Episode 1
Pintu kamar terbanting. Suara gaduh terdengar dari lantai bawah. Lagi-lagi pagi itu dimulai dengan keributan yang sam keributan yang tak lagi membuat El terkejut.
Verenzia Alma Rasendria
Clarissa! Sudah kubilang jangan tinggalkan sisa makanan di meja! Kau pikir rumah ini hotel bintang lima?!
Suara ibunya menggema, diikuti dentingan sendok yang dibanting ke piring. El hanya berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya yang panjang tergerai rapi. Wajahnya tenang, tanpa emosi.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Aku bahkan tidak makan di rumah ini, Mah
gumamnya pelan. Tak akan ada yang mendengar. Dan kalaupun terdengar, tak akan ada yang peduli.
Ia mengambil tas selempangnya dan berjalan keluar kamar. Di tangga, kakak perempuannya menatapnya dari bawah sambil melipat tangan.
Callista Renaya Maénara
Pakai parfum murah itu lagi? Astaga, kamu benar-benar nggak punya selera.
El diam. Ia hanya berjalan melewati kakaknya tanpa menoleh. Ayahnya duduk di ruang makan, tenggelam dalam koran. Tak ada sapaan. Tak ada tatapan. Ia bahkan tak tahu apakah ayahnya sadar putrinya akan pergi ke sekolah hari itu.
Langkah El mantap keluar dari rumah besar itu. Pintu utama terbuka otomatis. Cahaya matahari pagi menerpa tubuhnya saat ia berjalan menuju mobil sport hitam elegan miliknya. Mesin menyala otomatis begitu ia mendekat.
Ia tiba di lingkungan sekolah dan ada Tiga mobil hitam berhenti rapi di belakangnya. Salah satu bodyguard keluar dan membungkuk kecil.
bodyguard
Nona Viora, kami akan tetap menjaga jarak aman sesuai perintah Nyonya Besar.
El hanya melirik mereka sekilas.
Clarissa Vioralyn Elvaretta
Kalian bisa pergi. Aku baik-baik saja.
Mereka ragu sesaat. Namun perintah adalah perintah.
Begitu mobil-mobil itu perlahan menjauh, perhatian pun mulai tertuju padanya. Murid-murid dari berbagai jurusan berdiri menatap dari gerbang sekolah. Beberapa berbisik. Beberapa tak berkedip.
🗣️ :“Clarissa! cantik banget hari ini!”
🗣️ :“Gue suka banget style-nya. Dia elegan banget...”
Perkara murid yang memperhatikan El
Murid laki-laki juga ikut menatap, ada yang berani menyapa, tapi tak satu pun mendapat respons. El hanya membalas senyuman dari beberapa siswi yang menyapanya hangat.
Namun satu tatapan terasa berbeda.
Tatapan itu dari seseorang yang berdiri di bawah pohon, dengan jaket hitam setengah dikenakan. Rambutnya acak, dan matanya tajam Revano. Tatapan itu membuat jantung El berdebar, tapi ia menepisnya dengan cepat. Ia tahu Revano selalu memperhatikannya, hanya untuk kemudian bersikap dingin seolah tak peduli.
Tak lama kemudian, mobil-mobil mahal lain tiba. Tiga sahabat El dari jurusan IPA turun dengan gayanya masing-masing, membuat suasana makin glamor. Mereka menghampiri El, lalu saling tersenyum dan memberi kode satu sama lain.
Chelsea Andara Virelli
See you at break.
Ucap sea dari mereka sambil mengedipkan mata.
El dan dua sahabat dari jurusan IPS berjalan ke arah lorong berbeda. Beberapa murid menghindar dengan kagum. Beberapa murid laki-laki berusaha menyapa tapi tetap diabaikan.
Yuna Felice Marendra
Nanti bakalan ada pengumuman
Nayaka Shireen Atmadjareen
Pengumuman apa?
Clarissa Vioralyn Elvaretta
*mendengarkan
Yuna Felice Marendra
Katanya pilihan OSIS baru sihh
Nayaka Shireen Atmadjareen
Ohh
Seperti biasa, keenam sahabat itu berkumpul di kantin utama. Suasana langsung berubah. Semua mata memandang ke arah mereka. Beberapa murid langsung pura-pura sibuk, beberapa malah terus memandangi mereka tanpa malu-malu.
Dari kejauhan, tampak sekelompok laki-laki yang duduk di pojok kanan kantin. Geng motor misterius yang selalu jadi bahan omongan. Di tengah mereka, Revano tertawa kecil karena lelucon temannya. Tapi begitu matanya bertemu mata El, senyum itu hilang. Berganti dengan tatapan tak suka yang sulit diartikan.
???
Kenapa lo dari tadi lihatin dia, No?
???
Tanya salah satu temannya.
Revano tak menjawab. Ia hanya menyesap minumannya sambil terus melihat ke arah El dingin dan tajam.
Seketika, pengumuman terdengar di seluruh penjuru sekolah melalui speaker aula.
"Selamat pagi. Seluruh siswa dan siswi diharapkan segera menuju aula utama. Pengumuman resmi ketua OSIS dan wakil OSIS akan segera dilakukan.”
Suara ramai terdengar. Semua bergegas.
Beberapa menit kemudian, aula megah penuh dengan siswa. Ruangan nyaman dengan AC dingin dan bangku empuk disusun rapi. Di atas panggung, kepala sekolah berdiri, tersenyum puas.
guru
“Dengan ini kami umumkan... Ketua OSIS terpilih untuk periode ini adalah... Daviero Luthian! Dan Wakil Ketua OSIS, Clarissa Vioralyn Elvaretta!”
Tepuk tangan bergemuruh. Aula dipenuhi sorakan.
🗣️ :“Cocok banget mereka!”
🗣️ :“Dua es batu yang bersatu!”
🗣️ :“Gila, OSIS bakal keren banget tahun ini!”
Ucap salah satu murid
El dan Daviero maju ke depan. Tatapan semua orang tertuju pada mereka. El berdiri tenang, seolah tak terganggu oleh keramaian. Daviero di sampingnya rambut hitam rapi dan tatapan dingin, sama seperti biasanya.
Tapi di sudut aula, satu orang tidak bertepuk tangan.
Revano hanya menatap mereka, wajahnya semakin kelam. Matanya penuh ketidaksukaan yang tak bisa dijelaskan. Padahal selama ini ia selalu bersikap cuek.
Lalu... kenapa sekarang dia terlihat terganggu?
Bukankah selama ini dia tak peduli?
Atau justru... ia peduli tapi tak mengakuinya?
Comments