Saat itu langit mendung, seperti mencerminkan suasana hati Evelyn yang sedang muram. Ia masih duduk di bangku SMA, seorang gadis biasa yang lebih suka menyendiri, tenggelam dalam dunia buku dan coretan-coretan sketsanya. Hidupnya berjalan tenang, sampai satu kejadian mengubah segalanya.
Hari itu, Evelyn secara tak sengaja berpapasan dengan Milles west dia adalah pria paling populer di sekolah, kapten tim basket, dan idola para siswi.
Mereka hanya berbicara sebentar, sekadar saling sapa karena Evelyn membantu mengambilkan bukunya yang jatuh. Tak ada yang istimewa. Hanya percakapan singkat di koridor sepi.
Namun, siapa sangka, percakapan sesederhana itu justru menjadi awal mimpi buruknya.
Keesokan harinya, bisik-bisik mulai terdengar. Tatapan sinis mulai terasa. Dan tak lama, para gadis yang tergabung dalam "lingkaran sosial elit" sekolah mulai memperlakukannya dengan sangat kejam.
“Apa kamu pikir kamu pantas bicara dengan Milles?”
“Cermin dulu deh, Evelyn.”
“Gadis cupu kayak kamu, sok banget!”
Mereka mulai menyebarkan gosip, mengubah kisah sederhana itu menjadi bahan ejekan. Di media sosial sekolah, wajah Evelyn dijadikan meme.
Di loker, ia menemukan coretan kasar. Bahkan makan siang pun tak pernah lagi terasa nyaman,selalu ada sesuatu yang dilempar ke arahnya, entah itu tisu basah, sisa makanan, atau tatapan tajam yang menusuk.
Evelyn tidak melawan. Ia hanya diam. Menyimpan semuanya dalam hati. Tapi luka itu tertinggal. Dalam-dalam.
Sejak kejadian itu, Evelyn mulai menarik diri. Ia berhenti menggambar, berhenti bersuara. Setelah lulus SMA, ia tidak pernah lagi mau keluar rumah.
Ia memilih dunia virtual, menciptakan dunia sendiri lewat webtoon, tempat di mana ia bisa mengendalikan siapa yang bahagia dan siapa yang tersakiti.
Hari-hari setelah itu, kamar Evelyn menjadi satu-satunya tempat di dunia yang terasa aman. Tirai jendela tertutup rapat, sinar matahari hanya menembus celah kecil.
Di sana, di balik dinding-dinding yang sunyi, Evelyn duduk di meja belajarnya yang penuh kertas dan pena, dengan laptop tua yang menjadi jendelanya ke dunia lain.
Ia tidak lagi ke sekolah. Tidak lagi membuka pesan dari siapapun. Bahkan suara orang tuanya pun hanya terdengar samar dari balik pintu.
Tapi di tengah sepi itu, ada satu hal yang tetap hidup yaitu gambar miliknya dunia yang ia ciptakan.
Evelyn mulai menuangkan semuanya ke atas kertas dengan perasaan terpendam, luka yang tak bisa ia ungkapkan, dan mimpi yang tak pernah bisa ia jalani di dunia nyata. Setiap garis, setiap goresan, adalah bagian dari dirinya yang tidak bisa bersuara.
Dari sana, lahirlah sebuah dunia. Dunia yang ia atur, ia warnai, ia hidupkan. Dunia yang tidak menghakimi. Dunia di mana kebaikan dihargai dan keadilan ditegakkan. Ia menyebutnya“Kesatria Cinta” kisah tentang para ksatria muda yang melindungi gadis yang bernama Luna yang disakiti,di akademi elite, tentang cinta, harga diri, dan perjuangan melawan penindasan yang dibalut dalam intrik kehidupan sekolah bangsawan.
Dalam dunia itu, ia menciptakan karakter-karakter idealis seperti.
Luna, sang tokoh utama, gadis miskin yang lembut namun kuat.
Yang di kelilingi oleh tiga pria tampan, kaya, terkenal, mempesona yang bersiap melindungi Luna.
Leo hart, ketua kelas tampan yang berhati adil sebagai tokoh utama pria.
Owen scott, preman sekolah dengan wajah tampan, mempesona tapi kelakuannya tidak disukai Luna, ia adalah saingan cinta Leo dalam merebut hati Luna.
Damian kensington, penengah mereka berdua yang memilih untuk netral tidak memihak pada kedua sahabatnya Leo dan Owen.
Dan satu lagi Olivia pemeran pendukung dan juga sahabat dari Luna, siswi yang sering dibully karena penampilan fisiknya, namun diam-diam memiliki peran besar di balik layar.
Lembar demi lembar, ia menggambar. Menghidupkan karakter. Menumpahkan seluruh luka, harapan, dan impian yang tak pernah bisa ia ucapkan. "Kesatria Cinta" ,adalah karya pertamanya yang terasa seperti pengakuan yang tak bisa ia berikan pada siapapun.
Tanpa ekspektasi apa pun, ia mengunggah webtoon itu di sebuah platform daring. Hanya iseng,hanya ingin tahu apakah ada orang di luar sana yang bisa memahami isi hatinya melalui cerita.
Dan ternyata... responnya luar biasa.
Komentar demi komentar masuk:
“Karakter Luna begitu kuat tapi menyentuh…”
“Aku menangis karena Olivia. Terima kasih sudah menggambarnya seperti itu.”
“Ini bukan cuma cerita biasa. Ini menyentuh.”
Evelyn tak menyangka. Ia yang dulu dibungkam, kini didengar oleh ribuan orang. Ia yang dulu dianggap tidak menarik, kini membuat karakter-karakter yang dicintai pembaca. Webtoon-nya bahkan mulai trending di kategori cerita sekolah dan drama.
Kesibukannya sebagai kreator menjadi pelarian sekaligus terapi. Setiap hari, ia memperbaiki gaya menggambarnya, memperkuat plot, dan memperdalam karakter-karakter dalam dunia ciptaannya. Ia bahkan mulai merancang webtoon berikutnya.
Karena bujukan orang tuanya ia mau kembali ke sekolah, hanya untuk ujian saja karena bagaimana pun juga ia sudah kelas tiga. Maka dia bertahan dengan tatapan teman-temannya, yang ia benci dan tidak nyaman untuk dirinya.
Setelah lulus dari SMA tanpa menghadiri wisuda dan tanpa teman untuk berpamitan, Evelyn melanjutkan hidupnya dengan pelan tapi pasti. Ia memilih jalan yang paling sesuai dengan dirinya yaitu kuliah di jurusan seni dan penulisan visual, dengan fokus pada dunia webtoon.
Ia mulai membuka diri sedikit demi sedikit,bukan pada orang, tapi pada mimpi-mimpinya yang selama ini terpendam.
Kampus bukan tempat yang menyenangkan baginya, tapi setidaknya, tak ada yang mengenalnya sebagai “gadis aneh yang dibully saat SMA.” Di sana, ia hanya dikenal sebagai Evelyn mahasiswa pendiam dengan karya yang menakjubkan.
Di sela-sela kuliah dan tugas, ia terus mengembangkan “Kesatria Cinta”. Kini serial itu telah mencapai 100 episode lebih, dengan jutaan pembaca setia. Tapi meski sukses, Evelyn tetap hidup dalam kesunyian. Karyanya dikenal, tapi dirinya tetap tak terlihat. Dan ia nyaman seperti itu.
Namun, malam itu segalanya berubah.
Panggilan yang Mengubah Segalanya
Ponsel Evelyn berdering keras di tengah malam.
Layar menampilkan nomor tak dikenal.
Awalnya ia ragu menjawab. Pukul satu lewat dini hari bukan waktu normal untuk menerima telepon, apalagi dari nomor asing. Tapi rasa penasaran lebih kuat dari ketakutan.
Klik.
"Halo?"
Tak ada suara selama beberapa detik.
Lalu, terdengar suara pria paruh baya yang tenang, formal, dan agak berat.
“Selamat malam, apakah ini dengan Eve kreator ksatria cinta?”
Evelyn menegakkan duduknya. “Iya, saya Eve.”
“Maaf mengganggu larut malam. Saya Reynard, produser dari Blue Beam Studio. Kami sudah mengikuti karya Anda, Kesatria Cinta, sejak beberapa bulan lalu.”
Evelyn terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat.
“Kami tertarik untuk mengangkat Kesatria Cinta menjadi drama TV berskala nasional. Tapi sebelum kami lanjut ke tahap kontrak dan produksi, kami ingin mengusulkan beberapa penyesuaian… khususnya dari sisi cerita.”
“Penyesuaian…?” Evelyn bertanya hati-hati.
“Secara visual, cerita Anda luar biasa. Karakter kuat, latar unik. Tapi menurut riset kami, pasar penonton drama lebih menyukai sentuhan romansa yang lebih dalam. Saat ini cerita Anda masih berat di sisi konflik sosial dan bullying.”
Evelyn menggigit bibir. Ia tahu itu benar. Tapi… semua yang ia tulis berasal dari luka hatinya sendiri. Membuatnya terlalu ‘manis’ akan terasa seperti mengkhianati dirinya sendiri.
“Tentu, ini hanya masukan. Jika Anda bersedia melakukan revisi yang khususnya memperkuat chemistry antara Leo dan Luna, serta menjadikan Olivia sebagai second lead yang punya alur cinta tragis kami percaya ini bisa jadi drama yang viral.”
Suara Reynard terdengar yakin, tapi tidak memaksa.
“Kami ingin Anda berpikir dulu. Tapi perlu dicatat, ini kesempatan langka.”
Setelah panggilan ditutup, Evelyn terduduk di ranjang. Pandangannya kosong. Ini seperti mimpi. Kesatria Cinta… akan jadi drama?
Namun malam itu, saat ia membuka kembali laptopnya dan menatap naskah…
Ia ragu.
Apa ia harus mengubah cerita yang menyembuhkan dirinya… demi selera pasar?
Dalam kegalauan itu, ia mulai menulis ulang satu adegan…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments