Kisah Kita Yang Tak Sempurna (Chat Story Version)
Malam Ujian dan Detak yang Tak Biasa
Senja jatuh pelan di langit sekolah. Cahaya keemasan mengintip dari sela-sela jendela ruang baca, membentuk pola hangat di lantai kayu yang mulai dingin.
Sisa suara langkah telah lama lenyap. Lonceng pulang sekolah telah berlalu. Dan hanya perpustakaan yang masih menyala...
Yuri Mauve
(berbisik pelan)
Aku gak ngerti lagi soal ini...
Yuri Mauve
(Dia menunjuk soal matematika dengan lesu) Angka-angka kayaknya gak suka sama aku.
Al Autumn
(tersenyum kecil)
Mungkin kamu harus ajak mereka ngobrol baik-baik.
Yuri Mauve
(mata mulai terpejam)
Kalau gitu kamu aja yang ajak...
Soalnya mereka nurut kalau kamu yang ngomong...
Yuri terlelap. Kepalanya bersandar di atas lengan. Napasnya tenang. Al memandang. Tak berkata. Hanya menatap dalam diam. Rambut ungunya jatuh menutupi pipi. Tangan kirinya masih memegang pensil. Ia seperti potret sunyi yang damai.
Al membuka halaman belakang bukunya dan menulis:
Al Autumn
"Ada rasa yang tumbuh dalam diam. Seperti malam ini, di antara halaman-halaman ujian dan napasmu yang teratur.
Yuri, kamu tahu nggak… sejak kapan kamu jadi satu-satunya alasan aku betah duduk diam selama ini?"
Ia tidak berniat menunjukkan tulisan itu. Kadang… perasaan paling jujur hanya ingin disimpan.
Yuri Mauve
(mengusap mata)
Maaf, aku ketiduran...
Al Autumn
Gapapa. Lagian gak lama kok.
Yuri Mauve
(sambil tersenyum kecil)
Aneh ya...
Tidur di perpustakaan ternyata lebih nyaman dari kasur rumah.
Al Autumn
Mungkin karena kamu gak sendirian di sini.
Yuri Mauve
(memandang Al)
...Mungkin ya.
Yuri melihat Al menutup buku abu-abu miliknya.
Yuri Mauve
Tadi kamu nulis sesuatu ya?
Al Autumn
Iya. Cuma… buat sendiri.
Yuri Mauve
Tentang pelajaran?
Al Autumn
(Al menoleh pelan. Senyum tipis di bibirnya)
Tentang seseorang yang tidur dan malah bikin jantung orang lain gak bisa tenang.
Yuri Mauve
(Yuri terdiam. Wajahnya memerah, tapi ekspresinya datar)
...Kamu suka nulis kalimat kayak gitu ya?
Al Autumn
Itu bukan kalimat. (hening sejenak) Itu jujur.
Sunyi kembali turun. Tapi kali ini... berbeda. Lebih berat. Lebih penuh. Seolah sesuatu nyaris diucap, tapi justru dipilih untuk disimpan.
Yuri Mauve
(memandang ke luar jendela)
Al...
Yuri Mauve
Kalau aku gak ngerti perasaan sendiri…
Kamu bisa bantu jelasin juga gak, kayak waktu kamu jelasin matematika tadi?
Al Autumn
Aku juga lagi nyari tahu, Yuri.
Tapi kalau kamu mau… kita bisa sama-sama nyari.
Cahaya lampu taman redup. Jalan setapak tampak basah oleh embun. Tapi langkah mereka ringan. Seperti hati yang perlahan… menemukan arah.
Yuri Mauve
Besok, kita belajar lagi?
Al Autumn
Di tempat yang sama?
Yuri Mauve
Iya. Tapi..." (mengalihkan pandangan)
...mungkin aku gak akan terlalu fokus belajar.
Yuri Mauve
Soalnya aku udah mulai lebih tertarik sama suara seseorang…
daripada soal ujian.
Al tertawa kecil. Tapi di dadanya, sesuatu seperti mekar. Untuk pertama kalinya…
Belajar malam menjelang ujian terasa seperti alasan yang ingin terus diulang.
Comments