Semakin jelas

"Selamat datang pakle dan bule Radi, adik adik dan Dito ponakan pakde yang makin pintar," ucapan sambutan dari mas Tono mengawali kedatangan kami di kampung halaman bapak mertua.

Akhirnya sampai juga. Setelah beberapa jam dari rumah makan tadi, rasanya ingin segera rebahan di kasur empuk. Tapi sepertinya gak akan bisa. Kasur yang paling bagus dan terlihat empuk itu sudah di kuasai mas Yoga dan keluarganya. Yang tersisa hanya karpet besar plus 6 tumpuk bantal kapuk. Ini sudah yang kedua kali aku menginap di rumah tua ini. Rumah peninggalan orang tua bapak mertua. Rumah yang cukup besar. Banyak kamar. Tapi kami selalu memilih tidur di ruang tengah. Agar bisa saling bercerita satu sama lain.

Suatu pagi sehari sebelum hari raya Idul Fitri....

"Kamu beres-beres di sini aja ya Er. Gak usah ikut. Ibu sama mba mu mau ke toko emas,"

Ibu mertua sibuk menghitung lembaran warna merah yang ada di dalam dompetnya

"Erina di ajak aja bulik, sekalian jalan-jalan" mba Dewi mengambil tas kecil dari atas kulkas 2 pintu peninggalan orangtua bapak

"Kalau di ajak juga buat apa. Kan dia ndak bakal bisa beli emas. Wong Handi sudah ndak kerja Wi... Makan aja masih dari pakle. Kalau ibu, Maya sama Lita sudah pasti mau beli emas," ibu menjawab saran mba Dewi istri mas Tono

Mba Dewi tampak terkejut mendengar jawaban ibu. Dia menatapku dari pintu dapur dan tersenyum. Serba salah. Itu yang dapat di artikan dari tatapannya kepadaku.

"Ayo Maya...Lita... kita pergi sekarang. Mumpung masih jam 8. Belum ramai di sana."

"Ayo Er, ikut mba. Kita jalan-jalan sambil lewat pasar nanti. Sambil cuci mata, banyak yang di lihat di pasar nanti," mba Lita menarik tanganku.

Aku dan mba Lita berjalan di belakang ibu dan mba Maya. Untung saja Dito ikut ayahnya pagi-pagi tadi ke dermaga untuk membeli ikan laut di TPI (tempat pelelangan Ikan)

"Selamat datang bude Radi dan mba Maya. Kata ibu semalam bude mau beli emas ya..." mba Tutik menyambut kedatangan ibu di toko emas tempatnya bekerja.

"Halo Tutik...iya nih, bude mau beli emas yang kadarnya 24k. Ada ndak ya?"

Tak berapa lama aku dan mba Lita masuk ke dalam toko. Dan mba Lita langsung memilih gelang yang akan di beli.

Sementara itu, aku hanya diam dan melihat lihat model kalung emas yang di pajang di etalase toko.

"Silahkan di pilih... Mau beli yang mana ya mba," sapa seorang karyawan toko emas kepadaku.

Aku tersenyum, tapi tiba-tiba ibu datang menghampiriku.

"Maaf mba, ini mantu saya. Ndak beli emas kok dia. Cuma lihat-lihat saja. Dia ndak punya uang buat beli emas. Ke sana aja mba, ambilkan buat saya kalung yang 10gram," ibu langsung berjalan ke arah mba Lita.

"Mmm... Mohon maaf mba, saya tinggal ke sana dulu ya mba"

"Oh, iya mba. Silahkan"

Dadaku terasa sesak. Aku mencoba tenang dengan menarik nafas panjang. Tampak ibu, mba Maya dan Mba Lita sedang sibuk memilih emas. Tanpa berpamitan diam-diam aku beranjak keluar dari toko dan ber jalan kaki arah pulang ke rumah peninggalan orang tua bapak mertua.

Pandanganku terasa agak buram, nafasku tersengal sengal. Nasib baik aku cepat tiba di rumah bapak. Dan untungnya gak ada orang di dalam. Aku segera menutup pintu dan berlari ke kamar mandi. Membuka kran air agar terdengar suara air mengalir. Aku menangis se puas-puasnya. Sakit... Sangat sakit rasanya di perlakukan seperti itu di depan umum. Aku seperti tidak ada harga diri. Ibu mertua bisa setega itu memperlakukanku . Entah apa yang akan terjadi besok di acara pernikahan saudara bapak.

Episodes
1 Menahan
2 Anak tersayang
3 Dilema
4 Semakin jelas
5 Kejadian hari ini
6 Keputusan
7 Keyakinan
8 Maafkan mamah...
9 Semoga baik-baik saja
10 Masalah baru
11 Berharap
12 Berusaha menerima
13 Tiada hari tanpa masalah
14 Ayo kita pergi
15 Loloskan dulu
16 Asal mula
17 Penampilan
18 Semangat Handi
19 Terlatih mandiri
20 Uang pertama untuk ibu
21 Menyapa asa
22 Hanya menyimak
23 Perlakuan
24 Akal-akalan
25 Strategi mas Yoga
26 Tekad Nekat
27 Jangan ragu
28 Berkunjung
29 Kita ikuti maunya ibu
30 Penjelasan
31 Sindiran
32 Masih ada harapan
33 Mau tak mau
34 Kenapa ini...
35 Kerja bakti
36 Terharu
37 Perubahan
38 Satu sama
39 Memulai Aktifitas
40 Kamu salah Erina...
41 Tak berdaya
42 Kost an gratis
43 Dengar cerita
44 Kacau
45 Ketemu
46 Tenangkan fikiran
47 PDKT
48 Pakai saja dulu
49 Saran bapak
50 Belanja bersama mamah
51 Gak masuk akal
52 Ritual awal
53 Luapkan emosi
54 Tak pulang semalam
55 Gak biasanya
56 Cepat jalan...
57 Di selesaikan bapak
58 Senangnya Lita
59 Tumbang juga
60 Keceplosan
61 Kebaikan bu Indah
62 Hari yang cerah
63 Kunjungan setelah pindah
64 Sindiran ibu
65 Mutasi kerja
66 Emosi Yoga
67 Bu Sumi merajuk
68 Alasan Handi
69 Ada yang aneh
70 Putusan Sumi
71 Pulang
72 Cari cara...
73 Dobrak kamar Yoga
74 Baru di mulai
75 Kurang tidur katanya....
76 Mengulur waktu
77 Tunggu aku kak...
78 Pertemuan terakhir
79 Perhatian mba Maya
80 Obrolan malam
81 Selamat jalan bapak...
82 Pick up buat Yoga
83 Aku tunggu mas
84 Sudah izin
85 Gangguan mental
86 Rencana bu Sumi
87 Handi makin menjadi
88 Kecurigaan sahabat Bibi
89 Putusan bu Sumi
90 Uang milik ku
91 Hari penuh haru
92 Rencana
93 Pulang lagi
94 Jalan-jalan sore
95 Seseorang yang di kenal
96 Lelaki itu memang suamiku
97 Demam
98 Saling berbohong...
99 Gagal total
100 Di terima....
101 Pengumuman Radi
102 Sepakat keluarga
103 Sarapan di tetangga
104 Sebungkus nasi uduk
105 Mata-mata
106 Masih bisa menghindar
107 Sah
108 Kepanikan Radi
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Menahan
2
Anak tersayang
3
Dilema
4
Semakin jelas
5
Kejadian hari ini
6
Keputusan
7
Keyakinan
8
Maafkan mamah...
9
Semoga baik-baik saja
10
Masalah baru
11
Berharap
12
Berusaha menerima
13
Tiada hari tanpa masalah
14
Ayo kita pergi
15
Loloskan dulu
16
Asal mula
17
Penampilan
18
Semangat Handi
19
Terlatih mandiri
20
Uang pertama untuk ibu
21
Menyapa asa
22
Hanya menyimak
23
Perlakuan
24
Akal-akalan
25
Strategi mas Yoga
26
Tekad Nekat
27
Jangan ragu
28
Berkunjung
29
Kita ikuti maunya ibu
30
Penjelasan
31
Sindiran
32
Masih ada harapan
33
Mau tak mau
34
Kenapa ini...
35
Kerja bakti
36
Terharu
37
Perubahan
38
Satu sama
39
Memulai Aktifitas
40
Kamu salah Erina...
41
Tak berdaya
42
Kost an gratis
43
Dengar cerita
44
Kacau
45
Ketemu
46
Tenangkan fikiran
47
PDKT
48
Pakai saja dulu
49
Saran bapak
50
Belanja bersama mamah
51
Gak masuk akal
52
Ritual awal
53
Luapkan emosi
54
Tak pulang semalam
55
Gak biasanya
56
Cepat jalan...
57
Di selesaikan bapak
58
Senangnya Lita
59
Tumbang juga
60
Keceplosan
61
Kebaikan bu Indah
62
Hari yang cerah
63
Kunjungan setelah pindah
64
Sindiran ibu
65
Mutasi kerja
66
Emosi Yoga
67
Bu Sumi merajuk
68
Alasan Handi
69
Ada yang aneh
70
Putusan Sumi
71
Pulang
72
Cari cara...
73
Dobrak kamar Yoga
74
Baru di mulai
75
Kurang tidur katanya....
76
Mengulur waktu
77
Tunggu aku kak...
78
Pertemuan terakhir
79
Perhatian mba Maya
80
Obrolan malam
81
Selamat jalan bapak...
82
Pick up buat Yoga
83
Aku tunggu mas
84
Sudah izin
85
Gangguan mental
86
Rencana bu Sumi
87
Handi makin menjadi
88
Kecurigaan sahabat Bibi
89
Putusan bu Sumi
90
Uang milik ku
91
Hari penuh haru
92
Rencana
93
Pulang lagi
94
Jalan-jalan sore
95
Seseorang yang di kenal
96
Lelaki itu memang suamiku
97
Demam
98
Saling berbohong...
99
Gagal total
100
Di terima....
101
Pengumuman Radi
102
Sepakat keluarga
103
Sarapan di tetangga
104
Sebungkus nasi uduk
105
Mata-mata
106
Masih bisa menghindar
107
Sah
108
Kepanikan Radi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!