Ada Pengkhianat Dalam Kubu

"Saya dengar, tadi ada keributan?" Iwan berkata, usai membuka pintu.

"Biasalah, ada kecurangan," balas Putra.

"Oo... Gitu."

Iwan mengangguk-angguk sambil berjalan ke mejanya. Iwan ini adalah atasan Putra alias manager kasino. Setelah melakukan penyiksaan, saat ini Putra sedang berada di ruang kerjanya. Dia satu ruangan dengan atasannya.

"Lantas, ruang CCTV sekarang siapa yang jaga?" cemas Iwan baru sadar, sambil menempatkan pantatnya ke kursi.

"Saya sudah mengatur orang untuk menggantikan mereka sementara. Boss, tenang saja. Nanti secepatnya saya akan cari pengganti mereka."

"Oo... Syukur lah..." Iwan mengangguk-angguk lagi.

"Putra, kemari lah...," lanjutnya, memanggil.

Yang dipanggil segera berdiri, dan duduk di depan atasannya.

"Ada apa?"

"Seminggu lagi akan di buka pendaftaran untuk calon kepala area baru."

Melotot. "Hah! Kok, bisa? Ada apa? Apa terjadi masalah? Dan kenapa mendadak?"

"Karena kepala area kita hari ini mati."

"Mati?!" kaget Putra lagi.

"Ya! Kabar ini memang mengejutkan. Jadi beberapa saat lalu setelah menghadiri rapat dengan Ketua. Kepala area kita di tembak oleh orang gak dikenal dalam perjalanan pulang."

Sebenarnya ini adalah peluang bagi Putra untuk bersinar di geng itu. Tanpa dia pusing memikirkan cara mencari celah untuk meraih jabatan itu. Cuman tetap saja dengar itu dia kaget. Apa polisi diam-diam tanpa sepengetahuannya bergerak sendiri? Tapi memang musuh geng itu bukan hanya polisi saja, tapi dari kubu mereka sendiri. Ketua adalah nama panggilan kepala mafia itu.

"Beberapa saat lagi kita akan berangkat untuk menghadiri pemakaman. Saya rasa Ketua akan hadir. Oleh karena itu, kita harus bantu mereka memperketat pengamanan," lanjut Iwan lagi.

"Oke, Boss!"

Putra segera ke luar ruangan untuk menyiapkan beberapa anak buah mereka yang terampil. Yang nanti ikut dengan mereka.

Selang sesaat, Putra dan Iwan beserta anak buah mereka sudah berada di tempat pemakaman. Di sana, telah di jaga ketat oleh geng itu. Dari liang lahat hingga beberapa meter keluar dari pemakaman. Demi keamanan atas kehadiran Ketua mereka.

(Gambar hanya ilsutrasi)

Ditunggu dan ditunggu, ternyata Ketua mereka tidak hadir. Namun orang itu memberi ucapan belasungkawa melalui sambungan telepon ke keluarga yang ditinggalkan. Putra sedikit kecewa karena dia ingin melihat wajah Ketua secara langsung.

Dua hari kemudian, Bima bertandang ke hotel tempat di mana dia berdiskusi dengan polisi yang terlibat dalam misi itu.

(Gambar hanya ilustrasi)

Agar misi tidak terbongkar, Bima selalu datang sebagai tamu, dan sudah menunggu duluan di kamar. Sedangkan polisi yang terlibat akan menjadi karyawan hotel. Lalu menyusul masuk kamar setelah melihat Bima masuk. Pertemuan mereka tidak selalu di kamar hotel, ada juga di campervan alias motorhome. Tanggal, hari, waktu, sudah ditetapkan. Jika Bima tidak hadir, maka rapat akan bubar dengan sendirinya. Maklum, laporan yang ditunggu tentu dari Bima. Dan mereka memaklumi jika Bima tidak hadir. Berarti terhalang kondisi di sana yang membuatnya tidak bisa hadir. Karena Bima tidak bisa menghubungi mereka. Jadi mereka hanya bisa menunggu. Karena seluler Bima disadap. Maklum, geng Lion Drunk sangat ketat dengan anggota mereka.

Di dalam kamar hotel, semua orang yang berkepentingan telah hadir. Kecuali Komandan dari tim polisi hadirnya lewat sambungan video call yang disambungkan ke layar proyektor. Sebenarnya tiap rapat orang itu begitu. Gunanya, agar sosoknya tidak menyorot perhatian. Namanya misi ini bersifat rahasia. Tentunya, tidak boleh diketahui oleh instansi polisi itu sendiri. Karena jabatan orang itu cukup tinggi. Orang itu sebenarnya mantan Komandan Bima waktu dia masih bekerja di kepolisian. Makanya jangan heran, jika nanti Bima masih memanggilnya Komandan.

(Gambar hanya ilustrasi)

Di misi itu yang terlibat, selain Bima sebagai orang luar. Tentunya ada Komandan, dan juga ada 3 orang lagi. Yaitu bernama Galang, Dina, dan Bayu.

"Mati?! Siapa tembak?" kaget Komandan, dan yang lainnya setelah Bima cerita.

"Saya masih belum tahu. Karena hal ini masih diselidiki mereka," balas Bima.

"Yang pasti, bukan dari pihak kita," respon Komandan, kemudian meyakini.

"Sepertinya, ada polemik di dalam tubuh mereka," duga Galang.

"Ya! Sepertinya begitu." Komandan mengangguk-angguk.

"Baiklah, kita tidak perlu ikut campur. Terus, apa ada perkembangan lain?" lanjut Komandan, bertanya ke Bima.

"Gara-gara kematian orang itu, secara mendadak mereka jadi membuka pendaftaran untuk calon kepala area baru. Acara pendaftaran itu akan di gelar di sektor 5 tempat markas mereka."

"Wah... Berarti ini kesempatanmu. Tanpa perlu kamu bersusah payah memikirkan cara. Untuk mencari celah untuk mendapatkan posisi itu." Komandan jadi sumringah dengar itu.

"Ya, pasti ya. Mereka mendadak begitu. Karena menimbang kepala area mereka mendadak mati," lanjutnya, baru sadar.

"Benar, Dan!" balas yang lainnya. Kecuali Bima dari awal sudah sadar.

"Lantas, apa persiapanmu nanti agar bisa mendapatkan posisi itu? Pastinya, mereka akan mengadakan tes ke semua calon peserta. Untuk melihat siapa yang layak mememangku jabatan itu. Apa kamu nanti ada perlu bantuan dari kita?" tanya Komandan, ke Bima.

"Tidak perlu, Dan."

"Yakin?"

"Yakin, Dan. Tapi ada hal yang ingin saya minta. Karena pas acara pendaftaran itu, Ketua mereka akan hadir. Jadi saya minta ada orang yang memantau di sana. Biar nanti pas orang itu pulang, bisa diam-diam diikuti. Tapi saya mau hanya memantau saja jangan lebih. Karena seperti kita ketahui bersama, kita gak boleh gegabah. Sebenarnya pas kepala area itu mati, kepala mafia itu awalnya mau hadir di pemakaman cuman gak jadi. Tapi pas saya dengar dia mau hadir, saya tidak mau memberi tahu tim. Ya, karena itu saya gak mau gegabah."

Meski ingin menangkap kepala mafia itu, bukan berarti jadi sembarangan mengambil keputusan. Seperti contoh kemarin di pemakaman. Andai Bima memberi tahu. Tapi belum tentu, kepala mafia itu langsung tertangkap mereka. Jadi kalau mau menangkap harus diperhitungkan secara matang. Karena kalau tidak, tentu akan mengganggu penyamaran Bima, dan pastinya menghancurkan misi mereka yang sudah berjalan. Karena pasti geng itu akan menyelidiki siapa yang memberi tahu polisi.

"Ya, pasti untuk hal itu kita semua paham. Baiklah, Galang, Bayu, dan Dina?" respon Komandan, sekaligus memangggil.

"Ya, Dan?" jawab mereka.

"Kalian nanti bersiaplah di sana, untuk memata-matai kepala geng itu."

"Siap, Dan!"

Sementara itu di tempat lain, para petinggi geng Lion Drunk berkumpul di sektor 3. Tempat mereka biasa berkumpul melakukan pertemuan dengan Ketua. Di ruangan itu, dihiasi pelbagai macam senjata. Maklum, ciri ruangan mafia memang begitu.

(Gambar hanya ilustrasi)

Rupanya sama seperti Bima dengan timnya. Para petinggi geng itu juga, rapat dengan Ketua lewat sambungan video call yang disambungkan ke layar proyektor. Dan rapat kali ini membahas tentang kematian Kepala Area Jakarta Pusat.

"Mobil itu, mobil anti peluru. Gimana bisa tembus tembakan?" heran Mister James, dengan bahasa Indonesia patah-patah.

"Itu juga yang membuat kami heran," balas Kepala Area Jakarta Timur.

"Sepertinya ada yang menukar mobil itu," duga Kepala Area Jakarta Barat.

"Ya! Sepertinya ada pengkhianat di organisasi kita," tambah Kepala Area Jakarta Selatan.

"Tapi semua itu masih dugaan. Karena kita masih menyelidiki." Kepala Area Jakarta Utara mengingatkan rekan-rekannya, sekaligus merespon ucapan Ketua.

"Fuck that shit! Go find him before the event. Shoot his whole family to death. Take the girl and make her a whore!" geram Mister James, dengan suara menggelegar.

Artinya. Persetan lah! Cepat cari sebelum acara itu. Tembak mati semua keluarganya. Kecuali wanita muda dijadikan pelacur!

"Siap, Boss!" jawab mereka serempak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!