya x Me♡~

~♡Chuuya x Me♡~

Author beneran masih pemula kan/Scare/

2025-07-12

2

Aquarius97 🕊️

Aquarius97 🕊️

geng vampir, awas bob, bisa dihisap darahmu eheheh

2025-08-10

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Secangkir kopi buat kak author😍

2025-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!