Ada Dalang Besar

Cahaya bulan, dan bintang, serta lampu-lampu kota. Menemani langkah cepat mereka. Mereka terus berlari ditengah keremangan malam.

Sejatinya dalam pelarian mereka, mereka masing-masing berpikir. Untuk Putra, mau di bawa kemana wanita ini? Untuk Saras, siapakah gerangan pria ini?

Lalu pada sebuah gang. Tepatnya di jalan yang gelap. Setelah merasa aman, Putra mengajak berhenti.

"Kamu siapa?"

Saras bertanya itu lagi, tapi kali ini dibarengi dengan dia memcoba menarik kain yang membalut di kepala di depannya. Putra segera menangkis.

"Kalau kamu ingin selamat. Jangan coba-coba ingin tahu tentangku!"

Jelas dia begini berlaku bukan hanya ke geng saja, tapi juga ke wanita itu. Ya, apa lagi... Kalau identitasnya gak boleh terbongkar.

"Lantas, kalau boleh tahu. Apa kamu anak buah kakakku? Atau, kamu rekan kerjanya?"

Oo... Rupanya wanita ini adik Iwan. Tapi gimana ceritanya mereka bisa tidak tinggal serumah?

Jadi untuk anggota yang memiliki jabatan, geng itu memberi fasilitas rumah. Gunanya biar bisa diawasi. Karena rumah itu dilengkapi CCTV, dan penjaga. Keluarga dari orang yang memiliki jabatan itu pun harus tinggal serumah. Gunanya ya, kalau orang itu macan-macam keluarganya bisa dijadikan sandera. Itulah kegunaan lain geng itu men-scan calon anggota mereka di data kependudukan. Biar tahu siapa keluarganya.

Makanya jangan heran, Putra merespon hal itu. Sebenarnya juga dia begitu hanya spontanitas saja. Karena memang nanti dia gak mau berurusan lagi dengan wanita itu. Jadi dia kembali menegaskan.

"Aku gak perlu mengulang, perkataanku tadi lagi, 'kan?"

"Tapi, ini ada apa? Apa Kakakku baik-baik saja? Apa terjadi hal buruk?"

Jelas, masih teringat di benaknya perkataan kakaknya tempo hari. Yang seperti berupa pesan. Saras berkata penuh rasa cemas.

"Nanti akan kukatakan."

"Kapan?"

"Nanti."

"Ya, kapan?"

"Pokoknya nanti. Sekarang sebaiknya kita mencari baju dulu."

Karena nggak mau orang yang menyelamatkannya jadi merasa nggak nyaman. Terpaksa Saras jadi gak mendesak lagi. Kemudian mereka pun berjalan.

Menelusuri pedestrian, mereka memasuki sebuah gang yang sepanjang jalan itu berisi pertokoan.

(Gambar hanya ilustrasi)

Sebenarnya tampang mereka jadi pusat perhatian orang. Karena memang tidak normal pada umumnya. Karena itu, biar hal itu tidak berlangsung lama. Takutnya ada yang kepo dengan keanehan mereka, dan itu anak geng. Dan itu jadi menyia-nyiakan apa yang tadi diperbuat Putra. Karena wajah Saras tidak tertutup. Maka sebaik menemukan toko pakaian, Putra langsung mengajak masuk.

"Kamu ambil lah beberapa pakaian. Satu, untuk sekarang kamu pakai di badan. Sisanya, untuk baju gantimu nanti sehari-hari. Juga, ambil lah topi dan masker. Dan langsung pakai lah."

"Oke!" Saras berjalan.

Putra pun pergi untuk kebutuhannya. Setelah mengambil apa yang diperlukannya, dia pergi ke ruang ganti.

Di dalam, dia membuka baju yang membalut di kepalanya dan dikenakannya lagi ke badannya. Namun baju itu ditutupinya dengan baju barunya. Namanya itu seragam geng. Jadi nggak mungkin dia meninggalkan di sana. Nanti akan meninggalkan jejak. Dan gak mungkin seragam itu gak ditutupinya. Nanti anak geng jadi tahu siapa yang menyelamatkan wanita itu. Lalu sebelum keluar, dia pun memakai masker dan topi dulu. Agar wajahnya tetap tak terlihat.

Nggak lama mereka berdua sudah berada di depan kasir. Putra membayar semua yang dibeli mereka. Kemudian mengajak Saras pergi.

Sementara itu di Sektor 5. Antek-antek Iwan sudah terbunuh semua. Cuman terjadi kerusuhan, dan itu meluas sampai keluar gedung. Karena polisi yang bukan dari tim Bima tetap kekeuh meminta jatah.

Sebenarnya itu hal biasa yang sering kita lihat di masyarakat. Jadi walau kepala mafia itu bisa leluasa membuka bisnis haramnya. Tapi tetap saja, dia harus memberi upeti ke tiap-tiap wilayah yang jadi tempat bisnisnya. Cuman memang pasalnya, upeti itu ada tempat dan jadwalnya. Dan ini mereka lagi ada acara. Jadi geng itu gak terima. Apa lagi yang meminta jatah bukanlah orang yang biasanya. Makanya terjadi lah begitu.

BOOOM!

Dor! Dor! Dor!

Syat! Syat! Syat!

Bom molotov, senjata api, dan senjata tajam, terus mewarnai langit malam.

"Waduh... Jadi kacau begini... Siapa sih mereka, polisi dari sektor mana?"

Dina kesal, dan karena dia berada di belakang alias kurang jelas. Jadi dia bertanya ke dua rekannya di depan. Saat ini tim Bima saling menghubungi lagi. Atas apa yang terjadi sekarang ini.

"Kayaknya Polsek sini deh!" duga Bayu.

"Gak mungkin. Banyak begitu," sahut Galang.

"Aduh... Ampun deh! Bikin kacau aja! Tadi kalian ada lihat gak, kepala mafia itu pulang?" tanya Dina.

"Jangan kan pulang. Datang aja kita belum lihat, 'kan?" Galang mengingatkan.

Ya! Kalau salah satu ada yang lihat. Pasti, mereka sudah saling memberi tahu.

"Iya sih!" balas Dina.

"Apa gara-gara ini, orang itu malah gak jadi datang." Bayu mencoba menduga lagi.

"Bisa jadi. Soalnya dari tadi pun kita belum lihat batang hidungnya." Galang menyahuti lagi.

"Waduh... Kacau! Kacau!" Dina ngedumel lagi.

Sementara itu di TKP lain, alias di tempat tinggal Saras. Anak geng dari divisi Wandi sedang berada di sana. Demi mengecek kenapa teman-teman mereka sulit dihubungi, dan belum pada balik.

"Loh! Ada apa ini? Kenapa rumah ini jadi hangus terbakar begini?" Salah satu di antara mereka terkesima, termasuk yang lain.

"Ayo, kita cek ke dalam." Satu temannya mengajak masuk saja, dan mereka pun berjalan.

Setelah mereka melakukan pengecekan secara menyeluruh. Kemudian mereka berbincang lagi.

"Wah... Teman-teman kita, dan Saras pada mati," ucap salah satu dari mereka.

"Sebenarnya sih, kita tidak bisa mengindentifikasi yang mana tubuh Saras," ujar yang satunya.

"Iya sih! Tapi siapa yang melakukan ini ya?" balas yang pertama.

"Ya sudah. Sebaiknya, kita lapor ke Boss saja."

Lalu orang yang berbicara itu menghubungi atasan mereka. Kemudian Wandi di sana menanggapi setelah mendapatkan laporan itu.

"Apa?! Kamu yakin?'"

"Sebenarnya nggak yakin sih, Boss. Karena hangus begitu. Jadi kita rada kesulitan memverifikasi yang mana mayat Saras."

"Ya sudah, kalau gitu."

Klik!

Setelah telepon dimatikan oleh Wandi, dia berpikir di sana.

Siapa yang melakukan itu ya. Apa Saras dibunuh demi kasus ini tidak berkembang jauh? Atau sebaliknya, diselamatkan? Tapi apapun itu, berarti Saras ada hubungannya dengan kasus ini, dan berarti ada antek-antek Iwan yang masih belum diketahuinya. Juga, berarti ada dalang besar dibalik semua ini. Tentunya, berarti tujuan pembunuhan itu jatuhnya jadi beda.

Sebenarnya kesalahan Iwan yang menyembunyikan Saras tidak akan merenggut nyawanya. Cuman karena dia telah perbuat fatal terbukti membunuh Kepala Area Jakarta Pusat. Karena telah menukar mobil dinas anti peluru orang itu, dan menembaknya bersama kawan-kawannya. Dengan tuduhan demi kekuasaan. Makanya dia di bunuh. Cuman atas kejadian ini, Wandi jadi berpikir lain.

Kemudian di lokasi lain lagi. Disebuah ruangan yang gelap. Ada orang terlibat percakapan melalui sambungan telepon dengan seseorang di sana. Orang itu lagi dapat protes dari rekannya. Kalau dilihat dari obrolan mereka, sepertinya mereka kepala area. Tapi, entah siapa... Karena baik orang itu, dan orang di sana. Penerangan di ruangan mereka gak jelas.

(Gambar hanya ilustrasi)

"Dasar, kamu bodoh! Kenapa kamu tadi tidak membantu omonganku. Malah terus mendesak Ketua akan keputusannya," kesal orang di seberang sana.

"Loh! Kan, perintah Ketua seharusnya begitu. Siapa yang membunuh Kepala Area Jakarta Pusat harus mati. Sebelum Iwan ketahuan dan di buru Wandi. Kan dia ada permintaan dengan kita. Kalau dia akan mengusahakan mati di tangan Putra. Karena biar Putra menyelamatkan adiknya. Lalu kita harus mempromosikan Putra untuk jadi kepala area baru. Biar Putra balas budi untuk tetap jaga adiknya."

"Ah, persetan lah dengan itu! Seharusnya kamu dengar omonganku. Seharusnya Iwan itu jangan di bunuh. Coba, kamu pikir. Apa kamu yakin, Iwan gak mengkhianati kita?"

Tersadar. "Oh iya, ya."

"Ya sudah. Sekarang kita cari Putra. Pasti, Saras ada di tangannya."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Novel ini terbit setiap Senin - Jumaat. Jangan lupa like, komen & bintang 5 nya, Gengs... Dan yuk, bantu Author mempromosikan novel ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!