Suara Asing yang Terus Memanggil

Jantungnya kembali terpacu, napasnya memberat karena terkejut. Mata dan hidungnya pun mulai terasa panas.

“Ada apa ini sebenarnya!” pikir Parto panik. Bola matanya bergerak gusar, saat ia merasakan perubahan hawa yang tak biasa di ruangan itu.

Badannya terasa berat dan kaku. Ada sesuatu yang bergerak mendekat dengan tekanan. Parto waspada dengan mata terbelalak, tetap mengawasi ruangan itu. Tak ada apapun yang bisa dilihatnya, namun sesuatu itu terus terasa mendesak dan menekan seluruh keberaniannya.

Set!

Wuz!

“Siapa itu?!” Parto menoleh cepat dan berseru. Dari sudut matanya, ia merasakan ada sesuatu yang melintas sangat cepat diikuti hembusan angin aneh.

“Mas!”

“Tolong!”

Parto semakin terkejut saat samar dan jauh ia mendengar teriakan seseorang memanggilnya dan meminta tolong.

“Ikat Rambutku!”

Kembali terdengar suara dengan intonasi yang sama, bahkan persis seperti apa yang didengarnya dalam mimpi.

“Katakan kamu siapa! Apa maumu!” teriak Parto. Suaranya tampak gemetar dan terengah-engah.

“Mas!”

Parto merasakan goncangan hebat, sekuat gempa bumi, ia merasakan ruangan itu bergetar, berputar lalu terbalik dengan cepat.

“Argk!” teriak Parto semakin ketakutan.

………..🫒

Bugh!

“Ada apa Mas?! Mas Parto! Sadar, Mas!”

Parto membuka mata perlahan, saat silau cahaya matahari menerpa wajahnya, ditambah seruan seseorang yang terdengar begitu khawatir seraya mengguncang dan memukul punggungnya.

Parto bangun dengan bingung mendapati dirinya tergeletak di atas pasir, tepat di bawah ayunan. Dan Lasmi sudah berjongkok berkacak pinggang di sampingnya dengan tatapan aneh.

“Dasar nggak bersyukur! Sudah bagus dipinjami kamar, malah tidur di tempat beginian!” celetuk kasar Lasmi.

Parto duduk lalu membersihkan pakaiannya dari pasir yang menempel, “Aku nggak ingat, tapi ….”

“Dasar orang aneh!” Lasmi meninggalkan Parto yang masih berdiri kebingungan.

Parto masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, namun ia mulai memikirkan kejanggalan demi kejanggalan yang dialaminya.

"Aku yakin aku tadi nggk tidur loh!" gumamnya lalu menggigit bibir bawahnya, menatap bangunan sekolah tua yang masih berdiri utuh di depannya, dengan pintu gerbang masih tertutup rapat. Padahal ia ingat tadi membukanya lebar-lebar.

“Aku rasa semua itu bukan kebetulan!” pekiknya lalu bangun.

Parto kembali merasakan merinding, dan tak mampu menahan kengerian itu, ia semakin mempercepat langkahnya menuju ke rumah pak Ngatnu.

“Semua berawal dari dalam bis itu, lalu para warga yang bersikap aneh, seakan menghindari ku, lalu mimpi itu, dan yang tadi itu makin bikin ngeri!” pikirnya saat sadar sepenuhnya bahwa ia mendengar suara yang sama.

.

.

.

Sementara itu di rumahnya, Pak Ngatnu tengah berdebat dengan sang istri.

“Nah, nggak mungkin orang udah enak di kota nyariin anak kita kalau bukan karena ada sesuatu yang lain. Dia pasti sudah mendengar kabar mengenai desa kita, Bu. Coba pikirkan apa kata warga nanti kalau aku membiarkan orang asing keluar masuk bebas di desa kita!” otot pak Ngatnu.

“Jadi sebelum aku tahu siapa sebenarnya mas Parto ini, kita harus menahannya agar tak meninggalkan desa ini, jangan-jangan dia intel!” imbuhnya.

“Memangnya kenapa kalau mas Parto itu polisi bukannya bagus bisa membantu menyelidiki hilangnya beberapa warga di desa ini, Pak?” sahut Lasmi setibanya di rumah lalu melempar tas sekolahnya di kursi.

“Kamu bocah cilik, diem aja, nggak usah ikut campur! Kalau bisa se-sederhana itu, sudah kulakukan dari dulu!” bentak pak Ngatnu. “Lagian yo mas-mu malah minggat ora bali-bali?”

“Yo aku nggak mau kalau dia tidur terus di kamarku, Pak!” protes Lasmi lagi tak mau mengalah.

“Lha terus mau suruh tidur di mana? Kita harus tahu dulu dia itu siapa, Lasmi. Kalau misal bukan intel tapi ternyata dia salah satu komplotan penculiknya pie?” dalih pak RT.

“Yo malah bahaya nyimpen penjahat di rumah toh, Pak!” eyel Lasmi tak mau kalah dengan bapaknya.

“Uwis-uwis Ojo padu! Kamu itu juga, katanya sekolah kok baru sejam udah pulang lagi!” lerai Bu Sumiyem yang sejak tadi masih terdiam berpikir. “Wes mau gimana lagi, suruh dia tinggal di ruko Walji aja, Pak.”

“Tapi, Bu?!” bantah pak Ngatnu masih tak rela.

“Kita bisa nilai dari sana, dia bohong apa nggak soal yang katanya Walji pinjem dia tiga puluh juta. Aku kok rada sangsi juga soal itu!”

.

.

Parto masih berjalan cepat menuju ke rumah Pak Ngatnu. Jantungnya masih berdegup kencang, suara jeritan panggilan aneh itu terus terngiang di kepalanya. Bahkan ia masih merinding setiap mengingat intonasi memekik dan menekan dari suara tak kasat mata itu.

“Aku ingat tadi aku tidak sedang tidur, aku bahkan ingat jelas aku masuk ke sekolah itu, tapi, ah! Bener-bener aneh!” Parto bergidik ngeri mengingat yang baru saja dialaminya.

Bruk!

“Huwaaa!”

Tepat di tikungan gang, Parto tak memperhatikan langkahnya, hingga ia menabrak seorang gadis kecil hingga si gadis kecil terjengkang dan jatuh terjengkang.

“Eh?!” Parto segera menghampiri bocah kecil itu setelah menyadari keteledorannya.

“Ibu! Huwaaa!” semakin keras tangis si gadis tetap pada posisinya.

Parto meraih tubuh mungil itu perlahan dan membantunya berdiri. “Maafkan Om, ya. Tadi nggak lihat kamu datang dari arah situ,” rayu Parto pelan seraya membersihkan pakaian anak itu dari dedaunan kering.

“Rumahmu dimana? Ayo Om gendong, terus Om antar.” Parto masih berusaha meredakan tangis si bocah. Namun justru membuatnya semakin keras menangis.

“Cup… cup … udah ya nangisnya, Om bisa sulap, mau lihat nggak?”

Mendengar rayuan Parto, bocah itu mulai sedikit lebih tenang. “Tapi janji ya, ini rahasia. Jangan bilang ke siapa-siapa kalau Om bisa main sulap. Oke?”

Tanpa diduga, bocah itu pun mengangguk setuju.

Parto bersimpuh, dengan kedua kaki, untuk menyamakan tingginya dengan sang gadis kecil, lalu memasukkan tangan kanannya ke saku celana. “Bantu Om bilang bimsalabim ya,”

Dan Parto menarik perlahan tangannya dari saku. “Taraaa!” Sebuah permen lolipop kesukaannya yang kebetulan belum ia buka, menjadi penolong ampuh.

Gadis kecil itu pun tersenyum senang, lalu meraih permen itu.

“Siapa namamu?” tanya Parto lembut masih dalam posisi bersimpuh untuk menyesuaikan tinggi mereka.

“Seli!” jawab singkat gadis itu.

“Dasar anak nakal! Ayo pulang!” Dari arah berlawanan muncul seorang nenek tergopoh menghampiri Seli dan Parto. “Terimakasih sudah menjaga cucu saya!”

Dengan terburu-buru nenek itu pun langsung menyambar tubuh Seli, lalu meninggalkan Parto yang kembali tertegun dengan sikap aneh nenek itu.

Deg!

Parto kembali teringat sesuatu. Saat ia memasukkan tangan untuk mengambil lolipop, tepatnya setelah ia dan Seli bersama-sama mengucapkan ‘bim salabim’, ada sesuatu lain yang tiba-tiba muncul di saku celananya.

Dengan tangan gemetar, Parto kembali merogoh kantong celananya, lalu menarik perlahan sesuatu yang muncul secara aneh di sana.

Bulu kuduknya kembali berdiri, merinding sekujur tubuhnya saat perlahan ia mengenali kain berwarna peach yang keluar dari kantongnya itu adalah …

“Pi-pita i-ini lagi?”

Mendadak lututnya terasa lemas, ia bahkan tak mampu berdiri dengan benar, apalagi berlari. Parto terjengkang karena gemetar seraya melempar sembarangan pita itu.

“Mas! Tolong selamatkan aku!”

“Si-siapa kamu? Kenapa menggangguku terus? Pergi!”

Parto mengedarkan pandangannya, namun yang ia dapati hanya beberapa gerombolan pohon bambu yang rimbun dengan deritnya yang saling bergesekan karena angin, ditambah desiran daunnya, cukup mengguncang keberanian Parto.

Suara itu tak terdengar lagi. Pita yang semula ia buang di jalan pun tak ada lagi.

‘Aneh!’

“Apa aku hanya berhalusinasi lagi?” gumam Parto mulai frustasi.

Ia bangkit melihat ke sekeliling. Dan hanya mendapati sepi dan lengang jalanan kampung. Parto mempercepat langkahnya menuju rumah pak Ngatnu.

“Dari mana saja, Mas? Kok baru sampe?” sambut pak Ngatnu dengan wajah keheranan.

“Udah, jangan panjang lebar, silahkan duduk sini, Mas. Ada yang harus kita bicarakan!” Dengan tegas Bu Sumiyem memotong pembicaraan dan segera duduk di ruang tamu itu.

Parto pun menurut, begitu juga dengan pak Ngatnu.

“Begini Mas, uang tiga puluh juta itu nggak sedikit, tapi kami nggak punya sebanyak itu untuk membantu Walji mengembalikannya pada Mas Parto. Tapi ada sepetak ruko kecil beserta isinya, saya rasa itu sementara cukup sebagai jaminan.” Sangat tegas Bu Sumiyem berbicara langsung pada intinya.

Parto terdiam, ia tak mengira akan ada hal seperti itu. Ia butuh waktu untuk berpikir.

“Saya dan istri saya tidak bisa menjalankan ruko itu, kami punya ladang dan sawah yang harus setiap hari kami garap. Kami tak tahu cara mengolah keuangan toko, jadi semenjak Walji minggat, kami membiarkan toko itu begitu saja.” Pak Ngatnu pun menguatkan ucapan sang istri.

“Jadi, bagaimana, Mas? Saya rasa melanjutkan toko sekalian menunggu Walji pulang, itu solusi. Nanti kalau memang ternyata Walji nggak bisa bayar hutang, ruko itu jadi milik sampeyan.”

“Benar, Mas. Untuk sekarang masih sebagai jaminan sampai nanti waktu Walji pulang, keputusannya setelah itu.”

Tawaran menarik sebenarnya. Tapi, Parto kembali ingat kejadian aneh yang dialaminya, membuat keberaniannya kembali ciut.

Tiba-tiba terdengar keributan di luar, tepatnya di depan poskamling. Pak Ngatnu pun segera keluar diikuti Bu Sumiyem dan juga Parto.

Beberapa warga berkumpul dengan raut wajah yang marah.

“Nah! Pak RT datang!” seru salah satu warga.

“Ada apa ini, Bapak-bapak dan Ibu-ibu?”

“Uang tabungan kami hilang lagi, Pak!”

“Padahal kemarin malam masih genap, uang di dompet saya raib!”

“Kita harus tangkep si pemelihara tuyul! Susah-susah cari duit, yang panen asal maen ngambil saja!”

“Jangan-jangan tamu asing Pak Ngatnu yang datang-datang bawa tuyul!”

Berbagai celotehan tiba-tiba tertuju pada Parto.

...****************...

Bersambung

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf Yuli a

❤️⃟Wᵃf Yuli a

ya ampun Parto... ketindihan terus... malah sekarang dituduh bawa tuyul dari kota.. emang dikota banyak tuyul ya...😂😂😂
mbak Yul kok nggak tau ini...😂😋

2025-06-29

2

✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia

✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia

uwis. pake i Thor, bukan e

2025-06-27

3

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳

Pita sama orangnya ngikut tuh 👻

2025-06-28

3

lihat semua
Episodes
1 Wanita Kusut
2 Alasan
3 Bertemu Keluarga Walji
4 Sekolah Lama Terbengkalai
5 Suara Asing yang Terus Memanggil
6 Tuyul?
7 Keputusan Final Parto.
8 Mimpi di Dalam Mimpi
9 Arwah Jumini
10 Tubuh yang Dipinjam
11 Lasmi
12 Perhiasan Siapa
13 Melarikan Diri
14 Terjebak
15 Serangan Sosok Berwajah Rusak
16 Pria bertopeng
17 Perdebatan di Pemakaman
18 Bertemu Pria Bertopeng
19 Kehilangan Jejak
20 Penyerahan Barang Bukti
21 Dua Tersangka
22 Strategi Menangkap Pelaku
23 Salah Perhitungan
24 Parto Dibakar?
25 Satu Kebenaran Lagi
26 Kekuatan Kemarahan
27 Simbah si Penjaga
28 Kelicikan Ngatnu dkk
29 Bu Gemi
30 Manusia Lebih Menakutkan
31 Pelaku lain?
32 Siapa Pencuri itu?
33 Wanita Pemilik Salon
34 Pria misterius muncul di Ruko
35 Siapa Sasongko?
36 Mingun si Pria Jahat
37 Kenyataan itu Pahit.
38 Sasongko, Ayah Kandung Lasmi
39 Parto diinterogasi
40 Rencana Tersembunyi Mingun.
41 Ngatnu si Licik
42 Siasat Adu Domba Ngatnu
43 Tubuh yang Diperebutkan Dua Arwah
44 Pengejaran Sutopo CS
45 Petunjuk Selanjutnya
46 Lasmi Menyelamatkan Parto Lagi
47 Tertangkapnya Sutopo CS
48 Manusia Berhati Iblis.
49 Malpraktik, Kejahatan Pertama sebagai Pemicu
50 Korban selanjutnya?
51 Dua petunjuk lagi
52 Bu Sumiyem, Mencurigakan
53 Dua Kaki Tangan Terbunuh
54 Dua Arwah Turun Tangan
55 Si Cantik Utari
56 Rencana keji Ngatnu-Sumiyem
57 Sukijo Terperangkap
58 Kemarahan Jumini
59 Jumini Koma
60 Petunjuk dari Sotang
61 Mingun Berhasil Menghentikan Jumini
62 Polisi Mencurigai Parto
63 Ngatnu-Sumiyem menang
64 Jejak Like di Instagram Parto
65 Lasmi Tertangkap Lagi
66 Pertolongan Bidan Tutik
67 Negoisasi Mingun dengan Parto
68 Walji yang Misterius
69 Kesepakatan Mingun-Parto.
70 Jahat atau Baik?
71 Pengakuan yang Menyakitkan
72 Pertarungan Setan
73 Kebenaran, Bisakah Terungkap?
74 Jalan Yang Bercabang
75 Kejahatan Masih Dibiarkan Menang
76 Hal Diluar Nalar
77 Kebenaran harus Diusahakan
78 Yu Gemi Dikucilkan
79 Tipu Muslihat
80 Pertemuan Lasmi-Jumini
81 Pertemuan Jumini-Bu Gemi
82 Ratu Iblis?
83 Siasat Pengikut Iblis
84 Carilah, Maka Kamu Akan Menemukan.
85 Titik Lemah Jumini
86 Jika Kamu Percaya
87 Tak Ada Yang Mustahil
88 Kasus Lama, Mungkinkah Terhubung?
89 Hubungan Yang Kusut
90 Kerajaan Dibalik Cermin
91 Mayat-Mayat di Kebun Belakang Rumah
92 Dendam dan Salah Paham.
93 Manipulasi Setan
94 Dosa yang Menjatuhkan
95 Rahasia Masa Lalu
96 Masa Lalu yang Samar.
97 Mayat yang Dipindahkan?
98 Semua Bekerja Keras
99 Jumini Menuntut Balas
100 Mbah Waluyo Gugur
101 Musnahnya Segel Perlindungan
102 Pertahanan Walji
103 Petunjuk Besar
104 Ngatnu-Sumiyem Tertangkap
105 Pertarungan dengan Dunia Iblis
106 Kakak yang Hilang, Hancurnya Cermin iblis
107 Dendam Bayi Merah
108 Hancurnya dunia Sotang, Muncul kegelapan Baru?
109 Karma Orang Tua, Dibayar Keturunannya?
110 Akhir dari Balas Dendam
111 Happy End
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Wanita Kusut
2
Alasan
3
Bertemu Keluarga Walji
4
Sekolah Lama Terbengkalai
5
Suara Asing yang Terus Memanggil
6
Tuyul?
7
Keputusan Final Parto.
8
Mimpi di Dalam Mimpi
9
Arwah Jumini
10
Tubuh yang Dipinjam
11
Lasmi
12
Perhiasan Siapa
13
Melarikan Diri
14
Terjebak
15
Serangan Sosok Berwajah Rusak
16
Pria bertopeng
17
Perdebatan di Pemakaman
18
Bertemu Pria Bertopeng
19
Kehilangan Jejak
20
Penyerahan Barang Bukti
21
Dua Tersangka
22
Strategi Menangkap Pelaku
23
Salah Perhitungan
24
Parto Dibakar?
25
Satu Kebenaran Lagi
26
Kekuatan Kemarahan
27
Simbah si Penjaga
28
Kelicikan Ngatnu dkk
29
Bu Gemi
30
Manusia Lebih Menakutkan
31
Pelaku lain?
32
Siapa Pencuri itu?
33
Wanita Pemilik Salon
34
Pria misterius muncul di Ruko
35
Siapa Sasongko?
36
Mingun si Pria Jahat
37
Kenyataan itu Pahit.
38
Sasongko, Ayah Kandung Lasmi
39
Parto diinterogasi
40
Rencana Tersembunyi Mingun.
41
Ngatnu si Licik
42
Siasat Adu Domba Ngatnu
43
Tubuh yang Diperebutkan Dua Arwah
44
Pengejaran Sutopo CS
45
Petunjuk Selanjutnya
46
Lasmi Menyelamatkan Parto Lagi
47
Tertangkapnya Sutopo CS
48
Manusia Berhati Iblis.
49
Malpraktik, Kejahatan Pertama sebagai Pemicu
50
Korban selanjutnya?
51
Dua petunjuk lagi
52
Bu Sumiyem, Mencurigakan
53
Dua Kaki Tangan Terbunuh
54
Dua Arwah Turun Tangan
55
Si Cantik Utari
56
Rencana keji Ngatnu-Sumiyem
57
Sukijo Terperangkap
58
Kemarahan Jumini
59
Jumini Koma
60
Petunjuk dari Sotang
61
Mingun Berhasil Menghentikan Jumini
62
Polisi Mencurigai Parto
63
Ngatnu-Sumiyem menang
64
Jejak Like di Instagram Parto
65
Lasmi Tertangkap Lagi
66
Pertolongan Bidan Tutik
67
Negoisasi Mingun dengan Parto
68
Walji yang Misterius
69
Kesepakatan Mingun-Parto.
70
Jahat atau Baik?
71
Pengakuan yang Menyakitkan
72
Pertarungan Setan
73
Kebenaran, Bisakah Terungkap?
74
Jalan Yang Bercabang
75
Kejahatan Masih Dibiarkan Menang
76
Hal Diluar Nalar
77
Kebenaran harus Diusahakan
78
Yu Gemi Dikucilkan
79
Tipu Muslihat
80
Pertemuan Lasmi-Jumini
81
Pertemuan Jumini-Bu Gemi
82
Ratu Iblis?
83
Siasat Pengikut Iblis
84
Carilah, Maka Kamu Akan Menemukan.
85
Titik Lemah Jumini
86
Jika Kamu Percaya
87
Tak Ada Yang Mustahil
88
Kasus Lama, Mungkinkah Terhubung?
89
Hubungan Yang Kusut
90
Kerajaan Dibalik Cermin
91
Mayat-Mayat di Kebun Belakang Rumah
92
Dendam dan Salah Paham.
93
Manipulasi Setan
94
Dosa yang Menjatuhkan
95
Rahasia Masa Lalu
96
Masa Lalu yang Samar.
97
Mayat yang Dipindahkan?
98
Semua Bekerja Keras
99
Jumini Menuntut Balas
100
Mbah Waluyo Gugur
101
Musnahnya Segel Perlindungan
102
Pertahanan Walji
103
Petunjuk Besar
104
Ngatnu-Sumiyem Tertangkap
105
Pertarungan dengan Dunia Iblis
106
Kakak yang Hilang, Hancurnya Cermin iblis
107
Dendam Bayi Merah
108
Hancurnya dunia Sotang, Muncul kegelapan Baru?
109
Karma Orang Tua, Dibayar Keturunannya?
110
Akhir dari Balas Dendam
111
Happy End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!