“Loh Sus Nesa..” Tampak seorang wanita lansia tergopoh-gopoh menghampirinya. Sepertinya baru dari toko roti yang kebetulan searah dengan kosnya.
“Ya ampun Oma apa kabar? Oma sehat?” Nesa memberi salam dan menjabat tangan sebagai bentuk kesopanan, tidak lupa memberi senyuman ramah yang biasanya dia berikan saat bertemu.
“Kamu ini loh Sus, Oma cariin di rumah sakit tapi tidak pernah ketemu. Kata temennya kamu sudah tidak kerja disana. Benar itu Sus?” Beliau ini Oma Inggrid Wijaksono, salah satu pasien rutin Nesa di rumah sakit. Pertama kali mengenalnya, judesnya minta ampun. Tapi tenang, apa sih yang tidak bisa Nesa luluhkan? Lihatlah Oma yang dulu judes ini mengelus tangannya dengan penuh ketulusan. Nesa sampai terharu melihatnya, ternyata begini rasanya dicari meski sudah tidak bekerja disana lagi. Ini adalah pencapaian tertinggi keberhasilannya selama menggeluti profesi sebagai seorang perawat yang sering sekali di pandang sebelah mata. Bahagisa rasanya saat apa yang dikerjakan oleh tangan ini, dikenang dan diingat jasanya. Nesa mah gitu, gampang terharu dan emosional. Tadinya sudah mau menangis, tapi ditahan sampai air matanya masuk lagi.
Nesa mendekatkan diri dan mengelus pundak Oma Inggrid dengan lembut.
“Oma rindu ya? Haha, Sus sudah yakin oma pasti mencari Sus iya kan?”
Apapun situasinya, tetap membuat suasana ceria adalah prioritas utama. Hati yang gembira adalah obat yang paling manjur bukan? Bisa saja si Nesa ini. Nesa memang ceria dan ceriwis orangnya, jadi rata-rata pasien lansia sangat suka di rawat olehnya. Kadang yang mereka butuhkan bukan sekedar obat tetapi juga butuh didengar isi hatinya. Jangan lupa menanggapi topik pembicaraan dengan excited, mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan. Memasuki usia senja perasaan sensitif tidak bisa dihindari, kelak setiap manusia akan melewati fase itu. Jadi bersikap baiklah hingga ketika berada di fase itu nantinya, kamu dapat didengar juga.
“Dasar bocah gendeng ini, malah bercandai orangtua. Tapi Oma itu loh nggak suka kalau sama yang lain, pokoknya mah seperti ada yang kurang. Oma sudah nyaman sama kamu. Kamu kok resign Sus?”
“Mau cari suasana baru saja Oma. Sus sudah bosan disana.”
“Jadi sekarang sudah dapat kerjaan baru belum Sus?”
“Belum Oma, masih menikmati waktu istirahat dulu. Belum ada apply lamaran juga ketempat lain.”
“Kamu kerja di rumahku saja mau tidak Sus?”
“Hah kerja apa Oma?”
“Ya pokoknya kerja jagain Omalah, gaji bisa diatur. Kamu tidak perlu nginap, anggap saja seperti kerja di rumah sakit jam kerjanya.”
Nesa terdiam sejenak, lumayan juga sih kerja di tempat Oma. Sepertinya juga pekerjaannya tidak terlalu berat, tapi menurut beberapa temannya menjadi perawat homecare itu tidak enak. Ada saja pekerjaan yang harus dilakukan meski diluar tugas dan tanggung jawab yang sudah disepakati sebelumnya.
“Iyakan saja loh Sus, nanti dicoba dulu kalau tidak nyaman boleh keluar Tidak apa-apa.”
“Sus pikirin dulu ya oma, nanti kalau oke saya kabarin.”
“Jangan lama-lama mikirnya sus, nomornya Oma masih kamu simpan kan?”
“Masih Oma, terimakasih loh Oma tawaran kerjanya. Sus senang sekali ketemu dengan Oma. Oma jaga kesehatan ya.”
“Oma tunggu kabar baiknya Sus, nanti langsung datang kerumah saja. Oma pergi dulu, sudah ditungguin supir itu.”
“Baik Oma. Sekali lagi terimakasih ya Oma” Nesa melambaikan tangan, kakinya melangkah mendekat kejalanan menunggu Oma selesai menyeberang. Debian mobil mewah sudah menunggu disana, Nesa melihat sekeliling toko roti ‘Pantas nunggu disana, parkirannya penuh toh.’
Bunyi klakson mobil mengakhiri pertemuan mereka sore itu.
Nesa berdiri didepan rumah mewah sesuai alamat yang dikirimkan Oma padanya. Wah gila sih sebagus ini kah rumah Oma. Nesa tidak terlalu terkejut, pasien-pasien yang datang kerumah sakit tempatnya bekerja dulu sudah pasti dari kalangan menengah ke atas. Maklum untuk biaya konsultasi dan obat dibadrol dua kali lipat dari rumah sakit biasa. Kalau kelas ekonomi sepertinya mah berpikir seribu kali untuk berobat disana. Harganya sangat menguras kantong. Pilihan terbaiknya meminta resep dari dokter lalu menebusnya diapotik luar jika memang dibutuhkan. Jangan sampai pihak manajemen rumah sakit tau, nanti bisa bisa hal seperti ini pun dijadikan masalah.
Pada akhirnya Nesa menerima pekerjaan yang ditawarkan Oma, coba jalani dulu sajalah siapa tau yang ini cocok. Setelah dipikir-pikir setiap orang berbeda beda jalannya, mungkin saja yang kata teman temannya tidak enak eh ternyata menurutnya enak. Nesa tidak akan tau rasanya kalau dirinya sendiri tidak mau mencoba. Kalaupun tidak enak, anggap saja hitung-hitung cari pengalaman. Nesa mah tidak takut apapun, yang penting asal cuannya sesuai saja. Kalau ditempat kerja lama bosnya toxic gaji nya mantul sudah dipastikan Nesa akan tetap bertahan. Bagi orang kelas ekonomi sepertinya, obat dari segala obat itu ya cuan yang melimpah.
Wow, satu rumah saja punya dua security. Wajar sih, rumah sebesar dan semewah ini pasti butuh penjagaan yang ekstra. Nesa memasuki rumah dengan langkah yang tegap dan percaya diri. Meski kagum dengan kemewahan rumah ini, tidak perlu ditunjukkan banget lah ya, menjaga ekspresi adalah salah satu bentuk keprofesionalan juga. Biasa saja gitu lo, ya meski susah sih untuk tidak terpesona pada isi, tata ruang dan model rumah yang luar biasa indah dan modern ini.
“Ada yang bisa dibantu bu? Punten mau cari siapa ya?” Seorang wanita paruh baya datang menghapiri Nesa dengan sopan.
“Perkenalkan saya Nesa bu, sebelumnya sudah buat janji dengan Oma Inggrid.”
“Oalah, Sus Nesa toh. Tadi teh Oma sudah pesan, Sus Nesa boleh masuk saja dulu menunggu di dalam. Tadi kebetulan Oma ada urusan mendesak Sus jadi Oma pergi sebentar mungkin baru pulang sore. Oma pasti lupa ini untuk mengabari.”
Nesa menghela nafas pelan, dasar si Oma pokoknya Nesa kesal pada Oma. Harusnya kan Oma bisa mengabari dirinya terlebih dahulu jika memang ada urusan mendadak, jadi dia tidak akan datang secepat ini. Jarak kosnya dari sini cukup jauh, rugi ongkos jika harus pulang dan datang lagi nanti sore.
‘Tapi sudahlah tidak masalah, lagi pula Oma kan sudah tua, wajar saja kalau sering lupa. Mungkin urusannya memang sangat urgent’ pikirnya.
Nesa ini selain cantik dan seksoy juga penyabar loh, dia akan menunggu didalam saja sampai Oma pulang. Dasar moodnya Nesa, cepat sekali berubahnya.
“Baik Ibu, sepertinya saya akan menunggu didalam saja. Tidak papa kan Bu kalau saya menunggu disini?”
“Monggo sus silahkan masuk, nunggunya didalam saja. Saya salah satu ART disini, panggil Biem saja” Ucapnya sembari mengarahkan jempol keruangan tempatnya akan menunggu Oma.
“Mohon maaf bu, tapi sepertinya kurang sopan gitu kalau panggil nama saja dengan yang lebih tua.”
Biem terkekeh geli,
“Santai saja sus, Biem itu teh singkatan dari Bi Embang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments