Antara Janji Dan Kenyataan
Pengakuan, Konflik, Terbuka, dan Secercah Cahaya
pagi hari di sekolah. suasana sedikit mendung. Geng Liam sedang menunggu di depan papan pengumuman
Liam
(melihat jadwal pelajaran) "hari ini ada ulangan Geografi, gue belum belajar banyak. otak gue masih mikirin di rumah"
Chloe
"gak apa-apa, Li. sebisanya aja, yang penting lo udah berusaha"
Audrey
"gue kemarin pulang sekolah, niat mau nyapu rumah, eh ketiduran. bangun-bangun udah gelap, serasa sendirian banget."
Ethan
"duh, drey. gue juga kadang gitu. kayak gak ada yang peduli kita lagi ngapain aja seharian"
Lana
"aku semalam habis debat sama nyokap soal les. dia bilang aku kurang bersyukur padahal udah difasilitasi. rasanya kayak gak ada yang ngerti perasaan ku"
Finn
"itu namanya tekanan, Na. lo harus kuat buat diri lo sendiri"
Di kantin, jam istirahat pertama. Al terlihat gelisah sambil memegang surat kecil. dia sering melirik ke arah Aprilia yang lagi ngobrol sama Gita dan Cindy
Al
(dalam hati) "gue harus berani hari ini. masa kalah sama Michael yang gak sengaja doang ngobrol sama Aprilia.Ini momen gue!
Al berjalan pelan mendekati meja Aprilia. Tangannya gemetar
Aprilia
(menoleh, kaget melihat Al) "ya, Al? kenapa? "
Al
(menyodorkan surat dengan cepat, muka memerah) "ini... buat lo."
Al langsung kabur karena saking malunya. Aprilia menatap surat di tangannya dengan bingung
Gita
"apaan tuh? surat cinta?"
Cindy
(ngakak) "Jangan-jangan dari si Al, yang suka ngeliatin lo"
Aprilia
(dalam hati, sedikit terkejut dan bingung) Al suka sama gue? kok bisa?
Michael yang kebetulan lewat, melihat kejadian itu ada sedikit kerutan di dahinya
di perpustakaan, Liam dan Chloe sedang mengerjakan tugas kelompok
Chloe
(pelan) "Li, gue mau cerita sesuatu"
Chloe
"Gue kemarin di rumah, nekat ngomong sama bokap soal passion gue di seni. dia.... dia marah banget, Li. bilang gue anak gak tau diri, cuma ngelawan aja"
Liam
(terkejut) "terus gimana?"
Chloe
"dia bilang... kalo gue tetap ngotot seni, dia gak akan biayain kuliah gue nanti. gue takut banget, Li. tapi gue juga gak mau hidup di bawah bayang-bayang keinginannya"
Liam
(menghela napas merasa bersalah karena masalahnya juga membebani Chloe) "Chlo, jangan pernah ngerasa sendirian. ini bukan salah lo"
Chloe
"gue tau, Li. tapi kadang rasanya sendirian banget hadapin ini semua"
di luar gerbang sekolah, Jack sedang menunggu Cindy, Cindy datang dengan wajah cemberut
Cindy
"Jack, gue gak bisa ke mall deh, duit gue udah kurang banget"
Jack
"loh, emang kenapa, Cin?"
Cindy
"ya pokoknya kurang aja. lo ada duit lebih gak? pinjem dulu dong"
Jack
(merasa ada yang aneh, teringat perkataan Gita) "Cin, maaf nih, tapi aku juga lagi tipis banget. kemarin juga udah habis banyak"
Cindy
(mendadak kesal) "dih, kok gitu sih, Jack? pelit banget! padahal kan biasanya lo mau aja nemenin gue shopping!"
Jack
(mulai muak) "Cin, gue selama ini nurutin semua kemauan lo. Traktir ini itu, nemenin lo kemana-mana. tapi lo pernah gak sih peduli sama gue?"
Cindy
(mulai berubah masam) "apaan sih lo, Jack? lebay banget!"
Jack
"gue bukan ATM berjalan lo, Cin! Gue capek dimanfaatin!" (Jack langsung berbalik dan pergi, meninggalkan Cindy yang terdiam kaget)
Gita yang kebetulan lewat, tersenyum sinis
Gita
"rasain lo, Cin. karma itu emang ada"
Gita melihat Aprilia sedang membaca surat dan Al, dia langsung mendekat
Gita
"cih, seriusan si Al nembak lo, Pril? receh banget sih dia"
Aprilia
(menyembunyikan suratnya) "apaan sih, Ta. kepo banget"
Gita
"lagian, lo mau aja dipepet sama cowo kayak gitu, gak level banget deh"
Tiba-tiba Michael muncul di samping Aprilia
Michael
"emangnya kenapa kalau Al suka sama Aprilia? hak dia dong"
Gita
(terkejut melihat Michael ikut campur) "dih, lo kenapa jadi belain mereka sih, Michael? ga asik banget"
Michael
"gue cuman gak suka aja ngelihat orang di-bully"
Gita
(mencibir) "pencitraan lo, Michael. atau jangan-jangan lo juga suka sama Aprilia?"
Michael tidak menjawab, dia hanya menatap Gita dengan tajam. Gita jadi salah tingkah dan pergi bersama Cindy
Aprilia
(menatap Michael dengan heran dan sedikit kagum) "makasih, Michael"
Michael
(mengangguk canggung) "sama-sama, Pril"
saat jam sekolah berakhir, Liam memutuskan untuk pulang lebih cepat. dia melihat papa dan mamanya duduk diruang tamu, terdiam.
Liam
(menguatkan diri, menarik napas dalam-dalam) "pa, ma"
kedua orang tuanya menoleh
Liam
"aku.... aku capek lihat kalian berantem terus, aku ngerti kalian punya masalah, tapi apa harus gini? aku juga sedih dan takut"
papa dan mama Liam saling pandang. ada ekspresi menyesal di wajah mereka
Papa Liam
(suara pelan) "maafin papa, Liam. papa dan mama emang sedang ada masalah"
Mama Liam
(mata berkaca-kaca) "kami gak bermaksud buat kamu sedih, Liam. kami akan coba perbaiki ini"
Liam merasa sedikit lega. setidaknya, dia sudah bicara, ini adalah langkah awal.
Audrey
(lewat telepon) "ma, aku cuma mau bilang, aku kangen mama dirumah ini.... aku merasa sendirian kalo mama sama papa pergi terus"
Mama Audrey
(suara melembut) "maafkan mama, Audrey. mama dan papa memang sibuk. tapi mama akan usahakan lebih sering dirumah, ya?"
malam harinya, geng Liam berkumpul di grup chat
Liam
(chat) "gue udh ngomong sama nyokap bokap. belum selesai sih, tapi setidaknya mereka dengerin gue"
Chloe
(chat) "hebat, Li! gue juga tadi nekat ngomong sama bokap, meski hasilnya... ya gitu deh, tapi setidaknya gue lega udah jujur"
Audrey
(chat) "gue juga habis telpon nyokap, dia usahain bakal lebih sering di rumah, semoga beneran."
Ethan
(chat) "kalian semua keren! kita harus terus berani buat diri sendiri"
Lana
(chat) "iya, aku juga mau coba nanti ngomong sama nyokap"
Finn
(chat) "kalian semua kuat. kita saling support satu tim!"
ditengah permasalahan keluarga yang belum usai, secercah harapan mulai muncul. ikatan persahabatan mereka semakin erat, menjadi sandaran utama di setiap badai yang menerpa.
Comments