Sekolah Lama Terbengkalai

Parto terbangun dengan jantung yang berdebar kencang, napasnya terengah-engah. Keringat dingin membasahi dahi bahkan hampir sekujur tubuhnya.

Matanya melebar karena ketakutan yang masih membayanginya, mimpi buruk itu masih terasa nyata, seperti bayangan yang tak mau pergi.

Parto duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan diri, tapi jantungnya masih berdegup kencang, seperti ingin melompat keluar dari tempatnya.

“Mimpi apa itu tadi?!” gumamnya seraya menepuk pelan dadanya, berusaha menetralisir detak jantung dan napasnya.

Parto melihat jam yang tertempel di dinding, tepat di atas meja belajar milik Lasmi. ‘Masih jam dua ….’ gumamnya lalu mengernyitkan dahi mengingat dimana, dan waktu apa saat itu.

“Ah, benar! Aku di rumah orang tua Walji, dan ini artinya jam dua pagi?!” ujarnya lirih seakan suaranya masih tertinggal dan tercekat di tenggorokan, seperti dalam mimpinya tadi.

Sekujur badannya masih terasa lemas, seluruh energinya terasa habis. Parto memaksa tubuhnya bergerak bangkit, menghampiri meja belajar yang terletak sedikit berjarak dengan ranjang.

Masih dengan tangan yang gemetar, Parto meraih botol minum yang ternyata masih terpasang di sisi ranselnya, lalu segera menenggak sisa air putih bekal dari rumah itu sampai habis, cukup untuk membuatnya sedikit lebih tenang.

“Ah, mungkin karena aku tadi terlalu lelah, hingga lupa tak berdoa, bahkan membersihkan badan.” Barulah ia teringat akan kekonyolannya sendiri yang langsung merebahkan badan tanpa melakukan kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Perlahan Parto kembali bangkit, keluar kamar.

“Gelap!” serunya kaget saat membuka pintu dan mendapati ruangan di depannya tanpa cahaya lampu.

Parto berbalik untuk mengambil ponsel dan menggunakannya sebagai senter.

Klik!

Parto kembali kaget saat mendengar suara saklar ditekan seseorang. Ia berbalik dan kembali berjalan dengan cepat menuju pintu kamar untuk mencari tahu siapa pelakunya.

“Kamar mandi di belakang, dekat dapur, kalau selesai, matiin lagi semua lampu!”

Lasmi kembali mengagetkan Parto. Ia berdiri menatap acuh, lalu sibuk mengeringkan kedua tangannya dengan sebuah handuk kecil seraya melangkah meninggalkan Parto yang masih berdiri tertegun.

“Apa yang dikerjakan bocah tak ramah itu di-jam segini? Oh … tatapannya membuatku semakin merinding!” Parto bergidik ngeri membayangkan kembali sorot mata Lasmi.

.

.

.

Pagi pun tiba. Semalam, setelah membersihkan badan dan mengganti pakaian, Parto bisa kembali tidur nyenyak beberapa jam, dan kini bangun dengan badan yang lebih segar, tanpa mimpi menyeramkan lagi.

“Kalau mau lihat kondisi jembatan, agak nanti saja, sarapan dulu, Mas,” cegah pak Ngatnu seakan tahu kegelisahan Parto pagi itu.

“Jangan merasa sungkan, Mas. Anggap saja rumah sendiri. Bantuanmu meminjamkan modal untuk Walji lebih membuat kami merasa tak enak hati,” timpal Bu Sumiyem menyetujui ucapan sang suami.

Tak ada alasan bagi Parto untuk menolak. Ia pun duduk bersama keluarga itu dan menikmati sarapan hangat yang diolah Bu Sumiyem dengan dibantu oleh Lasmi.

“Sebenarnya saya ingin mengantar Mas Parto untuk melihat ke jembatan, tapi saya ada acara di kelurahan,” ujar pak Ngatnu setelah mereka selesai dengan kegiatan di meja makan.

“Meski mereka begitu jahat menuduh anak saya, tapi sebagai RT, saya tetap harus menjalankan tugas dan tanggungjawab saya, Mas,” imbuhnya lalu menenggak habis air putih sebagai pencuci mulut.

Belum sempat Parto menanggapi ucapan pak Ngatnu, ia kembali dikejutkan oleh sikap Lasmi. Putri pak Ngatnu itu berdiri seraya memundurkan kursi yang tadi didudukinya dengan kasar. Tanpa berucap, ia membereskan semua piring kotor di atas meja makan lalu membawanya ke belakang untuk dicuci.

“Maafkan Lasmi ya, Mas. Dia memang tak banyak bicara dan sedikit kasar.” Bu Sumiyem berusaha menetralisir situasi, tak ingin tamunya merasa tak nyaman.

“Nggak apa-apa, Bu. Saya yang tak enak hati karena Lasmi harus merelakan kamarnya untuk saya tempati.”

.

.

.

“Waduh! Kok nggak ada sinyal sih! Gimana caraku ngabari Ibu kalau jembatan ke tempat Bude Anum putus begini? Ck! Sia-sia! Tak ada satupun yang berhasil!” gerutu Parto lalu membuang napas kasar berkali-kali.

Dengan putus asa, ia berbalik meninggalkan jembatan yang belum tersentuh lagi oleh tangan manusia yang harusnya sudah bahu-membahu dan bergotong royong memperbaikinya.

Pikirannya yang semakin kusut, membuat langkah pria berusia hampir tiga puluh tahun itu lunglai tak menentu arah. Ia terus teringat ucapan Bu Yanti yang begitu menyakitkan.

Hingga langkahnya terhenti di sebuah ayunan, di bawah sebuah pohon besar yang rindang. Parto mendesah, seraya duduk berayun menikmati segarnya udara pagi itu, berharap bisa mengusir semua kegundahan yang melelahkan.

“Oh?!” Matanya membulat terkejut saat mendongakkan kepala, dan tepat di hadapannya, berdiri bangunan megah, tempatnya dulu pernah singgah mengenyam pendidikan di sekolah menengah.

Parto bangkit membawa langkah kakinya membuka gerbang yang sudah berkarat, lalu memasuki halamannya yang luas, namun lengang tanpa ada kehidupan dan riuh para siswa lagi disana.

“Sampai nggak tahu sekolah ini ditutup, sudah berapa lama ya berarti aku pergi dari daerah ini?” gumamnya dengan senyum simpul, mengamati lingkungan sekolah yang ditinggalkan dan tak terurus.

Rumput-rumput tumbuh liar di hampir semua area sekolah, bahkan hingga ke beberapa bagian dindingnya pun ditumbuhi berbagai tanaman merambat, menonjolkan kesan tak nyaman bagi siapapun yang melihatnya.

…… 🫒

“Jadi, kita pacaran kan, Jum? Kamu pacarku dan aku pacarmu!” Senyum malu-malu tampak terlihat dari wajah dua bocah yang masih berseragam putih biru itu.

“Hu-um, To! Aku juga suka sama kamu, udah lama.” Pipi merona terlihat jelas di wajah Jumini belia.

“Jadi kamu itu cinta pertamaku loh, Jum! Aku bahagia banget kamu mau jadi pacarku!”

Sungguh cinta monyet yang begitu polos. Seakan dunia milik mereka berdua, setiap hari Parto dan Jumini bagaikan pasangan Rama dan Sinta idola sekolah. Dimana ada Parto, di situlah pasti akan menempel Jumini, begitu juga sebaliknya.

.........🫒

Parto melangkah semakin dalam ke ruangan-ruangan yang kotor, bau debu, dan becek di beberapa bagian karena atapnya bocor.

Langkah kaki Parto terhenti saat melewati sebuah ruangan dengan plakat di pintu masih tertempel rapi dan bisa dibaca.

‘Ruang Kepala Sekolah”

Seraya menahan napas, Parto mendorong pintu itu perlahan.

Bunyi derit pintu terdengar memekak telinga saat Parto membukanya. Suasana ruang kelas itu kosong, sunyi dan pengap.

Parto harus menahan nafas selama beberapa saat lantaran bau debu yang menumpuk.

Perlahan Parto melangkah masuk ke dalam ruangan, dimana dulu ia sering sekali dipanggil oleh sang kepala sekolah untuk berfoto, menerima piala atau piagam lomba yang sering dimenangkan oleh Parto.

Sebuah papan masih terpasang rapi di salah satu sudut ruangan itu. Yang menarik perhatian Parto adalah, masih utuhnya foto-foto yang tertempel di papan tersebut.

“Lah ini Jumini!” pekiknya girang sesaat lupa ia tengah berada dimana.

“Ini Mardiyono, Karyo, Ngadimo,dan ini Ngatemi, musuh bebuyutannya Jumini.”

Satu per satu Parto mengingat nama teman-temannya beserta beberapa kelakuan polos mereka. Namun sedikit berbeda dengan Ngatmi, bocah perempuan yang juga satu kelas dengannya itu, memiliki watak sedikit berbeda.

Mengenang masa-masa indah tanpa banyaknya beban pikiran di masa itu, membuat Parto mesam-mesem.

Merasa cukup dengan ruangan itu, Parto kembali melangkah menyusuri lorong sekolah. Kali ini tujuannya adalah ruang kelasnya.

“Baunya makin nggak enak, makin ke dalam, makin pengap,” gumam Parto seraya mengibaskan pergelangan tangannya, berusaha mengusir debu dari pintu ruang kelas 3B itu.

Parto melangkah masuk, menuju ke meja favoritnya, meja nomor dua di barisan pertama dari pintu.

“Apa ini?!” serunya saat tangannya meraih sesuatu tersimpan di laci meja itu. Dengan sangat hati-hati Parto menarik keluar benda itu.

Parto kembali dibuat terkejut dengan apa yang didapatinya kali ini.

“I-ini kan … pi-pita rambut yang kuberikan untuk Jumini? Bagaimana bisa masih tersimpan di sini?”

...****************...

Bersambung.

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf Yuli a

❤️⃟Wᵃf Yuli a

lah... 🎀 pintanya berdarah seperti yang ada dalam mimpi nggak Parto..?

ada rama dan Sinta , berarti ada Rahwana nya juga ya...😂😂😂. ada Hanoman...👉🐒🐒

2025-06-29

4

moon

moon

gak ada yang cakepan dikit namanya /Shy/

2025-06-30

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳

curiga sama Ngatemi nih 🤔🤭

2025-06-27

2

lihat semua
Episodes
1 Wanita Kusut
2 Alasan
3 Bertemu Keluarga Walji
4 Sekolah Lama Terbengkalai
5 Suara Asing yang Terus Memanggil
6 Tuyul?
7 Keputusan Final Parto.
8 Mimpi di Dalam Mimpi
9 Arwah Jumini
10 Tubuh yang Dipinjam
11 Lasmi
12 Perhiasan Siapa
13 Melarikan Diri
14 Terjebak
15 Serangan Sosok Berwajah Rusak
16 Pria bertopeng
17 Perdebatan di Pemakaman
18 Bertemu Pria Bertopeng
19 Kehilangan Jejak
20 Penyerahan Barang Bukti
21 Dua Tersangka
22 Strategi Menangkap Pelaku
23 Salah Perhitungan
24 Parto Dibakar?
25 Satu Kebenaran Lagi
26 Kekuatan Kemarahan
27 Simbah si Penjaga
28 Kelicikan Ngatnu dkk
29 Bu Gemi
30 Manusia Lebih Menakutkan
31 Pelaku lain?
32 Siapa Pencuri itu?
33 Wanita Pemilik Salon
34 Pria misterius muncul di Ruko
35 Siapa Sasongko?
36 Mingun si Pria Jahat
37 Kenyataan itu Pahit.
38 Sasongko, Ayah Kandung Lasmi
39 Parto diinterogasi
40 Rencana Tersembunyi Mingun.
41 Ngatnu si Licik
42 Siasat Adu Domba Ngatnu
43 Tubuh yang Diperebutkan Dua Arwah
44 Pengejaran Sutopo CS
45 Petunjuk Selanjutnya
46 Lasmi Menyelamatkan Parto Lagi
47 Tertangkapnya Sutopo CS
48 Manusia Berhati Iblis.
49 Malpraktik, Kejahatan Pertama sebagai Pemicu
50 Korban selanjutnya?
51 Dua petunjuk lagi
52 Bu Sumiyem, Mencurigakan
53 Dua Kaki Tangan Terbunuh
54 Dua Arwah Turun Tangan
55 Si Cantik Utari
56 Rencana keji Ngatnu-Sumiyem
57 Sukijo Terperangkap
58 Kemarahan Jumini
59 Jumini Koma
60 Petunjuk dari Sotang
61 Mingun Berhasil Menghentikan Jumini
62 Polisi Mencurigai Parto
63 Ngatnu-Sumiyem menang
64 Jejak Like di Instagram Parto
65 Lasmi Tertangkap Lagi
66 Pertolongan Bidan Tutik
67 Negoisasi Mingun dengan Parto
68 Walji yang Misterius
69 Kesepakatan Mingun-Parto.
70 Jahat atau Baik?
71 Pengakuan yang Menyakitkan
72 Pertarungan Setan
73 Kebenaran, Bisakah Terungkap?
74 Jalan Yang Bercabang
75 Kejahatan Masih Dibiarkan Menang
76 Hal Diluar Nalar
77 Kebenaran harus Diusahakan
78 Yu Gemi Dikucilkan
79 Tipu Muslihat
80 Pertemuan Lasmi-Jumini
81 Pertemuan Jumini-Bu Gemi
82 Ratu Iblis?
83 Siasat Pengikut Iblis
84 Carilah, Maka Kamu Akan Menemukan.
85 Titik Lemah Jumini
86 Jika Kamu Percaya
87 Tak Ada Yang Mustahil
88 Kasus Lama, Mungkinkah Terhubung?
89 Hubungan Yang Kusut
90 Kerajaan Dibalik Cermin
91 Mayat-Mayat di Kebun Belakang Rumah
92 Dendam dan Salah Paham.
93 Manipulasi Setan
94 Dosa yang Menjatuhkan
95 Rahasia Masa Lalu
96 Masa Lalu yang Samar.
97 Mayat yang Dipindahkan?
98 Semua Bekerja Keras
99 Jumini Menuntut Balas
100 Mbah Waluyo Gugur
101 Musnahnya Segel Perlindungan
102 Pertahanan Walji
103 Petunjuk Besar
104 Ngatnu-Sumiyem Tertangkap
105 Pertarungan dengan Dunia Iblis
106 Kakak yang Hilang, Hancurnya Cermin iblis
107 Dendam Bayi Merah
108 Hancurnya dunia Sotang, Muncul kegelapan Baru?
109 Karma Orang Tua, Dibayar Keturunannya?
110 Akhir dari Balas Dendam
111 Happy End
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Wanita Kusut
2
Alasan
3
Bertemu Keluarga Walji
4
Sekolah Lama Terbengkalai
5
Suara Asing yang Terus Memanggil
6
Tuyul?
7
Keputusan Final Parto.
8
Mimpi di Dalam Mimpi
9
Arwah Jumini
10
Tubuh yang Dipinjam
11
Lasmi
12
Perhiasan Siapa
13
Melarikan Diri
14
Terjebak
15
Serangan Sosok Berwajah Rusak
16
Pria bertopeng
17
Perdebatan di Pemakaman
18
Bertemu Pria Bertopeng
19
Kehilangan Jejak
20
Penyerahan Barang Bukti
21
Dua Tersangka
22
Strategi Menangkap Pelaku
23
Salah Perhitungan
24
Parto Dibakar?
25
Satu Kebenaran Lagi
26
Kekuatan Kemarahan
27
Simbah si Penjaga
28
Kelicikan Ngatnu dkk
29
Bu Gemi
30
Manusia Lebih Menakutkan
31
Pelaku lain?
32
Siapa Pencuri itu?
33
Wanita Pemilik Salon
34
Pria misterius muncul di Ruko
35
Siapa Sasongko?
36
Mingun si Pria Jahat
37
Kenyataan itu Pahit.
38
Sasongko, Ayah Kandung Lasmi
39
Parto diinterogasi
40
Rencana Tersembunyi Mingun.
41
Ngatnu si Licik
42
Siasat Adu Domba Ngatnu
43
Tubuh yang Diperebutkan Dua Arwah
44
Pengejaran Sutopo CS
45
Petunjuk Selanjutnya
46
Lasmi Menyelamatkan Parto Lagi
47
Tertangkapnya Sutopo CS
48
Manusia Berhati Iblis.
49
Malpraktik, Kejahatan Pertama sebagai Pemicu
50
Korban selanjutnya?
51
Dua petunjuk lagi
52
Bu Sumiyem, Mencurigakan
53
Dua Kaki Tangan Terbunuh
54
Dua Arwah Turun Tangan
55
Si Cantik Utari
56
Rencana keji Ngatnu-Sumiyem
57
Sukijo Terperangkap
58
Kemarahan Jumini
59
Jumini Koma
60
Petunjuk dari Sotang
61
Mingun Berhasil Menghentikan Jumini
62
Polisi Mencurigai Parto
63
Ngatnu-Sumiyem menang
64
Jejak Like di Instagram Parto
65
Lasmi Tertangkap Lagi
66
Pertolongan Bidan Tutik
67
Negoisasi Mingun dengan Parto
68
Walji yang Misterius
69
Kesepakatan Mingun-Parto.
70
Jahat atau Baik?
71
Pengakuan yang Menyakitkan
72
Pertarungan Setan
73
Kebenaran, Bisakah Terungkap?
74
Jalan Yang Bercabang
75
Kejahatan Masih Dibiarkan Menang
76
Hal Diluar Nalar
77
Kebenaran harus Diusahakan
78
Yu Gemi Dikucilkan
79
Tipu Muslihat
80
Pertemuan Lasmi-Jumini
81
Pertemuan Jumini-Bu Gemi
82
Ratu Iblis?
83
Siasat Pengikut Iblis
84
Carilah, Maka Kamu Akan Menemukan.
85
Titik Lemah Jumini
86
Jika Kamu Percaya
87
Tak Ada Yang Mustahil
88
Kasus Lama, Mungkinkah Terhubung?
89
Hubungan Yang Kusut
90
Kerajaan Dibalik Cermin
91
Mayat-Mayat di Kebun Belakang Rumah
92
Dendam dan Salah Paham.
93
Manipulasi Setan
94
Dosa yang Menjatuhkan
95
Rahasia Masa Lalu
96
Masa Lalu yang Samar.
97
Mayat yang Dipindahkan?
98
Semua Bekerja Keras
99
Jumini Menuntut Balas
100
Mbah Waluyo Gugur
101
Musnahnya Segel Perlindungan
102
Pertahanan Walji
103
Petunjuk Besar
104
Ngatnu-Sumiyem Tertangkap
105
Pertarungan dengan Dunia Iblis
106
Kakak yang Hilang, Hancurnya Cermin iblis
107
Dendam Bayi Merah
108
Hancurnya dunia Sotang, Muncul kegelapan Baru?
109
Karma Orang Tua, Dibayar Keturunannya?
110
Akhir dari Balas Dendam
111
Happy End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!