Ruang kelas sore hari, hanya tinggal Dira dan Raka. Dira duduk sambil memandangi secarik kertas berisi teks pidato. Wajahnya gelisah.
.
Raka Permana
(datang membawa dua minuman kotak):
Aku tebak... kamu belum makan siang?
dira kusumawardani
(tersenyum tipis):
Kamu selalu tahu, ya?
Raka Permana
(menyerahkan minuman):
Aku juga tahu kamu lagi mikirin lomba pidato itu.
dira kusumawardani
(menatap teks pidatonya):
Aku nggak yakin, Rak...
Suaraku kecil. Aku mudah gugup. Aku takut diketawain.
Raka Permana
(duduk di depannya):
Kamu ingat waktu kamu nyanyi waktu upacara perpisahan tahun lalu?
dira kusumawardani
(mengangguk pelan):
Iya. Aku hampir kabur dari panggung.
Raka Permana
(tersenyum):
Tapi kamu nggak kabur. Kamu tetap nyanyi. Dan semua orang terdiam dengerin.
dira kusumawardani
Tapi itu beda. Ini... ini ngomong di depan ratusan orang. Tentang diriku. Tentang jadi kecil.
Raka Permana
(tatapannya dalam):
Justru itu. Karena kamu kecil, karena kamu sering diabaikan...
Ketika kamu akhirnya bicara, orang akan mendengarkan.
-------
(Hening. Dira menatap Raka, matanya mulai berkaca-kaca.)
--
dira kusumawardani
(pelan):
Kalau aku gagal?
Raka Permana
(tersenyum lembut):
Aku akan jadi orang pertama yang naik ke panggung buat peluk kamu dan bilang kamu luar biasa.
Tapi aku yakin... kamu nggak akan gagal.
----
(Dira mengambil napas panjang, menggenggam kertas pidatonya.)
----
dira kusumawardani
Oke. Aku akan ikut.
Tapi kamu harus janji...
Raka Permana
Apa?
dira kusumawardani
Jangan pergi dari dekat panggung. Sekalipun aku gugup... aku cuma perlu lihat kamu di sana.
Raka Permana
(tersenyum dan mengangguk):
Selalu. Di barisan paling depan.
Comments