Lorong sekolah yang sepi, di dekat ruang seni. Dira dan Raka berjalan berdua sepulang kelas ekstrakurikuler. Tanpa mereka sadari, Bintang sedang memperhatikan dari ujung lorong
Raka Permana
(menggenggam buku di tangan):
Kamu tahu? Hari ini aku ngerasa sekolah ini nggak segelap biasanya.
dira kusumawardani
(tersenyum kecil):
Karena langitnya cerah?
Raka Permana
Bukan... karena kamu jalan di sampingku.
-------
(Tiba-tiba suara tepukan tangan terdengar. Bintang berjalan mendekat dengan senyum mengejek.)
------
bintang Ardiansyah
(sinis):
Wah, wah... pemandangan langka. Si cewek mini jalan bareng si raksasa pendiam.
dira kusumawardani
(menunduk, gugup):
Bintang... kami cuma ngobrol.
bintang Ardiansyah
(menatap Raka):
Kamu serius, Rak?
Dia itu bahkan kelihatan kayak murid SD.
Nggak selevel sama kamu.
Raka Permana
(tatapannya tenang tapi tajam):
Lucu ya.
Yang kelihatan besar justru punya pikiran sekecil itu.
bintang Ardiansyah
(tersinggung):
Maksud lo?
Raka Permana
(menoleh pada Dira, lembut):
Dira punya sesuatu yang nggak semua orang punya.
Hati yang kuat. Pikiran yang jernih.
Dan keberanian buat tetap berdiri meski terus dijatuhkan.
-----
(Dira memandang Raka, terharu. Bintang tampak kalah kata-kata, lalu pergi dengan wajah kesal.)
dira kusumawardani
(pelan):
Kamu selalu... belain aku.
Raka Permana
Bukan karena aku kasihan. Tapi karena kamu pantas dibela.
Dan karena aku... suka kamu, Dir. Dari dulu.
Comments