BAB 3 Kebimbangan

Apartemen kami kembali pada rutinitasnya. Mas Satria sibuk dengan pekerjaannya, dan aku berusaha mengisi hari-hariku dengan kegiatan yang bisa mengalihkan perhatianku. Namun, bayangan Hendra dan percakapan kami sore itu terus menghantuiku. Aku merasa bersalah pada Mas Satria, tapi disaat yang sama, aku tidak bisa memungkiri bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam diriku setiap kali aku berada di dekat Hendra.

Suatu malam, saat aku sedang membaca buku di ruang tamu, Mas Satria tiba-tiba duduk di sampingku. Dia terlihat lelah, tapi ada sesuatu yang berbeda di matanya. "Sayang, katanya, suaranya lembut." Aku minta maaf. " Aku menatapnya bingung. "Maaf untuk apa, Mas?" tanyaku penuh selidik. "Untuk sikapku beberapa hari yang lalu. Aku tahu, aku sudah membuatmu tidak nyaman. Aku terlalu fokus pada pekerjaanku, sampai aku lupa bagaimana caranya menjadi suami yang baik." Aku terdiam, Kata-katanya menyentuh hatiku. Aku tahu dia tulus, tapi aku juga tahu bahwa masalah kami tidak sesederhana itu.

"Mas.. aku juga minta maaf," kataku akhirnya. "Aku juga tidak tahu, apa yang terjadi kepadaku. Aku merasa... kesepian." Mas Satria meraih tanganku. "Aku tahu, Sayang. Aku janji, akan berusaha lebih baik lagi. Kita akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Kita akan melakukan hal-hal yang dulu sering kita lakukan." Aku tersenyum tipis. Aku ingin percaya padanya, tapi aku tidak yakin, apakah itu cukup. Ada celah yang terlalu lebar di antara kami, dan aku tidak tahu apakah kami bisa menutupnya kembali.

Keesokan harinya, Mas Satria mengajakku makan malam di restoran favorit kami. Kami tertawa, bercerita, dan untuk sesaat, aku merasa seperti kami kembali seperti dulu. Tapi kemudian, Mas Satria menyebut nama Hendra. "Sayang, aku ingin memberi kabar, Pak Hendra bilang, dia akan pergi ke luar kota untuk beberapa minggu," katanya. "Ada urusan pekerjaan. " Jantungku berdebar. Aku berusaha menyembunyikan reaksiku. "Oh, ya? Kapan dia berangkat?" tanyaku mencoba sebiasa mungkin. "Minggu depan. Dia bilang, dia akan merindukan kita." Aku mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. Aku merasa lega, karena Hendra akan pergi, tapi disaat yang sama, aku merasa kehilangan.

Setelah makan malam, Mas Satria mengajakku berjalan-jalan di taman kota. Kami bergandengan tangan, menikmati udara malam yang sejuk. Aku berusaha menikmati momen itu, tapi pikiranku melayang pada Hendra. Aku membayangkan wajahnya, senyumnya, dan tatapan matanya yang hangat. Aku tahu, aku harus menghentikan perasaan ini. Aku tidak boleh membiarkan diriku jatuh terlalu dalam. Tapi semakin aku berusaha, semakin sulit rasanya. Aku merasa seperti ada dua orang yang bertarung di dalam diriku. Yang satu ingin setia pada Mas Satria, dan yang satu lagi ingin mengejar sesuatu yang tidak seharusnya kuinginkan.

Malam itu, aku tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan Mas Satria, Hendra dan masa depan kami. Aku tahu, aku harus membuat keputusan. Aku tidak bisa terus hidup dalam kebingungan ini. Tapi aku tidak tahu, keputusan.apa yang harus ku ambil, aku takut menyakiti Mas Satria, tapi aku juga takut kehilangan diriku sendiri. Aku menatap Langit-langit kamar, air mata mengalir di pipiku. Aku merasa tersesat, sendirian, dan tidak tau harus berbuat apa. Aku hanya bisa berharap, , suatu hari nanti, aku akan menemukan jalan pulang.

Pembaca yang baik, terlihat bagaimana sikap Tania, yang tidak bisa melupakan Hendra walaupun telah dicoba. Apakah Tania bisa melupakan, wajah tampan Hendra? pantau terus cerita selanjutnya, jangan lupa tonton terus kisah selanjutnya..

Terpopuler

Comments

Widi Atmono

Widi Atmono

bagus ceritanya

2025-06-07

2

niadatin tiasmami

niadatin tiasmami

Semakin seru nih

2025-06-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!