Kejutan Pesta

Tak terasa sudah tiga hari berlalu.

Tiga hari Hana hidup seperti hantu di rumah itu, tak terlihat, tak terdengar, tak dianggap.

Setiap hari, ibunya masih terus menyuruhnya pulang. Setiap hari pula Hana menjawab dengan diam dan tatapan tak tergoyahkan.

Dan sebagai balasan, ibunya mengabaikannya. Kadang tidak memberinya makan sama sekali.

Tapi Hana tak gentar. Bukan itu yang membuatnya lelah. Ia datang bukan untuk dimanjakan.

Hari ini, semuanya akan berubah.

Hari ini adalah hari terakhir pengamatannya.

Hana telah menyusun segalanya. Tiga hari bukan waktu yang lama, tapi cukup untuk mengenali siapa yang sesungguhnya menjadi raja dan siapa yang menjadi budak di rumah ini.

Ia tahu kapan Burhan keluar dan pulang. Ia tahu kapan Malika mandi, kapan ia membuka jendela, bahkan kapan ia merengek minta sesuatu dari ibunya.

Ia tahu semuanya. Dan yang lebih penting, ia tahu kapan harus muncul.

Karena hari ini, bukan hari biasa.

Hari ini adalah hari ulang tahun Malika.

Pesta besar. Dekorasi elegan. Catering mewah. Undangan tersebar.

Dan Malika, si tuan putri rumah ini akan tampil sempurna di tengah-tengah semua puja-puji.

Hana tersenyum kecil dari balik jendela. Sempurna. Panggungnya sudah siap.

Ia memperhatikan rumah yang sibuk. Orang-orang berlalu-lalang, menggantung balon, membawa nampan makanan.

Tirai warna pink pastel menghiasi dinding ruang tamu, bunga plastik disusun membentuk tulisan “Happy Birthday, Malika!”

Lalu pintu kamarnya diketuk cepat.

Tanpa menunggu jawaban, Sri masuk.

Ibunya tampil cantik. Rambut disanggul rapi, wajahnya dipoles tipis dengan bedak dan lipstik cerah. Kebaya modern membalut tubuhnya, lengkap dengan bros mengilap di dada.

Di tangannya, sepiring nasi dan sepotong ayam goreng.

Ia meletakkannya di atas meja, tanpa senyum. Matanya berkilat, tapi bukan karena bahagia.

"Makan. Dan tetap di kamar. Jangan keluar. Hari ini banyak tamu.” katanya dingin.

Hana menatap ibunya. Lama. Pandangan yang tidak meminta pengertian tapi menunjukkan sesuatu yang baru.

Keputusan.

Siap.

"Baik, Bu," jawabnya datar.

Sri tidak tahu, kalimat “baik” itu bukan tanda penurutan. Tapi tanda bahwa waktu Hana telah tiba.

Sang ibu pergi, menutup pintu dengan cepat. Tak ingin siapa pun tahu ada orang asing atau lebih tepatnya, orang yang seharusnya tak pernah ada di rumah itu.

Hana tidak langsung menyentuh nasi. Ia menatap ayam goreng yang sebenarnya tampak lezat. Tapi bukan itu yang ia butuhkan sekarang.

“Selamat ulang tahun, Malika,” bisik Hana pada dirinya sendiri.

“Semoga kamu suka kejutan dari saudarimu yang selama ini disembunyikan.”

Beberapa saat kemudian.

Hana menatap pantulan dirinya di kaca kecil dalam lemari reyot itu.

Cermin itu buram, goresannya banyak. Tapi cukup baginya untuk melihat betapa sempurna rencananya bekerja.

Gaun pesta berwarna lilac dengan hiasan manik-manik perak yang berkilau itu membalut tubuhnya dengan pas. Lehernya yang jenjang terlihat anggun, lengannya yang ramping tampak bersih, dan rambut panjangnya terurai alami. Ia tidak berdandan berlebihan, cukup sedikit bedak, pensil alis tipis, dan lipstik nude. Namun aura percaya dirinya menambah pesona yang tidak dimiliki siapapun di rumah ini.

Ia berputar pelan, seolah berada di ruang ganti butik kelas atas.

Baju ini, milik Malika.

Dibeli khusus untuk hari ini.

Hari di mana Malika akan berdiri di tengah tamu-tamu undangan dan menuai pujian.

Tapi sekarang, baju itu ada padanya.

Dan yang akan berdiri di tengah panggung adalah dirinya.

Dua malam lalu, saat rumah hening dan semua tidur pulas, Hana keluar dari kamarnya. Ia tahu letak kamar Malika, dan ia tahu Malika selalu tidur dengan earphone menyala, memutar musik semalaman.

Dengan langkah ringan dan jantung yang nyaris meledak, ia menyelinap masuk, membuka lemari besar berlampu otomatis, dan mengambil gaun itu dengan hati-hati.

Seolah ia sedang merampas mahkota dari kepala seorang putri.

Dan benar saja, hari ini, ia adalah penggantinya.

Dari luar, terdengar suara kekacauan.

“BU! BAJUNYA HILANG! BUKAN DI LEMARI, BUKAN DI KOPER, NGGAK ADA SEMUANYA!”

“Ya Allah, Malika! Ibu udah cari di mana-mana! Gimana ini, Nak?”

“AKU NGGAK MAU PESTA KALO BAJU ITU NGGAK ADA! UDAH MAHAL! UDAH DISESUAIIN SAMA TEMA! GIMANA NIH BUUUUUU!”

Hana menyisir rambutnya sambil menyunggingkan senyum sinis.

Sesekali, ia bahkan tertawa pelan. Bukan tawa jahat, tapi tawa penuh kemenangan.

Rengetan Malika adalah musik kemenangan bagi Hana.

Baju mahal yang dibeli dengan uang curian dari neneknya, kini membungkus tubuh orang yang lebih layak.

Dan betapa ironisnya, gaun itu justru akan menjadi simbol dimulainya kehancuran pesta sang putri.

Sebentar lagi para tamu datang.

Sebentar lagi dia akan keluar.

Sebentar lagi, semuanya berubah.

***

Riuh kendaraan mulai terdengar satu per satu.

Suara deru mobil, pintu dibuka-tutup, dan ucapan selamat datang yang ramai menggema dari halaman depan rumah.

Tamu undangan telah berdatangan.

Para kerabat, tetangga, teman sekolah Malika, bahkan beberapa kenalan bisnis Burhan tampak hadir dengan dandanan terbaik mereka.

Bunga-bunga balon berwarna lilac dan silver bergoyang tertiup angin. Musik lembut mengalun dari speaker besar. Aroma makanan mewah mulai menyebar dari dapur.

Pesta ulang tahun Malika telah dimulai.

Namun Malika dan rengekannya tidak terdengar lagi.

Hana tersenyum dari tempatnya berdiri, dia bisa tahu sebagian besar tamu telah berkumpul dari riuhnya suara mereka mengobrol. Terdengar suara Burhan berbasa-basi, Sri tersenyum palsu, dan Malika yang tetap mencuri perhatian meski bajunya bukan yang ia inginkan.

Sepertinya mereka telah menemukan solusi.

Entah meminjam baju lain, entah membeli baru. Tapi satu hal pasti, itu bukan gaun yang mereka rencanakan.

Dan bukan itu pula yang akan dikenang para tamu nanti.

Karena kejutan sesungguhnya belum dimulai.

Hana memeriksa dirinya sekali lagi.

Gaun itu pas. Makeup-nya lembut namun tajam.

Tas mungil berwarna ungu pastel tergantung di bahunya. Tas milik Malika.

Di dalamnya, ia sudah menyelipkan sebuah amplop putih tebal.

Amplop itu bukan sekadar surat.

Di dalamnya ada salinan asli perjanjian hutang antara Nenek Ningsih, Sri, dan Burhan lengkap dengan tanda tangan dan materai.

Dokumen yang akan mengungkap semuanya.

Senyumnya mengembang. Ia mendengar Sri memanggil semua tamu untuk bersiap di halaman.

Saat yang tepat.

Hana melangkah keluar dari kamar. Pelan.

Sepatunya berbunyi halus menyentuh lantai keramik. Memasuki ruang makan, ruang keluarga lalu terakhir, ruang tamu

Wajah-wajah mulai menoleh. Beberapa anak muda menatapnya bingung, beberapa ibu-ibu saling berbisik.

Karena di tengah pesta mewah itu, muncul seorang gadis yang tak dikenal, gadis cantik yang menarik perhatian, mengenakan gaun yang paling mahal dan mencolok dari semuanya.

Burhan menoleh. Matanya menyipit.

Sri tersentak, wajahnya seketika pucat.

Malika memutar tubuhnya, dan begitu melihat siapa yang datang…

wajahnya membeku.

“Itu… tas aku…

Itu… BAJU AKU!!!” jeritnya.

Hening. Semua menatap Hana.

Namun Hana tetap tenang.

Dia berdiri di tengah ruangan, dengan posisi sempurna di bawah lampu gantung. Wajahnya diterangi cahaya.

Dan dengan suara lembut, tapi tegas, ia berkata:

“Selamat ulang tahun, saudariku.”

Terpopuler

Comments

Nar Sih

Nar Sih

surpraise yg luar biasa dari hana untuk malika juga ibu yg ngk mengangap ank kandung nya ,wahh ..pasti seruu nih pesta nya ,lanjutt kakk👍

2025-06-22

2

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

karena saat itu memang akan banyak atensi khalayak yang bisa dia manfaatkan sebaik-baiknya yah

2025-07-01

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

apalagi dia punya senjata As yang dia dapatkan dari sang nenek sebagai senjata awalnya,,,

2025-07-01

0

lihat semua
Episodes
1 Kedatangan Tak Terduga
2 Mie Instan VS Nasi Putih
3 Amplop 5 Juta Saja?
4 Mengamati Mencatat Lalu Menyusun Rencana
5 Kejutan Pesta
6 Ini Baru Permulaan
7 Putri Yang Kembali
8 Kedatangan Nenek Rosma
9 Perjodohan
10 Persekongkolan
11 Pradipta
12 Dia Hanya Benalu!
13 Pendekatan Rendy
14 Pembatalan Pernikahan
15 Lamaran Dadakan
16 Bertukar Pasangan
17 Kencan Pertama
18 Berhak Tahu dan Berhak Cemburu
19 Kemana Rendy?
20 Tak Sesuai Ekspektasi
21 Perbedaan Kasta
22 Hana Dihakimi
23 Aib Dari Putri Kesayangan
24 Provokasi Malika
25 Melupakan Dendam dan Rencana Kelam
26 Jasman si Tua Keladi
27 Siasat Kejam Burhan
28 Pernikahan Mengerikan
29 Pernikahan Sesungguhnya
30 Pertemuan yang Dinantikan
31 Menanti Hukuman
32 Malam Pertama Kelabu
33 Pemilik Sah
34 Saldo Kosong
35 Semuanya Hilang
36 Mengambil Alih Simpati
37 Pelukan
38 Tanggung Jawab Rendy
39 Ampuni Kami
40 Mengambil alih Toko
41 Dewinta?
42 Sri Dikhianati
43 Cinta dan Memaafkan
44 Rumah Dewinta
45 Hanya Tamu tak Diundang
46 Fakta Baru
47 Tiga Benalu
48 Rencana Pernikahan
49 Sebatas Impian
50 Rahasia Masa Lalu
51 Rayuan Maut Rendy
52 Kehilangan Sri
53 Menciummu
54 Mengusir
55 Rumah Sewaan
56 Meninggalkan Istana Ilusi
57 Dicampakkan di Hari Pernikahan
58 Penyesalan dan Kebencian
59 Keinginan Malika
60 Penolakan Sri
61 Kemunculan Hendra
62 Ayah
63 Karma
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Kedatangan Tak Terduga
2
Mie Instan VS Nasi Putih
3
Amplop 5 Juta Saja?
4
Mengamati Mencatat Lalu Menyusun Rencana
5
Kejutan Pesta
6
Ini Baru Permulaan
7
Putri Yang Kembali
8
Kedatangan Nenek Rosma
9
Perjodohan
10
Persekongkolan
11
Pradipta
12
Dia Hanya Benalu!
13
Pendekatan Rendy
14
Pembatalan Pernikahan
15
Lamaran Dadakan
16
Bertukar Pasangan
17
Kencan Pertama
18
Berhak Tahu dan Berhak Cemburu
19
Kemana Rendy?
20
Tak Sesuai Ekspektasi
21
Perbedaan Kasta
22
Hana Dihakimi
23
Aib Dari Putri Kesayangan
24
Provokasi Malika
25
Melupakan Dendam dan Rencana Kelam
26
Jasman si Tua Keladi
27
Siasat Kejam Burhan
28
Pernikahan Mengerikan
29
Pernikahan Sesungguhnya
30
Pertemuan yang Dinantikan
31
Menanti Hukuman
32
Malam Pertama Kelabu
33
Pemilik Sah
34
Saldo Kosong
35
Semuanya Hilang
36
Mengambil Alih Simpati
37
Pelukan
38
Tanggung Jawab Rendy
39
Ampuni Kami
40
Mengambil alih Toko
41
Dewinta?
42
Sri Dikhianati
43
Cinta dan Memaafkan
44
Rumah Dewinta
45
Hanya Tamu tak Diundang
46
Fakta Baru
47
Tiga Benalu
48
Rencana Pernikahan
49
Sebatas Impian
50
Rahasia Masa Lalu
51
Rayuan Maut Rendy
52
Kehilangan Sri
53
Menciummu
54
Mengusir
55
Rumah Sewaan
56
Meninggalkan Istana Ilusi
57
Dicampakkan di Hari Pernikahan
58
Penyesalan dan Kebencian
59
Keinginan Malika
60
Penolakan Sri
61
Kemunculan Hendra
62
Ayah
63
Karma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!