Episode 5: Pedang Kuno

Kakek Man
Kakek Man
(acuh tak acuh) Semanggi perak itu kalian gunakan hanya satu kali saja
Daunnya sekarang di telapak tangan perempuan sampingnya Jakek. Warnanya mengeluarkan percikan-percikan cahaya, penuh energi.
Kakek Man
Kakek Man
Tinggalkan satu tanda.
Kakek Man
Kakek Man
Atau air ini akan menghapus dua bayangan sekaligus
Perempuan itu perlahan mengangkat tangannya. Dari pergelangan bajunya, ia keluarkan benda kecil—mirip pecahan batu pipih yang terikat benang. Ia letakkan di atas batu besar di pinggir air.
Jakek
Jakek
Itu... apa?
???
???
Tanda jalan. Tebusan agar kita bisa kembali
???
???
Cepat, kau harus meninggalkan satu barangmu
Jakek
Jakek
Ehh
Jakek
Jakek
Kau lihat
Jakek
Jakek
Saya gak punya apapun
Perempuan itu menatap penampilannya Jakek.
Rambut berantakan. Kemeja lusuh. Dasi longgar. Celana sudah hampir semua basah oleh air.
Jakek
Jakek
(tersipu malu) 😳K-kenapa kau melihatku seperti itu
Jakek langsung melihat langit.
Kakek Man
Kakek Man
🙄 Dasar anak muda...
???
???
Lepaskan saja bajumu Jangan membuang waktuku
Jakek
Jakek
☺️
Jakek
Jakek
Aku tidak mungkin semurah itu
Jakek langsung melepas dasi hitamnya.
Angin kembali bergerak. Kabut perlahan surut.
Deru air terjun mulai melembut—masih deras, tapi tidak lagi seperti menggertak.
Kini ada celah kecil terlihat... jalur sempit di balik tirai air.
Kakek Man
Kakek Man
Langkah kalian… dicatat.
Kakek Man
Kakek Man
Tapi tak semua yang masuk… akan pulang (wajahnya kembali datar)
Kakek Man
Kakek Man
(dalam hati) kalian pasti tidak akan bisa kembali 😏
Perempuan itu menatap celah. Jakek masih ragu-ragu, tapi ia melirik perempuan disampingnya... dan tahu, ia akan ikut meski takut.
Jakek
Jakek
Kalau sampai aku meninggal gara-gara ini... Kamu harus tanggung jawab, tahu?
???
???
(jalan lebih dulu, suaranya hampir tak terdengar) Mati di sini... bahkan tidak akan dikenang
🌊 Kabut menutup mereka saat masuk ke balik air.
Dan sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan... mulai bangkit dari kedalaman.
...
...
...
Dinding-dinding basah memantulkan cahaya biru samar dari celah langit-langit. Uap dingin menyelimuti lorong batu.
Suhu menurun drastis, napas Jakek mulai terlihat seperti asap tipis. Langkah mereka bergema pelan.
Jakek
Jakek
(menggigil, pelan) K-kayak masuk ke dalam kulkas raksasa ya…
???
???
(dingin, tatapan tetap lurus) Ini bukan ruangan. Ini sisa napas dari sesuatu yang lama terkubur.
Jakek
Jakek
...maaf nanya
Meskipun Jakek tak pernah mengerti kata-kata itu, ia tetap melangkah mengikuti perempuan itu.
Mereka sampai di sebuah ruangan membulat.
Di tengah, ada peti besar dari batu hitam. Ujung-ujungnya berlumut beku, tapi permukaannya memancarkan pola cahaya biru samar, seperti aliran listrik beku.
Jakek
Jakek
🧐Dibalik air terjun tadi, ini adalah sebuah goa?
???
???
(pelan, mendekat) Ini...
Jakek ikut melangkah, mendekati peti.
Tangannya refleks ingin menyentuh, tapi perempuan itu lebih dulu menyentuh tutupnya. Peti bergetar seketika—lalu memancarkan aura dingin tajam.
💥 Peti menolak tangan perempuan itu. Ia terpental setengah langkah. Tangannya membeku sebagian, ia mengerang pelan.
Jakek
Jakek
Hei! Kamu kenapa?!
???
???
(berbisik, menahan nyeri) ...Peti ini... menolak aku...
Jakek bingung, takut, tapi perlahan mendekat.
Jakek
Jakek
Kalau kamu gak bisa... kita jangan maksa lah...
Peti tiba-tiba bersinar lebih terang saat Jakek mendekat.
Angin berputar pelan. Perempuan yang bersama Jakek melihatnya dengan mata terbelalak.
???
???
Tunggu... dia merespons kamu?
Ekspresi perempuan itu sedikit tak suka, peti itu seperti memahami aura tubuhnya Jakek.
Jakek
Jakek
(nahan napas) Aku...? Tapi... aku cuma tukang ngeluh yang tadi hampir kabur!
🌀 Aliran cahaya biru dari permukaan peti mulai bergerak... menyusuri lantai, menuju kaki Jakek.
Uap dingin berubah menjadi angin hangat. Tutup peti berderak...
CREAAAKKK…
Perlahan, peti itu terbuka.
Di dalamnya—berbaring di atas kain biru gelap yang sudah lapuk—sebuah pedang panjang dengan bilah perak-biru, seperti petir yang dibekukan. Ujungnya masih mengalir cahaya. Tapi... hanya sedikit.
Jakek
Jakek
(mata membelalak) Itu... pedang...?
???
???
(pelan, seperti bicara sendiri) Petir Api Biru... akhirnya muncul... dan memilih...
Pedang tiba-tiba melompat keluar dari peti, berputar di udara—lalu terhenti tepat di depan dada Jakek, mengambang tanpa disentuh.
Pedang itu berbicara. Suara rendah, berat, tapi hidup. Seperti gema petir dari langit lama.
⚔️ Pedang: “Apa yang kau inginkan dari kekuatanku, pewaris naif?”
Jakek
Jakek
Hah?! (reflek mundur)
Jakek masih tercengang.
Jakek
Jakek
...Aku... aku gak minta apa-apa...
⚔️Pedang: “Justru karena itu... Kau layak. Tapi... ujian belum selesai.”
🌀 Tiba-tiba dinding goa mulai bergetar. Batu-batu terangkat.
Perempuan yang bersama Jakek menarik pedangnya.
Jakek melangkah mundur, tapi pedang biru menyala semakin terang—dan bergerak ke tangannya, seperti ditarik oleh sesuatu di dalam dirinya.
???
???
(teriak) Pegang, Jakek! Itu milikmu sekarang!!
⚡️ Saat jemarinya menyentuh gagang pedang itu — ledakan cahaya biru membanjiri ruangan.
...
╼ Bersambung ╾

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!