Memang perintah geng begitu. Tapi kenapa orang yang harus mati, harus mengancamnya?
"....." Putra diam tak menjawab.
"Saya hanya mau mati di tanganmu. Percayalah, jika kamu membunuh saya namamu akan tersohor, dan nanti acara ini akan ditiadakan."
Mengerutkan dahi. "Maksudnya?"
Brak! Brak! Brak!
Tiba-tiba terdengar suara pintu di gedor-gedor. Sepertinya ada yang melihat mereka masuk ke dalam.
"Putra, tolong selamatkan lah dia."
Iwan segera menyelipkan kertas ke saku baju Putra. Dan karena semakin panik, dia jadi mengambil tindakan sendiri. Dengan menarik tangan Putra, dan menancapkan pisau di tangannya ke badannya sendiri. Sontak Putra melotot, dan saat itu pintu ruangan berhasil di dobrak.
BRAK!
Gerombolan anak geng menerobos masuk ke dalam, dan mereka pada terkesima.
"Dia sudah mati," ujar Putra.
"Ya! Kita sudah lihat. Ya sudah! Ayo, kita kejar yang lain!" ujar salah satu dari mereka, sekaligus mengajak.
Namun pada saat mereka mau bergerak. Terdengar suara pengumuman lagi, kalau markas mereka diganggu polisi. Rupanya ada polisi yang bukan dari tim Bima. Sok-sok an ingin meminta jatah preman. Dan jumlah mereka tidak sedikit alias banyak. Tentu jadi buat ganggu markas mereka.
Tapi sebenarnya ada untungnya juga polisi datang. Karena fokus geng itu jadi terbagi. Disatu sisi, harus mengejar sisa-sisa antek Iwan. Disatu sisi lagi, harus mengamankan markas mereka.
Maka dari itu Putra jadi berhasil ke luar dari rombongan. Dengan melipir ke tempat yang aman. Demi melihat kertas yang diselipkan Iwan tadi. Ternyata berupa photo yang di belakangnya tercantum alamat.
Siapa ini?
Sebenarnya dia enggan pergi. Tentu dia gak mau berurusan yang menganggu misinya. Cuman takutnya ini bersifat kemanusiaan. Alias wanita itu gak ada hubungannya dengan entah apa yang diperbuat Iwan. Karena memang dia gak tahu. Dalam arti, Iwan hanya murni meminta tolong. Jadi terpaksa dia berangkat ke sana.
Namun sebelum pergi, demi keamanan alias jaga-jaga agar wajahnya tidak dikenali. Dan berhubung baju yang dipakainya seragam anak geng. Jadi dia membuka bajunya dulu lalu dibalutkannya ke kepala. Kemudian seperti Ninja namun ini dengan bertelanjang dada. Dia memanjat tembok ke luar dari gedung. Tentunya, dia melakukan itu pada bagian yang tidak tersorot CCTV.
Sementara itu Saras di sana, berada dalam situasi tegang. Dia terus berlarian ke sana-sini demi menyelamatkan diri. Jadi ada gerombolan bengis masuk ke dalam rumahnya, dan ingin menangkapnya. Jelas, gerombolan itu adalah anak geng.
"Ayo, Saras... Mau lari kemana kamu..."
"Percuma kamu lari, Cantik..."
"Ayo lah, Sayang... Ayo, kita bersenang-senang dulu..."
Tentu sebelum Saras diserahkan ke atasan mereka, ada baiknya dicicipi dulu. Lagi pula, wanita itu memang mau dijadikan pelacur.
Saras menutup mulutnya erat-erat demi suara rintihan ketakutannya tidak terdengar ke luar. Saat ini dia lagi bersembunyi di bawah kabinet dapur.
"Ayo, Sayang... Ngapain kamu ngumpet..."
"Ayo, Sayang... Keluar lah..."
"Ayo lah, Sayang... Percayalah, percuma kamu sembunyi, Cantik..."
Memang mau di mana pun Saras sembunyi pasti ketahuan. Namanya masih berada di dalam lingkup rumah.
Klak!
Sebaik pintu tempat sembunyi Saras terbuka, dia langsung di tarik ke luar. Lalu tubuhnya di lempar ke sana ke sini. Tiap tubuhnya di tangkap, bajunya di tarik paksa mereka. Intinya, Saras dipermainkan dulu sebelum ramai-ramai disetubuhi oleh mereka.
"Ah, jangan tarik...!"
"Saya mohon, jangan lakukan itu...!" Saras terus memohon.
Rupanya suara ketidakberdayaannya membuat mereka semakin birahi. Maka mereka jadi menambah keisengan dengan meremas area sensitif Saras.
"Ahhh...!"
Saras menjerit histeris, dan saat itu bertepatan dengan lampu di rumah itu padam.
BAM!
"Ada penyusup!" seru salah satu di antara mereka.
Prang! Klontang... Klontang...
Terdengar suara berhamburan di lantai. Tapi rupanya suara kebrisikan itu akibat satu orang tumbang terkena hantaman dari Bayangan, dan sebelum tubuh orang itu jatuh terkena barang pecah belah dulu.
Mendengar itu, otomatis satu orang memegang erat-erat Saras. Namun orang itu, dan yang lainnya langsung siaga.
Bug!
Tiba-tiba bogem mentah melayang ke wajah salah satu di antara mereka. Namun akibat itu, orang di sebelah yang terkena hantaman itu, jadi tahu di mana posisi Bayangan. Lalu dia memberi tahu yang lain, dan terjadilah perkelahian di antara mereka.
Bug! Pak! Bug! Pak!
Mereka terus berkelahi ditengah kegelapan. Karena takut target mereka dirampas oleh Bayangan. Orang yang memegang Saras jadi menarik paksa ke luar. Saras segera berteriak lantang.
"Tolong...! Tolong...!"
Bayangan lekas mengejar, dan diikuti oleh sisa dari mereka. Lalu di depan pintu rumah alias di taman. Terjadi pertarungan lagi.
Bug! Pak! Bug! Pak!
Tendangan dan hantaman yang mematikan terus dilakukan Bayangan demi mempercepat keadaan. Karena juga melihat wanita itu penampilannya tidak beraturan, dan terus menangis histeris.
Akhirnya Bayangan berhasil menumbangkan mereka. Namun hanya ada satu yang masih sehat. Ya, tentu saja orang yang memegang Saras. Lalu secara bersamaan orang itu, dan Bayangan mengacungkan senjata.
"Turunin pistol elo! Kalau nggak cewek ini mati!"
Sejatinya orang itu pura-pura mengancam. Padahal biar dia bebas menembak orang di depannya. Ya, karena nggak mungkin dia membunuh Saras. Wong, Saras harus diserahkan hidup-hidup.
"Jangan bergerak!" ujar Bayangan, tak lain adalah Putra.
Dengan sorot mata tajam namun ditujukan ke wanita itu. Saras dengan tubuh gemetaran, dan mata berkaca-kaca. Dia mencoba memahami apa yang dimaksud orang bertelanjang dada tanpa wajah itu. Kemudian sekuat hati dia menenangkan diri, dan memejamkan mata.
DOR!
Letusan keluar dari pistol Putra, dan tepat mengenai jidat orang itu. Seketika orang itu langsung tumbang.
Saras meringis dengan mata masih terpejam. Seharusnya dia senang karena selamat. Cuman akibat suara ledakan yang nyaring di telinganya membuatnya jadi begitu.
"Sudah... Tidak apa-apa..." Putra menenangkan.
Saras membuka mata, dan langsung berlari kencang, dan jatuh ke dada bidang orang di depannya. Juga, menangis sejadi-jadinya. Putra membiarkan, dan tak bereaksi apa-apa. Alias hanya mematung saja.
Kemudian setelah puas menangis, Saras bertanya...
"Kamu siapa?"
"Tunggu sini."
Putra bergegas masuk ke dalam, dan berjalan tergesa-gesa ke dapur. Sesampainya di sana, dia segera memasukkan barang berbahan logam ke dalam microwave, dan memutus tali tabung gas. Terakhir, dia menyalakan saklar listrik.
Sebelum keluar, dia mengambil taplak meja dulu. Lalu sesampainya di luar, kain itu dikenakannya ke tubuh Saras yang setengah bugil itu. Selanjutnya dia mengulurkan tangan mengajak pergi.
"Ayo?"
Saras menerima, dan mereka berlari meninggalkan rumah. Namun beberapa menit kemudian terdengar suara ledakan dahsyat.
BOOOMMM...!
Seketika Saras berhenti berlari, dan menoleh ke belakang. Rupanya suara itu berasal dari rumahnya yang luluh lantak hangus terbakar.
(Gambar hanya ilustrasi)
Ternyata sebelum pergi, tadi Putra melakukan itu demi menghilangkan jejak Saras. Jadi dia menyalakan listrik lagi gunanya biar ada daya di rumah itu. Nah! Karena microwave didalamnya ada dimasukannya logam jadi meledak. Ledakan itu makin membesar karena menyambar gas yang juga tadi ada diputusnya, dan sudah mengisi dalam rumah.
Karena Saras berhenti, Putra jadi mengajak lari lagi.
"Ayo!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bagi kalian mungkin sepele, tapi bagi seorang Author itu sangat berarti. Jadi kalau kalian suka novel ini. Yuk, beri dukungan ke Author dengan memberi like, komen & rating bintang 5. Biar Author terus semangat menulis dan menuntaskan novel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Martha
👏emg out of thr box lo ya kl buat crita. dpt ide dr mana sih. Keren! keren👍lanjutkn... jgn hiatus lg ya. ini hadiah ala kdrnya dr gw biar lo smgat he...❤😜
2025-07-10
1
༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜
pantes Iwan berkata" seperti kata terakhr, emang dia mw pergi utk selama"nya
2025-07-09
2
Irwandi sapta Diawan
Mantap... lanjut....
2025-07-10
1