Di dalam mobil hitam yang melaju pelan menuju kawasan elit tempat tinggal keluarga Morgan, Erik menyetir sambil sesekali mencuri pandang lewat kaca spion.
Ada yang terasa aneh dari adik perempuannya yang duduk di jok sebelah Oliva.
Hari ini Oliv kenapa ya?, dia tidak seperti biasanya yang selalu murung, pikir Erik.
Biasanya saat bersama keluarganya dia menjadi murung,dan pendiam, cenderung cuek, dan jarang memulai pembicaraan kecuali ditanya. Tapi sore ini… berbeda.
Oliv tersenyum-senyum sendiri sambil memainkan ujung rambutnya. Sesekali ia mendesah pelan lalu memandang ke arah Erik dengan tatapan jenaka.
“Kak Erik,” panggilnya dengan suara yang sedikit manja, hampir seperti menggoda. “Rambut Kakak masih berantakan seperti dulu. Nggak berubah ya…”
Senangnya aku punya kakak tampan, pikir Evelyn.
Erik menoleh sekilas dengan alis terangkat. "Hah? Kamu lagi kenapa, Liv? Baru bangun tidur?"
"Tidak"
"Kamu beda sekali hari ini! "
"Benarkah, bagiku aku sama seperti biasanya! "
Oliv tertawa kecil, tangannya bahkan iseng merapikan lengan kemeja kakaknya. “Kakak terlihat tampan hari ini! ”
"Uhuk.. "
"Kakak sakit? " Tanyanya yang cemas.
"Kakak baik-baik saja"
Erik makin heran. Ini bukan Oliv yang ia kenal. Dulu, jangankan menyentuh, bicara saja hanya seperlunya. Bahkan kadang Oliv menatapnya dengan dingin, seolah Erik hanya bayangan di rumah besar mereka.
“Liv,” gumam Erik pelan, “Kamu yakin nggak sakit?”
Oliv menoleh dengan senyum lebar, manis, tapi juga menyimpan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.
Matanya bersinar, bukan seperti Oliv… tapi seperti seseorang yang lain.
“Aku sehat, Kak… malah sekarang aku merasa lebih hidup,ya mungkin!,ada perubahan dalam sikap Oliv tapi aku tetap adik kakak yang cantik!”
Erik mengerutkan dahi. Ada hawa asing yang sulit dijelaskan dari sorot mata adiknya. Tatapan itu terlalu percaya diri, terlalu... dewasa. Tidak seperti Oliv yang selama ini tumbuh di bawah bayang-bayang orang tua mereka.
Yang Erik tidak tahu… di balik tubuh Oliv, kini bersemayam jiwa Evelyn yang entah bagaimana terbangun dalam tubuh gadis pendiam itu.
Mobil pun terus melaju menuju rumah keluarga Morgan, tapi yang ada di dalam bukan lagi gadis remaja yang ia kenal sejak kecil.
Dalam perjalanan mereka berdua senang, dengan pembicaraan seru mereka. Perubahan sikap Oliv tidak membuat Erik menjauh, malah semakin sayang dengan adiknya.
Mobil hitam itu berhenti perlahan di depan rumah besar keluarga Morgan,sebuah bangunan megah bergaya kolonial modern, dikelilingi taman yang ditata rapi dan gerbang besi hitam yang menjulang tinggi. Kesan elegan dan kekuasaan terpancar dari setiap sudut rumah itu.
Pintu mobil dibuka oleh salah satu pelayan rumah yang langsung membungkuk hormat. Erik turun lebih dulu, lalu menoleh dan memberi isyarat pada Oliv.
Gadis itu melangkah turun dari mobil dengan anggun, meski masih mengenakan seragam sekolah Red High,rok merah tua lipit yang jatuh tepat di bawah lutut, kemeja putih yang rapi tertata di balik blazer merah marun berlogo sekolah, serta dasi hitam tipis yang menggantung di kerah. Meski bukan gaun, penampilan Oliv tetap terlihat elegan… dan berbeda dari biasanya.
Rambutnya yang biasa dibiarkan berantakan kini disisir rapi, dan wajahnya menampilkan senyum kecil bukan senyum kikuk gadis remaja, tapi senyum seorang wanita dewasa yang tahu betul bagaimana harus bersikap.
Beberapa pelayan segera datang menghampiri. “Selamat datang, Tuan Erik. Nona Oliv, izinkan kami membawakan barang-barangnya.”
Erik mengangguk, menyerahkan koper mereka. Pelayan langsung membawanya dengan teratur.
"Terimakasih" Ucap Oliv sambil menyerahkan tas yang ia bawa.
Pelayan pun terkejut dengan sikap ramah Oliv pada mereka.
Erik lalu menunggu saudaranya untuk masuk bersama, dan merangkul adiknya sambil bercanda dan itu pemandangan yang tidak biasa untuk pelayan rumah mereka.
Langkah Oliv menyusuri lorong depan rumah membuat beberapa pelayan perempuan saling menatap heran,bukan karena kecantikannya, tapi karena aura tenang namun memikat yang terpancar dari gadis berseragam itu.
Biasanya, Oliv tak suka rumah-rumah besar seperti ini. Dingin, kaku, penuh aturan. Tapi kali ini berbeda. Evelyn jiwa yang hidup di dalam tubuh Oliv menikmati hidup seperti Oliva karena semua kehidupan Oliva adalah kehidupan pribadinya yang ia impikan. Dunia kekuasaan, kasta, dan permainan halus antar keluarga besar.
"Kakak mau ke ruang kerja dulu, kamu sebaiknya ke kamar dan kita makan bersama. Dan juga cepat ganti seragam mu itu, bau sekali! "
"Iya.., kakak ku yang tampan" Ucapnya sambil tersenyum.
Erik senang dengan sebutan adiknya itu, rasa canggung antara mereka yang dulu tiba-tiba terasa dekat.
Oliv segera berjalan ke lantai atas kamarnya, tapi ia lupa kamar Oliv yang mana.
"Dimana kamarku ya?, kenapa aku lupa? " Gumam Oliv dengan suara pelan.
Oliv pun iseng membuka satu persatu kamar yang ada di lantai atas, tapi saat membuka kamar di lantai atas yang berada di tengah.
Oliv pun terkejut dengan yang ia lihat, seorang pria bercumbu dengan seorang wanita dikamar itu.
"AHH..! " Teriak keras Oliv.
Mereka berdua pun terkejut, dan segera menutupi tubuh mereka.
"Oliv, sedang apa dikamar kakak? "
Oliv langsung terdiam, "kakak? "
Benar,Oliv punya kakak playboy bernama Mark. Pemandangan seperti ini sudah terbiasa untuk Oliv, pikir Evelyn.
"Maaf.., mengganggu!, he.. "
Karena suara teriakan Oliv, Erik segera menghampiri Oliv.
"Ada apa? "
Erik lalu melihat kearah saudaranya Mark, ia marah melihat kelakuan adiknya itu.
Langsung masuk kedalam kamar Mark. "Mark, apa-apa kamu?. Beraninya membawa wanita di rumah kita, jika ayah tahu ia akan menghajarmu"
"Ayah tidak akan tahu jika, kalian tidak ember"
Wanita yang bersama Mark, langsung tergesa-gesa pergi dari kamar Mark.
"Kakak kalian jangan bertengkar! "
"Kamu tidak malu melakukan hal seperti itu di siang bolong kayak gini, apalagi terlihat oleh Oliv? "
"Oliv bukankah sudah terbiasa melihat aku seperti ini, kenapa harus malu?. Benarkan dut? "
Amarah Oliv pun memuncak, karena Mark menyebutnya gendut.
Uh..
"Kenapa semua orang yang ada disini selalu melecehkan fisikku " Ucap Oliv yang marah sambil berjalan menghampiri Mark yang ada diranjangnya.
Erik pun hanya diam dengan sikap adiknya, ia hanya bisa melihat kejutan apa yang akan diperlihatkan Oliv padanya.
Oliv lalu menjambak rambut Mark yang keriting itu dengan keras. "Gendut katamu!, memangnya kenapa?. Dasar mesum! "
"Aww, kau..berani dengan kakakmu! " Ucapnya sambil memenangi rambutnya yang ditarik Oliv.
"Lepas gendut! "
"Kenapa sakit kan?, aku tidak melepaskan mu sebelum meminta maaf padaku mesum! "
"Beraninya dengan kakakmu? "
"Memangnya kenapa?, kalau kamu mau disebut kakak jangan mengejek adiknya seperti itu, mesum! "
"Lepas! "
"Bilang maaf dulu! "
Mark juga ikut menarik rambut Oliv, dan perkelahian yang tidak bisa terlerai akhirnya terjadi.
Kata-kata makian keluar dari mulut mereka, Erik yang melihat itu jadi bingung sendiri.
Lalu_
BUG!
Tinju mungil itu mendarat telak di pipi kanan Mark, membuatnya terlempar sedikit ke belakang dan meringis sambil memegangi wajahnya.
“Aduh! Kamu beneran nonjok aku?!” teriak Mark, tidak percaya.
Oliv mengusap rambutnya yang berantakan, lalu berdiri dari ranjang sambil menatap tajam. "Salahmu sendiri, tidak meminta maaf. Kalau punya mulut itu dijaga, dan juga kamu tidak diberi sopan santun ya! ".
Lanjut Oliva yang berdiri di samping ranjang Mark, " Kalau mau melakukan itu di hotel, motel jangan dirumah ada anak dibawah umur dasar kakak bodoh! "
Erik menghela napas panjang. “Oke, cukup! Oliv kembali ke kamarmu”
"Kak, bukannya aku tidak tahu dimana kamarku, tapi aku lupa karena pintunya sama? "
"Kamar ada didepan kamar Mark" Sambil menunjuk kamar didepan kamar Mark.
"He.., oh iya..,aku ke kamar dulu ya! " Ucapnya sambil tersenyum kecil.
Oliv menatap Mark dengan senyum miring sebelum berjalan keluar. Sebelum menutup pintu, ia sempat mengejek Mark dengan wajah jeleknya.
"Lihat itu,kakak.., gadis itu minta dihajar"
Erik lalu memukul pundak Mark berulang kali, "Dasar.., kamu itu buat masalah saja! "
"Kakak bela si gendut itu"
"Oliv tidak suka dipanggil seperti itu, jika terus kamu buat marah Oliv. Maka kartu kredit mu aku blokir selama-lamanya" Ancaman Erik.
"Jangan.., baik-baik!.Aku turuti permintaan tuan muda, asalkan jangan blokir kartu kredit ku. Kemarin ayah sudah memblokir ku, masa kartu kredit dari kakak juga mau di blokir lalu kalau aku kencan dengan cewek-cewek ku gimana? "
Mark masih duduk di ranjang sambil meringis, dan Erik hanya bisa menatapnya dengan ekspresi frustasi.
"Dasar mesum!, seharusnya Oliv tinju pipi satumu lagi"
Erik pun berjalan keluar dari kamar Mark, sedangkan Mark berusaha memohon kepada Mark hanya memakai boxernya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments