siapa kamu?
Hujan mengguyur kota malam itu, menciptakan irama yang sendu di atas trotoar, langit gelap cahaya lampu jalan menyala pucat. suasana sepi hanya suara langkah kaki yang tergesa gesa.
Viola baru saja selesai latihan ballet, viola berjalan cepat sambil memeluk tas nya yang berisi baju balet,laptop dan buku kuliah nya, dia memaksakan menaik bus karna mobil jemputan nya tak kunjung tiba. dengan payung dan jaket yang tipis, rambut segengah basah. wajahnya lelah, tapi matanya masih menatap hidup, dia menerobos hujan.
Dia berhenti di halte kecil. Dia menatap sekeliling nya begitu sunyi sepi dan dingin, tapi dia melihat seseorang yang duduk di bawah tiang lampu dengan basah kuyup.
wajah nya tertunduk. tangan kirinya menggenggam 2 jam tangan yang rusak. tangan kiri nya sedikit berdarah.
viola olive bamanthara
"hei...kamu gapapa?" viola (lirih)
Dia menoleh pelan. matanya tajam gelap, tapi kosong ada luka ringan di pelipisnya. Ia tak menjawab.
viola membuka tasnya mengambil sebotol air dan tisu. ia jongkok di depan nya ragu.
viola olive bamanthara
"aku ga bakal ganggu. cuma....kamu kelihatan kesakitan." (ucap viola)
....
"bukan urusan kamu" (ucapnya ketus)
Viola hanya senyum lembut, viola tetep memberikan air minum nya lalu berdiri,membuka jaket nya dan menaru nya di dekat botol minum dan tisu, barang barang nya ia tutupi menggunakan payung yang ia pakai.
viola olive bamanthara
" kalu butuh bantuan, halte ini dekat dengan pos satpam kampus. Aku bisa—”
Dia memotong omongan viola
....
"kenapa kamu peduli?" (lirih nya)
Viola terdiam. Hujan makin deras. Dia menggenggam tas nya erat.
viola olive bamanthara
"aku juga gatau"
Lalu viola pergi ke halte untuk meneduh, dan tidak berbalik ke belakang.
dia menagap punggung viola yang berjalan menjauh. matanya tak berkedip hujan membasahi wajah nya, tapi dia tidak bergerak.
....
"siapa dia?" (ucap nya yang sangat penasaran)
Bus kota pun tiba, lampu depan nya menyilaukan hujan. viola naik, duduk di dekat jendela, menempelkan dahinya yang basah pada kaca.
Air di kaca jendela menetes perlahan. Refleksi wajah Viola muncul samar. Di luar, kota tetap hidup, tapi bagi Viola, malam ini terasa berbeda.
viola olive bamanthara
“Kenapa dia bisa semisterius itu? Luka, mata, dan... sepi. Rasanya seperti karakter di salah satu tulisan. Tapi ini nyata.”
(ucap viola untuk dirinya hampir tidak terdengar siapapun)
Mobil mewah terparkir di halaman. Rumah bergaya modern klasik, berdiri anggun di tengah kota. Viola turun dari bus dan berjalan masuk pelan, pasrah dan badan yang basah.
Begitu membuka pagar, seseorang langsung mendekat—Abnar bamantahra, kakaknya. Di belakangnya, abidar bamanthara kakak tertua, juga muncul dari teras.
Abnar miler bamanthara
Vi? Ya Tuhan, kamu kenapa baru pulang? Kamu kehujanan?!” (ucap abnar)
viola olive bamanthara
"Lupa bawa payung... tadi hujan mendadak" ( ucap viola lelah)
abidar ali bamantahar
“Jam segini kamu masih di luar sendiri? Kamu tuh sadar gak kamu bukan cewek biasa? lagian kan setiap hari km anter jemput kenapa pak abdi ga jemput kmu?" (oceh abidar)
viola olive bamanthara
"aduhhh...gatau ka, kalo pak abdi jemput aku juga ga bakal pulang sendiri, mungkin pak abdi chat aku tapi hp aku mati, udah ah aku cape" "(ucap viola sambil mendorong kecil kedua kakanya)
Viola masuk ke dalam rumah di ikut kedua kakanya dari belakang,kakanya menutup pintu. lalau viola bebicara sambil masuk.
viola olive bamanthara
"“ terus—aku lihat orang... kayaknya butuh bantuan. aku samperin sambil nunggu bus, makanya aku basah karna jaket nya aku kasih ke dia” (ucap viola)
abidar ali bamantahar
“Vi, kamu terlalu baik. Kamu gak tahu orang kayak apa yang kamu temui di luar sana.” (abidar berusaha menahan emosi)
Abnar meraih handuk dari dalam dan menutupi kepala Viola, lalu memberi tatapan panjang ke abidar—tatapan yang penuh kekhawatiran yang tak terucap.
viola olive bamanthara
"makasih" (ucap viola sambil tersenyum)
Abnar miler bamanthara
"iya sama sama, sana masuk kamar mandi istirahat, biar kaka yang ambilin makan" (balas abnar)
Viola berjalan ke arah kamar nya, membuka pintu kamar lalu mencium bau jasmine dari pengharum kamar nya.
setelah selesai mandi viola berbaring di ranjang milik nya untuk istirahat, lalu ia teringat sesuatu.
viola olive bamanthara
"astaga hp aku" (ucap nya sambil kaget, dan bangun dari kasur)
Ponsel nya mati, ia bangun dan mengambil ponsel nya di tas yang di taruh di meja, lalu ia mengisi batrai hp nya, tiba tiba ada suara ketukan pintu.
viola olive bamanthara
"iya. masuk ka" (ucap viola)
Abnar pun datang, dengan membawa nampan yang berisi air hangat dan sup ayam kesukaan viola.
viola olive bamanthara
"makasih ka, kaka tu yang paling ngerti aku deh, ketimbang si laki laki tatoan yang bisanga cuma mainin oli" (ucap nya sambil nana mangejek)
Abnar miler bamanthara
"kamu tu ya...ada aja kata katanya, kalo dia denger apa kamu ga takut di tempelin aki di badan kamu biar bisa jalan ngebut waktu jalan" (ucap nya tertawa, sambil menaruh makanan di meja kamar viola)
viola olive bamanthara
"ihhh takut bangett, di kira aku motor mogok apa" (ucap nya kesal)
Abnar miler bamanthara
hahaha,Ya udah kaka lanjut kerjaan kaka ya, ada pasien yang blm kaka tanganin, kebetulan online" (ucap kaka sambil pergi)
Viola hanya mengangguk, sambil melihat punggung kakanya pergi keluar kamar, viola memakan habis makanan nya, setelah selesai viola berbaring di kasur nya.
Jendela terbuka sedikit, sisa hujan terdengar sayup.
Di meja, laptop-nya menyala. viola bangun Ia membuka dokumen baru dan mulai mengerjakan tugas dengan jari nya.
Tiba tiba viola teringat akan sosok pria tersebut.
Viola menatap layar laptop beberapa detik, tapi pikirannya sudah tak fokus pada tugas. Dia memejamkan mata, mengingat kembali mata pria itu—mata yang entah kenapa membuat dadanya sesak.
Perlahan, Viola menutup laptop-nya. Ia duduk memeluk lutut, menyandarkan dagu ke atas lututnya.
viola olive bamanthara
“Apa dia baik-baik saja? Kenapa aku peduli…” (pikir nya)
Siluet langit malam terlihat di balik kaca. Hujan mulai turun lagi, rintik kecil tapi konstan.
Viola melangkah ke jendela dan menutupnya pelan.
Di luar, gelap. Tapi ia merasa... dia sedang dilihat.
viola olive bamanthara
"siapa kamu sebenarnya?" (pertanyaan pertanyaan yang menghantui pikiran nya)
Viola berjalan ke kasur untuk tidur dan istirahat.Viola menarik selimutnya hingga ke dada, memejamkan mata, mencoba memaksa dirinya tertidur. Tapi suara hujan yang menetes di luar jendela justru membuat pikirannya makin liar. Wajah pria asing itu kembali muncul di bayangannya, samar, tapi kuat. Matanya… sorotnya… seperti menyimpan sesuatu.
viola olive bamanthara
"Aku bahkan belum tahu namanya…”
(gumam viola)
Waktu berlalu. Jam digital di samping ranjang menunjuk pukul 02.47. Viola masih belum terlelap.
Jam digital di samping tempat tidur berganti angka pelan-pelan. 03.18… 03.42…
Viola akhirnya tertidur menjelang subuh, dengan wajah masih menyimpan resah.
Comments