Menyetujui Rencana Perjodohan

"Papa... ampun... ampuni Luna yang sudah menjadi anak yang durhaka." Luna mencium kaki papanya dengan suara tangisan yang menyayat hati.

"Bukankah ini kemauanmu sendiri, kamu yang bersikeras membantah omongan pria tua ini. Kenapa sekarang pulang dengan tangisan, apakah kamu sedang memainkan drama baru karena Bima menginginkan sesuatu?" Cecar Papa Bram.

"Maaf, Papa aku tahu aku salah. Tidak seharusnya aku memaksa kehendak tanpa restu darimu. Aku sudah membatalkan pernikahanku dengan Bima. Dan aku menerima perjodohan yang Papa inginkan, nikahkan aku segera dengan lelaki pilihan Papa. Aku siap." Ucap Luna penuh ketegasan.

"Apa Kakak tidak salah dengar? Kamu membatalkan pernikahanmu?" Tanya Ervan.

Langkah kaki seorang pria berusia 27 tahun yang belum berkeinginan menikah sebelum melihat adiknya bahagia.

Mendengar suara dari lelaki kedua dalam hidupnya, Luna bangkit kemudian berlari berhambur ke pelukan sang Kakak. Pria yang selalu mengalah dan berkorban demi dirinya sejak kecil. Pria tanggung yang bisa menenangkan Luna kala dia menangis.

"Kakak... Maafkan aku yang tidak mendengar kata-katamu. Sekarang aku akan menuruti permintaan kalian. Ternyata kalian benar, tidak ada yang mencintaiku lebih baik dari keluargaku."

"Jadi, katakan apa Bima berselingkuh darimu sehingga kamu membatalkan pernikahanmu." Ucap Papa Bram dengan suara lebih tenang dan tatapan mata yang kembali hangat seperti dulu.

"Belum, tapi nanti iya. Aku tidak bisa menceritakan keadaan yang aku lalui. Tapi intinya aku tahu Bima tidak mencintaiku dengan tulus. Dia hanya menginginkan hartaku." Ucap Luna sambil mengeraskan rahangnya.

"Sebenarnya kakak dan papa sudah tahu, tapi kamu selalu tidak percaya jika kami bicara. Soal kejadian yang hampir merenggut kesucianmu..."

"Apa kakak mencurigai Bima bersekongkol dengan preman." Tebak Luna langsung memotong kalimat Ervan dengan cepat.

"Bukan hanya curiga, tapi kakak sudah menyelidikinya. Preman itu tidak lain adalah teman Bima, ingin memperkosa kamu karena memang sengaja menjebakmu. Membuat seolah Bima adalah seorang pahlawan. Dan yang, dia berhasil bukan. Kamu terjerat cintanya.

"Bagaimana caranya kamu mengusir Bima dan keluarganya dari rumahmu?" Tanya Papa Bram ingin tahu.

"Aku berpura-pura bangkrut, dan rumah akan disegel oleh bank. Makanya, aku setuju dengan perjodohan yang Papa inginkan. Kalau bisa secepatnya Papa nikahkan aku, supaya mereka tidak bisa menggangguku lagi." Pinta Luna membuat Papa menggelengkan kepala.

"Pernikahan bukan untuk mainan atau ajang coba-coba. Apalagi tujuanmu hanya minta perlindungan. Jika hanya itu, Papa dan Kakakmu sudah cukup bisa melindungimu, Luna." Ucap Papa Bram menatap kecewa putrinya.

"Lalu aku harus apa, aku tidak tahu siapa lelaki yang ingin Papa jodohkan padaku. Apakah aku mengenalnya?" Tanya Luna penasaran.

"Kamu sudah cukup mengenalnya, besok Papa akan mengundang dia dan keluarganya untuk makan malam. Kamu siapkan saja dirimu." Ucap papa.

"Baiklah, aku setuju. Terima kasih Papa masih bersedia menerima aku di rumah ini." Ucap Luna.

"Kamu ini bicara apa, semarah-marahnya Papa, Kamu tetap putri kesayangan kami." Ucap papa Bram.

"Papa dan Kakak mau makan apa siang ini, biar aku yang masak untuk kita makan bersama." Ucap Luna memberikan usulan.

"Kamu bisa masak? Sejak kapan?" Tanya Ervan memicingkan sebelah matanya.

"Ya sejak aku tinggal sendiri di rumahku." Ucap Luna yang tidak mungkin mengaku jika di kehidupan pertamanya dia dijadikan pembantu.

Waktu makan siang telah tiba, meja makan sudah penuh dengan hidangan yang dimasak oleh Luna.

"Ternya lezat juga makanan buatan kamu, kalau begitu mulai sekarang setiap hari kamu wajib mengantarkan makan siang buat kami. Sebagai bentuk tulusnya permintaan maaf kamu." Ucap Papa Bram mengajukan permintaan.

"Baik, Papa aku akan buatkan."

Waktu terus berputar, malam yang dinanti oleh Papa Bram tinggal beberapa jam lagi. Luna sejak sore sudah berkutat di dapur membuat aneka macam hidangan yang akan menjadi menu makan malam istimewa mereka. Entah siapa dan dari keluarga mana lelaki yang akan dijodohkan padanya. Luna terlihat pasrah daripada dia mati tersiksa.

"Selamat malam Om Bram." Sapa seorang pria yang suaranya Luna kenali. Tapi Luna sedikit lupa, suara siapa gerangan yang datang.

"Luna, ke sini dulu nak temui calon suami kami sebentar." Teriak Papa Bram dari ruang tamu, sedangkan Luna berada di ruang keluarga sedang duduk santai karena rasa lelah setelah memasak.

"Iya, Papa tunggu." Jawab Luna.

"Hai Luna, apa kabar?" Tanya pria itu ramah lebih tepatnya sok akrab dengan suara menyebalkan.

Kedua bola mata Luna membola, jadi suami yang dipilihkan Papanya adalah dia. Lelaki paling menyebalkan yang selalu mengejarnya sejak masih SMA hingga kuliah. Astaga apakah nasib Luna tidak bisa berubah.

Keluar kandang serigala, masuk kandang buaya. Lutut Luna seakan tidak bertulang, lemas lunglai tak berdaya.

"Atlas Greyson?" Satu nama yang selalu ingin Luna hindari sejak dulu. Lantaran setiap melihat Atlas tersenyum, Luna merasa jantungnya sakit.

"Ya Luna aku calon suamimu. Aku dengar dari Om Bram jika kamu sekarang pandai memasak."

"Sudah tidak sabar rasanya mencicipi makanan yang dibuat penuh cinta oleh calon istri. Pasti lezat."

"Astaga, Papa..." Ingin rasanya Luna menjerit sekuat tenaga. Kok ada pria yang tingkat kepedeannya setinggi gunung Himalaya. Sungguh Luna ingin menenggelamkan diri di samudera Hindia.

"Kenapa kamu datang sendiri, di mana kedua orang tuamu Atlas?"

"Papa dan Mama mungkin sebentar lagi tiba, tadi aku sedang berada di sekitar sini ada keperluan. Jadi tanpa pulang dulu, aku langsung mampir menemui calon istri tercinta Om." Ucap Atlas.

"Ya sudah, kita tunggu Mama dan Papamu dulu. Kita ngobrol dulu di sini. Luna tolong buat jus buah untuk Atlas."

"Baik Papa." Jawab Luna sambil

Setelah Luna pergi, Atlas menatap serius Papa Bram. Nada bicaranya juga tidak sekonyol bersama Luna.

"Jadi, Luna membatalkan pernikahannya dengan kekasihnya kemudian menyetujui perjodohan yang sebelumnya telah Om ajukan?" Tanya Atlas dengan mimik wajah tenang.

"Apa kamu masih akan melanjutkan niatmu melamarnya?" Tanya Papa Bram.

"Tentu saja, tapi aku tidak ingin ada pernikahan kontrak atau semacamnya Om. Aku mencintai Luna sejak sekolah, tapi sayang dia tidak pernah melihat ke arahku."

"Ada alasan dalam setiap perbuatan dan tindakan. Apa kamu yakin Luna membencimu bukan karena kesalahanmu?"

"Maksud Om Bram apa, aku tidak mengerti." Jawab Atlas bingung.

"Coba ingat-ingat kembali apa yang membuat Luna terkesan menghindarimu. Dan setelah kalian resmi menikah, Om harap kamu tidak menyerah untuk mendapatkan hatinya. Luna memang keras kepala, tapi sebenarnya jika dia sudah mencintaimu maka apa saja akan Luna berikan padamu. Luna itu cerdas soal bisnis, tapi bodoh dengan urusan cinta."

Ting tong

"Sepertinya itu Papa, saya saja yang bukakan pintunya Om." Ucap Atlas menawarkan diri.

"Papa, Mama sudah ditunggu. Kenapa lama?" Cecar Atlas menatap sebal.

"Ckkk... Yang sudah tidak sabar mau melamar, Papa dan Mama datang tepat waktu. Kamu saja yang datangnya kecepatan." Ucap Mama Atlas yang bernama Widya Kartika.

"Dia memang kebelet kawin Ma, kasihan puluhan tahun jomblo abadi." Celetuk Papanya yang bernama Wiradarma Greyson, pria blesteran Jawa Jerman.

Sekarang tahu kan sifat konyol Atlas berasal dari mana? Tentu saja keturunan Papa Wira pria setengah bule berambut abu-abu.

"Dikiranya ayam, kawin? nikah dulu Papa baru aku kawinin Luna."

"Hussttt... kalian ini di mana pun berada tidak pernah akur."

Makan malam berjalan dengan rasa puas karena rasa masakan yang lezat meskipun Luna bukan chef.

"Hidangan yang lezat, Luna kamu pandai membuatnya." Puji Mama Widya.

"Hanya masakan biasa, Tante terlalu memuji." Balas Luna rendah hati.

"Jadi tujuan kami ke sini..."

"Hmm... Atlas menyela ucapan Mamanya, dia tidak ingin kalimat sakral itu digantikan oleh orang lain.

"Aku melamarmu Luna, maukah kamu jadi istriku?" Ucap Atlas tegas.

"Kamu melamarku di depan meja makan tanpa sebuah cincin? Sungguh tidak romantis." Ucap Luna sinis.

"Itu hanya formalitas, mau tidak mau besok akan akad nikah."

"Baiklah, dengan satu syarat. Pernikahan ini akan diadakan secara tertutup dan rahasia. Aku juga tidak ingin orang tahu identitas asliku. Karena aku masih punya misi." Ucap Luna dengan api dendamnya.

"Boleh, tapi kita menikah resmi dan sah. Tidak ada kontrak, karena pernikahan berlaku untuk selamanya." Tegas Atlas tidak ingin dibantah.

Sementara itu di sebuah rumah kontrakan kecil terlihat tiga orang sedang makan malam dengan menu yang sangat sederhana. Wajah cemberut tidak bersukur terlihat dari ketiganya.

"Ckkk... Apes banget nasib kita, hidup mewah cuma bertahan sebulan." Ucap Ibu Ratna sambil mengunyah.

"Mas Bima kurang gercep, seharusnya kita rampok sebelum dia bangkrut."

Terpopuler

Comments

Narti Narti

Narti Narti

terimakasih thor update ya sehat selalu semangat 😘😘😘😘

2025-06-25

0

partini

partini

ngeri ngeri sedap ini cerita

2025-06-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!