Episode 4

•୨୧ 𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 ୨୧•
nama sekolah nya itu SMA Arvendale Luxion maaf yaa Ku ganti nama sklh nya
Pagi itu el baru saja masuk ruang OSIS setelah dipanggil Daviero. Mereka berdiskusi soal festival sekolah yang akan diadakan bulan depan.
Daviero Aldric Mahesa
Daviero Aldric Mahesa
Festival sekolah bakal digelar akhir bulan depan. Gue minta lo bantu handle bagian lomba seni dan penampilan pentas.
Ucap datar Daviero
el Menyilangkan tangan, ekspresi tenang tapi malas debat
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Lo yakin nyuruh gue? Banyak cewek yang lebih pengen deket sama lo di OSIS. Kenapa bukan mereka aja?
Daviero Aldric Mahesa
Daviero Aldric Mahesa
Karena lo kompeten, Clarissa. Gue butuh hasil, bukan drama.
El menatap tajam. Lorong mulai ramai. Banyak murid memperhatikan mereka berjalan berdampingan keluar ruang OSIS.
Di antara kerumunan, Revano bersandar di dinding belakang lorong, matanya mengamati tanpa bicara. Sesekali tatapan mereka bertemu… dan El langsung menunduk
Di kelas, sahabat-sahabat El Yuna dan Nayaka mengajaknya berdiskusi soal lomba dance di festival.
Yuna Felice Marendra
Yuna Felice Marendra
Lo harus ikut tahun ini, El. Tahun lalu kita cuma nari, sekarang bisa sambil nyanyi. Gak usah mikirin menang, buat seneng-seneng aja.
Nayaka Shireen Atmadjareen
Nayaka Shireen Atmadjareen
Semua murid cewek juga rame pengen ikutan. Masa lo malah mundur?
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Iyaa
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
gue ikut. Tapi jangan bilang-bilang yang lain dulu. Nanti kita latihannya di markas aja.
Markas itu adalah rumah besar milik El yang berada jauh dari pusat kota, tempat hanya sahabat dan keluarganya yang benar-benar dekat yang tahu. Rumah itu hadiah dari neneknya saat El kecil, saat ditanya ingin apa dan jawabannya: "Aku mau rumah buat aku main sama sahabat-sahabat aku selamanya."
Kantin Sekolah SMA Arvendale Luxion Suasana ramai. Meja penuh. Tawa dan suara obrolan bercampur jadi satu. Di sudut biasa mereka, El duduk bersama Yuna, Nayaka, Chelsea, Zalya, dan Keysha.
Yuna melirik kaki El yang tampak kaku saat melangkah.
Yuna Felice Marendra
Yuna Felice Marendra
Lo kenapa, El? Lo jalan agak pincang dari tadi.
El hanya tersenyum kecil, buru-buru duduk.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Luka kecil
Zalya mendengus pelan.
Zalya Maricel Savindra
Zalya Maricel Savindra
Beneran? Kaki Lo memar gitu..
Keysha langsung narik rok panjang El pelan. El refleks menahan, tapi terlambat satu memar ungu membiru tampak jelas di bawah lututnya.
Chelsea Andara Virelli
Chelsea Andara Virelli
Gila... Itu bukan cuma ‘Luka kecil’, El.
Nayaka langsung bangkit, menatap serius.
Nayaka Shireen Atmadjareen
Nayaka Shireen Atmadjareen
Lo gak mau cerita gak apa-apa, tapi kita gak bisa diem aja kalau ngeliat lo kayak gini.
Seketika, suara langkah hak tinggi mendekat.
Seketika, suara langkah hak tinggi mendekat. “Clarissa Elviora Maénara.” Semua kepala menoleh. Kakak sepupu El Kaela Vioralyn Maénara, kepala sekolah SMA Arvendale Luxion berdiri di depan meja mereka. Tegas. Elegan. Tapi jelas-jelas khawatir. Suara kantin langsung hening.
Kaela yang biasanya dingin dan tegas di hadapan siswa kini terlihat... marah. Tapi bukan marah biasa. Marah karena khawatir.
Kaela menatap lurus El.
Kaela Iverina Pradipta
Kaela Iverina Pradipta
Ikut aku sekarang. Kaki lo kenapa?
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
*diam
Kaela langsung mendekat dan jongkok. Melihat memar itu dengan mata sendiri.
Kaela Iverina Pradipta
Kaela Iverina Pradipta
Zalya, Chelsea, Nayaka, bantuin Viora berdiri. Bawa ke ruanganku.
Lalu dia nengok ke Keysha, tegas.
Kaela Iverina Pradipta
Kaela Iverina Pradipta
Keysha, panggil dokter. Cepat.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Kak Kaela, aku beneran gak apa-apa... Jangan lebay...
Kaela Iverina Pradipta
Kaela Iverina Pradipta
Kalau lo masih maksa, gue bakal seret lo sendiri. Serius.
El terdiam. Suaranya pelan, nyaris bisikan.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Iya, Kak....
Yuna langsung bantuin El berdiri, diikuti yang lain. Dengan hati-hati, mereka tuntun El keluar dari kantin.
Yuna Felice Marendra
Yuna Felice Marendra
Udah, El. Lo gak harus kuat sendirian terus.
Yuna dengan nada Bisik pelan pada el
Dengan berat hati, El mengangguk. Ia berdiri dengan bantuan teman-temannya. Langkah demi langkah, El dituntun keluar dari kantin. Mata semua murid mengikuti mereka. Terkesima. Penuh tanya.
Lorong Menuju Ruang Kepala Sekolah Langkah mereka teratur. Pelan tapi pasti. Di kejauhan, dari balkon lantai atas, sosok dengan jaket kulit dan mata tajam memperhatikan diam-diam Revano Di balik tiang koridor sisi lain, seorang cowok dengan tatapan lembut tapi penuh beban memperhatikan dari jauh Daviero Keduanya sama-sama memperhatikan satu hal yang sama El, gadis dengan luka yang akhirnya terlihat. Tapi tak satu pun dari mereka berani melangkah mendekat.
Ruang Kepala Sekolah El duduk di sofa, kakinya sudah diperiksa dokter sekolah. Di sekelilingnya, Kaela berdiri sambil memeluk tangan, dan semua sahabat El masih di sana, siaga.
dokter
dokter
Ini bukan jatuh biasa. Memarnya dalam. Siapa pun yang nyakitin kamu, Clarissa, mereka kelewatan.
Kaela menghela napas, lalu duduk di samping El, memegang tangannya.
dokter
dokter
Lo gak harus cerita sekarang, tapi tolong...
Kaela Iverina Pradipta
Kaela Iverina Pradipta
Jangan anggap diri lo harus tahan semuanya sendiri. Gue bukan cuma kepala sekolah lo. Gue kakak lo, El.
Koridor SMA Arvendale Luxion – Menuju Ruang OSIS
Langkah El pelan tapi pasti. Kaki kirinya diperban rapi, tapi rasa nyeri terus menghantam. Wajahnya pucat, tapi matanya keras kepala. Di tangannya ada map besar berisi dokumen penting tugas OSIS yang harus dia rapikan dan laporkan hari ini.
Air mata El akhirnya jatuh, tanpa kata. Di sekelilingnya, keheningan penuh empati. Rumah bisa menyakitkan. Tapi di sinilah rumah lainnya dalam pelukan orang-orang yang peduli.
SKIPP
Di sepanjang lorong, beberapa murid langsung menoleh melihat perban di kakinya.
🗣️ :“Eh, itu Clarissa Elviora, ya?” 🗣️ :“Iya, itu perban di kakinya? Astaga...” 🗣️ :“Masih ke ruang OSIS? Nekat banget sih dia…” El hanya menghela napas, pura-pura nggak denger.
Di ujung lorong, suara langkah kaki berisik datang dari arah berlawanan Revano, Axel, Drestan, Mavel, Jiron, dan Rei. Mereka lagi jalan bareng sambil bercanda pelan, tapi langkah mereka langsung berhenti pas lihat El lewat. Revano sempat mau nyapa, tapi El gak sempat lihat. Pandangannya mendadak kabur. Gelap. Semua terasa muter.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Gue... kenapa... (batin)
Langkahnya goyah. Map jatuh ke lantai. El sempat mencoba berdiri tegak, tapi tubuhnya gak mau kompromi.
Dan BRUKK!
Seseorang menangkapnya sebelum tubuhnya nyungsep ke lantai.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Lo gila?
Suara cowok itu berat, panik, tapi tertahan.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Udah luka, masih maksa jalan sendiri?!
El buka mata pelan. Pandangannya buram, tapi dia bisa lihat wajahnya samar. Rambut agak berantakan. Mata tajam. Hidung mancung. Wangi parfum khas motor. Revano.
El nahan napas, sedikit malu, sedikit kesal.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Tangan lo copot, Van? Gak usah sok jadi pahlawan…
Revano mendengus, tapi gak ngelepasin.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Lo selalu nyebelin, tapi kali ini lo nyaris pingsan. Jadi diem aja, dan jalan bareng gue.
Axel ngangkat alis.
Axel Virestan Dhirana
Axel Virestan Dhirana
Dia tetep maksa ke ruang OSIS? Gila.
Drestan, dengan ekspresi datar, nyaut
Drestan Elvaro Makarim
Drestan Elvaro Makarim
Ini cewek kalo keras kepala bisa ngalahin batu nisan.
Jiron dan Rei bantu ambilin map El yang jatuh. Mavel diem aja, tapi matanya serius.
Revano bantuin El berdiri, satu tangan di bahunya, satu lagi di pinggang El supaya gak jatuh lagi.
El cuma bisa nyengir pahit.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Gue gak selemah itu, Van…
Revano gak jawab, cuma nyengir dikit.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Tapi cukup lemah buat hampir nyium lantai.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Revano masih setia di samping El yang duduk di kursi panjang ruang OSIS. Meski dia nyuruh pergi, Revano tetap berdiri, bersandar di dinding. Btw Daviero gak ada di ruangan OSIS karena ada urusan lainnya.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Lo udah kelarin semua file-nya?
Tanya Revano sambil ngeliat tumpukan map di meja.
El nunduk sedikit.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Udah… tinggal tanda tangan Bu Kalea, terus selesai.
Revano ngeliat kaki El.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Masih sakit?
El senyum tipis.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Lumayan. Tapi bisa ditahan.
Revano ngelirik sekilas, ekspresinya datar tapi matanya nyimpan khawatir yang jelas.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Tahan boleh. Bodoh jangan.
El cuma diam, nggak jawab.
Beberapa anak OSIS lain masuk, ngeliat ke arah El dan Revano, lalu saling bisik-bisik. Tapi Revano cuek. Dia jalan pelan keluar, tapi sebelum ninggalin ruangan, dia ngomong tanpa balik badan.
Revano Malik Ashendra
Revano Malik Ashendra
Jangan maksain lagi, Clarissa.
El bengong. Nama lengkap. Jarang-jarang banget Revano manggil dia gitu.
• 𝙎𝙚𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙞𝙣 𝙣𝙚𝙭𝙩 𝙥𝙖𝙧𝙩 •
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!