Kisah Kita Yang Tak Sempurna (Chat Story Version)
Obrolan Pertama, Senyum Kedua
Hujan rintik membasahi jendela kelas. Udara dingin menusuk kulit. Di dekat jendela, Yuri Mauve asyik membaca buku "A Little Life". Rambutnya yang ungu terurai lembut.
Al Autumn
(Masuk kelas, menatap Yuri) Masih baca buku yang kemarin?
Yuri Mauve
(Menoleh sebentar) Sudah selesai. Aku baca sampai malam. (Menunjukkan buku baru)
Al Autumn
Itu katanya berat, ya? Banyak yang bilang bikin nangis.
Yuri Mauve
Nggak cuma bikin nangis. Lebih kayak... bikin dada sesak tapi kamu gak tahu harus marah ke siapa.
Al Autumn
Kamu suka yang... menyakitkan?
Yuri Mauve
Aku suka yang jujur. Aku gak percaya sama cerita yang semuanya baik-baik aja.
Al Autumn
Aku lebih sering nulis. Gak sebagus novel sih, cuma... semacam buku catatan kecil.
Yuri Mauve
Buku catatan? Yang warna abu-abu itu? (Menunjuk buku catatan Al yang tertinggal) Aku cuma baca halaman terakhir. Tentang ‘rasa asing di mata seseorang yang dulunya dekat’. Aku suka kalimat itu.
Al Autumn
(Kaget) Kamu... lihat? Itu halaman paling absurd.
Yuri Mauve
Justru itu paling jujur.
Yuri Mauve
Kamu bikin kalimat kayak gitu dari mana?
Al Autumn
Entah. Mungkin karena aku juga... ngerasa kayak gitu.
Yuri menatap Al. Ada seberkas cahaya di matanya. Suasana hening, namun nyaman.
Al Autumn
Kamu suka warna ungu ya? Karena semuanya di kamu nuansanya ungu. Dari rambut, pulpen, bahkan sampul buku catatan kamu.
Yuri Mauve
(Bingung) Kenapa nanya begitu?
Yuri menatap Al agak lama. Pandangan mereka bertemu. Sunyi, namun penuh makna
Yuri Mauve
Baru sadar ada yang merhatiin. (tersenyum samar)
Pelajaran dimulai. Tapi saat guru menjelaskan, Al merasa tak sepenuhnya hadir. Sesekali, ia melirik ke samping, ke arah gadis yang kini terasa tidak terlalu jauh. Ketika bel pulang berbunyi, dan mereka berjalan keluar kelas, Yuri membuka percakapan dengan Al.
Yuri Mauve
Kamu selalu nulis setiap hari?
Al Autumn
Iya. Walau cuma satu baris.
Yuri Mauve
Kalau suatu hari kamu nulis tentang aku… (tersenyum tipis) …pastikan aku bukan tokoh yang cepat dilupakan.
Al menatap punggung Yuri yang menjauh. Senyum Yuri terukir dalam hatinya. Ia menuliskannya dalam buku catatannya.
Al Autumn
Senyum kedua. Tapi yang pertama membuatku ingin menulis lebih dari satu baris.
Al benar-benar larut dalam senyuman Yuri, dan akan membekas selamanya.
Comments