Udara pagi masih menggigit ketika Calista melangkah menaiki tangga rumah megah keluarga Alexander. Tubuhnya lelah, sekujur badan terasa remuk oleh hinaan dan perlakuan kasar dari orang-orang yang seharusnya melindunginya. Namun, di balik tatapannya yang dingin, api kemarahan membara.
Tiba-tiba, langkahnya terhenti. Calvin, kakak keduanya, berdiri di anak tangga atas dengan senyum sinis.
"Kamu makin hari makin liar. Menjijikan," cibiran Calvin, suaranya penuh sarkasme seperti pisau yang mengiris hati.
Calista hanya menatapnya. Dahulu, dia mungkin akan menunduk, gemetar, atau bahkan memohon maaf. Tapi tidak lagi.
Kali ini, dia melewati Calvin tanpa sepatah kata pun, seolah sang kakak tak lebih dari bayangan hampa.
" Dasar adik tidak punya sopan santun! Bertemu kakaknya diam aja!" Calvin menggerutu, wajahnya memerah karena kesal.
Calista tidak menengok. Setiap langkahnya kini penuh tekad. Mereka akan melihat, mereka semua akan menyesal.
🍒🍒🍒
Pintu kamarnya tertutup rapat. Calista segera melepas baju sekolah yang masih belepotan lumpur dari "Kecelakaan" yang sengaja dibuat Genk Medusa tadi siang. Air hangat di bak mandi segera memeluk tubuhnya yang pegal, tapi tidak bisa menghapus kenangan tentang Niel.
" Bagaimana kabarmu suamiku?"
Bayangan wajah Niel—pria yang mencintainya di kehidupan sebelumnya—menghantui pikirannya. Dia merindukan pelukan hangatnya, suaranya yang menenangkan. Tapi sekarang, dia sendirian. Dan dendam adalah satu-satunya teman setianya.
Setelah berendam cukup lama, Calista bangkit. Air mengalir di tubuhnya seperti air mata yang tak sempat tumpah. Mulai besok segalanya akan berubah!
---
05.00 Matahari belum muncul, tapi Calista sudah berdiri di depan cermin, mengenakan sportswear hitam. Tubuhnya masih sakit, tapi itu bukan alasan. Dia berlari, setiap langkahnya menguatkan tekad.
Fisikku harus kuat, aku harus bisa melawan mereka.
Angin pagi menerpa wajahnya saat dia memutari halaman mansion. Pelayan-pelayan yang sedang menyapu tertegun melihat nona muda yang biasanya murung kini berlari dengan energi menggebu.
---
Dapur
Begitu masuk, semua mata tertuju padanya. Bibi Yun, koki tua yang setia, hampir menjatuhkan sendok kayunya.
" Selamat pagi semuanya" sapa Calista, suaranya cerah namun penuh wibawa. " Hari ini, aku yang akan memasak. Kalian lanjutkan pekerjaan seperti biasa, Bibi Yun, tolong bantu saya"
Para pelayan saling pandang. Nona Calista memasak??
" Nona mau memasak apa? Biar bibi siapkan bahannya" tanya Bibi Yun, masih ragu.
Calista tersenyum. "Nasi goreng seafood, tumis sayur, dan salmon grill. Untuk kudapan, roti bakar madu. Setelah bahannya siap, kita cuci bersama agar cepat selesai.
Bibi Yun mengangguk cepat, tapi matanya berkaca-kaca. Sudah bertahun-tahun dia bekerja di sini, dan ini pertama kalinya nona muda berbicara padanya dengan sikap begitu tegas... tapi hangat.
---
Proses memasak
Calista memotong bawang dengan presisi, tangannya lincah seperti seorang koki profesional.Di kehidupan pertamaku, aku belajar memasak hanya untuk menyenangkan tunanganku.... namun dia malah menikahi si Medusa.
Daging salmon dibumbui dengan sempurna, lalu ditaruh di atas panci grill. Aroma harum segera memenuhi dapur. Bibi Yun diam-diam mengamati—nona mudanya benar-benar berbeda.
" Nona, anda bisa memasak?" bibi Yun tak bisa menahan tanya dan rasa takjubnya,
Calista tertawa kecil. "Aku punya banyak rahasia, Bibi."
---
--- Setelah masakan sudah selesai di masak Calista berpesan beberapa hal kepada bibi Yun,
" Bibi, aku akn bersiap, tolong nanti bibi hidangkan separuh saja ke meja makan, dan separuh lainnya bisa bibi makan bersama yang lain"
" Baik nona," Jawab bibi Yun.
Saat Calista mulai beranjak pergi, dia kembali lagi karena terungat sesuatu
"Bibi, tolong bungkuskan roti bakar dan potongkan apel untuk bekalku," pinta Calista sambil berlari ke kamar.
"Nona tidak mau makan di rumah?" tanya bibi Yun
" Tidak bibi, aku ada piket," jawabnya singkat.
Sebenarnya, dia harus berhemat. Uang jajannya dipotong sebagai "hukuman" dari insiden kemarin. Tapi tidak masalah. Dia punya rencana lebih besar.
---
Perjalanan sekolah
Sepatu ketsnya menapak jalanan sepi. Dia harus menempuh kurang lebih 30 menit untuk ke sekolah, berjalan dari rumahnya menuju halte memakan waktu 15 menit dan naik bus 15 menit jika tidak macet, makanya Calista memutuskan berankat sekolah lebih pagi, selain karena ada jadwal piket, dia juga ingin menghindari medusa.
Calista menarik napas dalam.
" Medusa, Sella dan genknya..."
Dia mengepalkan tangan. " Aku akan membalas mereka semua"
Angin pagi membawa bisikannya, seakan alam semesta sendiri mendengarkan sumpahnya
Permainan baru saja di mulai
.
.
.
🌹Hai... hai... Sayangnya Mami🤗
JANGAN LUPA KASIH LIKE & KOMEN DI SETIAP BAB, VOTE SERTA HADIAH JUGA YAA
TERIMA KASIH SAYANGKU🤗🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
🔥Cherry_15❄️
Menurutku, kalau bakal dijelasin di dialog, ga perlu ditulis lagi di narasi kak… cukup gini aja… Bibi koki mendekat. “Nona mau masak apa?” tanyanya. “Biar bibi yang siapkan bahan.” lanjutnya, menawarkan. Jadi ga doble informasi gitu. Semangat terus.
2025-08-10
0
🔥Cherry_15❄️
Keren sih kak ceritanya, kreatif. Tapi aku mikir, nanti gimana kalau ada yang berdusta seolah keracunan masakannya? Makin dibenci lagi… 😭
2025-08-10
0
Lonafx
alur udah bagus.
lebih perhatikan tanda baca aja kak untuk intonasi di setiap percakapan tokoh.
misal.
"Dasar adik gak ada sopan santun! Ketemu kakaknya diam aja," gerutunya sebal melihat sikap acuh adiknya.
atau
"Nona mau masak apa?" tanya Bibi koki. "Biar Bibi siapkan bahannya," ujarnya menawarkan bantuan.
2025-07-25
1