BAB 3. CASANOVA TERNODAI

Mereka menarik tubuh Casanova, menyeretnya dengan paksa. Casanova terus menendang, menjerit, dan meronta ronta. Tapi cengkeraman mereka kuat dan langkah mereka tergesa gesa menuju sebuah kebun di pinggiran kampung, jauh dari jangkauan siapa pun.

Ketika mereka tiba di tempat yang mereka anggap cukup tersembunyi, salah satu dari mereka mendorong tubuh Casanova ke tanah.

“Tolooong!!!”

"Tolooong!!!"

"Tolooong!!!"

Casanova menjerit sekuat nya, kali ini tanpa penghalang di mulutnya. Hingga suaranya melengking menembus angin malam dalam hujan. Namun yang ia dapat hanyalah tawa.

“Minta tolong saja terus! Hujan deras seperti ini. Siapa yang mau dengar teriakan kau di tempat begini?” ucap salah satu dari mereka, diikuti tawa panjang, berderai, menyerupai suara setan dalam mimpi buruk.

Casanova terduduk, tubuhnya gemetar. Ia mencoba mundur, menjauh, tapi punggungnya membentur batang pohon. Nafasnya memburu. Air matanya mengalir tanpa bisa ia cegah. Ia tahu, tempat ini jauh dari siapa pun. Tapi tetap saja ia berteriak karena itu satu-satunya harapan yang tersisa.

“Tolong... jangan macam-macam. Aku... aku hanya mau pulang. Aku mohon, Tuan... jangan sakiti aku,” isaknya, suara lirih yang keluar di antara tangisnya. Ia sudah tidak bisa menahan gemetar. Setiap kata keluar dengan rasa takut yang menusuk.

Casanova menengadah, wajahnya basah air mata. Bibirnya bergetar sambil terus berdoa dalam hati semoga malam ini bukan malam terakhirnya. Semoga ada satu jiwa yang lewat. Satu jiwa saja yang mendengar teriakannya dan sudi menolongnya.

“Ha... Ha... Ha... Minta dilepaskan? Enak saja! Biar tau rasa lu, jadi perempuan jangan sombong sangat!” hardik salah satu dari mereka.

Lama lama Casanova mendengar suara itu. Suara itu seperti tak asing di telinga Casanova, seakan pernah ia dengar sebelumnya. Dan seperti nya ia mengenal pemilik suara itu. Tapi dalam keadaan kacau itu, pikirannya terlalu tumpul untuk mengingat.

“Kita akan pulang,” sahut yang lain.

“Tapi tunggu setelah kita bersenang-senang dulu ya cantik. Sayang kalau sudah sejauh ini. Kita tidak bersenang-senang. Tenang saja, kamu juga akan suka nantinya. ” lanjutnya sambil tertawa rendah, penuh niat buruk.

Salah satu dari mereka mendekat, tangannya menyentuh pipi Casanova yang basah oleh air mata. Gadis itu menggeleng, menggigil, hatinya semakin dicekam rasa takut. Dalam ketakutan nya ia terus berdoa dalam hati agar ada seseorang yang dapat menyelamatkan nya dari para lelaki durjana ini.

Casanova memang tidak bisa melihat dunia di sekelilingnya, namun wajahnya adalah anugerah yang membuat banyak hati tergoda. Bahkan Pak Kades yang dihormati warga pun pernah mencoba mendekatinya dan berniat ingin memperistri nya.

Tapi Cassanova, atau lebih tepatnya ibunya, menolak dengan tegas. Bagaimana mungkin seorang pria beristri dan sudah tua berani bermain api dan tertarik dengan gadis buta seperti dirinya?

Banyak gadis di kampung menaruh iri kepada Casanova. Tapi Casanova tak pernah merasa dirinya istimewa. Ia bahkan tak tahu rupanya sendiri. Baginya, hidup adalah doa dan kesabaran. Tapi malam ini, semua ketenangan itu akan hancur.

“Jangan sentuh aku! Pergi kalian!” Casanova menepis tangan kasar yang mencoba mendekati dan menjamahnya.

"Tolooonggg....

Ia berteriak, mencoba membebaskan diri, meski ia tahu mungkin tak akan ada orang yang mendengarnya.

“Jangan sentuh? Baiklah. Kalau begini bagaimana?” sahut pemuda itu sambil mendekatinya lebih agresif dan mencium bibir Casanova.

Tanpa peringatan, ia melakukan tindakan yang membuat tubuh Casanova gemetar hebat. Gadis itu terkejut, wajahnya memerah oleh amarah dan rasa malu. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong tubuh pria itu menjauh.

“Sok jual mahal lu. Bagaimana rasa ciumanku. Pasti nikmat kan? "ucapnya senang.

"Eehmmm...Tapi ternyata kamu bisa terdiam juga, ya?” Pria itu menyeringai puas, menertawakan kehancuran kecil yang baru saja ia ciptakan.

Casanova hanya bisa merapatkan tubuhnya ke tanah, memeluk dirinya sendiri sambil menangis dan terisak isak. Ia tak mampu berkata-kata lagi. Malam itu, ia hanya berharap keajaiban benar-benar nyata datang kepadanya.

“Cuiiihh!!” Casanova meludahi wajah salah satu pemuda di depannya dengan penuh jijik.

“Aku tak akan pernah sudi disentuh oleh kalian! Dasar manusia keji! Tak bermoral! lelaki bejad. "jawab Casanova dengan lantangnya. Walau ada rasa ketakutan dalam dirinya.

Pemuda itu terperanjat sesaat, lalu wajahnya berubah merah padam karena emosi.

“Wah, berani juga dia, Ren! Cepat, habisi saja! Lama lama bisa membuat kita jadi emosi! bisa bisa darah ku mendidih ni lihat kesombongannya. "bentak yang lain, yang tak bisa lagi menyembunyikan amarahnya.

“Dasar gadis sombong! Kau akan menyesal berani menghina kami,” sahut Rendi, penuh dendam.

Dengan kasar, ia mencengkeram kepala Casanova dan menarik rambutnya. Gadis itu menjerit kesakitan, tubuhnya terguncang hebat. Tak cukup sampai di sana, tamparan keras mendarat di pipinya yang pucat. Ia menggertakkan giginya, menahan perih di wajahnya yang mulai membengkak dan memerah.

“AHHHH...

"TOLONG!

"TOLONG!!!” teriak Casanova dengan sekuat tenaga.

Tangannya berusaha menepis, menggoyahkan tubuh pemuda itu meski tubuhnya gemetar tak berdaya. Tangisnya pecah, bukan hanya karena rasa sakit, tapi karena ketakutan yang mendalam.

“Berisik!” sangat sich lu jadi cewek. "geram salah satu dari mereka.

“Pegang tangannya! Aku sudah tak tahan lagi lihat muka sombongnya yang cantik itu! ingin rasanya aku menciumi wajah itu sekarang juga. "ucap pemuda itu.

Mereka bergerak cepat, mencoba menundukkan perlawanan gadis buta itu. Satu di antara mereka tampak lebih dominan, berdiri dengan tangan menyilang dan sorot mata penuh arogansi.

Mereka membekap mulut Casanova, hingga dia tak bisa berteriak meminta tolong lagi. Dengan keadaan Casanova yang tak berdaya. Mereka pun mulai menggerayangi tubuh Casanova.

"Wow... mulus coi... Sexy gila nih cewek. " ucap salah satu pemuda.

"Ah... lu kalau hal beginian pasti cepat geraknya. " jawab seorang pemuda lagi.

“Sudah... Cepat bereskan ini! Jangan buang waktu lagi. Atau kalian semua tanggung sendiri, kalau gue tarik semua uang masuk dari Bokap gue untuk kebutuhan kelompok kita ini, apa kalian mau. "ancamnya.

“Tinggal gue bilang ke bokap-nyokap, selesai! Lu semua pada pasti tidak akan bisa foya foya lagi. "ancamnya lagi.

"Ok.. Ok.. Bro. Relax lah. Kami akan bereskan semua ini. "jawab seorang pemuda.

Pemuda-pemuda itu tampak segan padanya, takut kehilangan sokongan uang masuk dari Rendi anak orang paling kaya. Dengan cepat mereka pun menarik tubuh Casanova dan mulai membuka baju Casanova satu persatu. Situasi semakin mencekam, dan Casanova hanya bisa berharap ada seseorang yang datang untuk menolongnya sebelum semuanya terlambat.

"Tolooong...

"Tolooong...

"Tolooong... " teriak Casanova dalam keadaan mulut dibekab.

"Jangan lakukan ini padaku. Aku mohon sekali pada kalian. Aku merayu pada kalian jangan lakukan ini. Tolonglah... aku mohon.. "pinta Casanova dengan desiran tetesan air mata yang terus mengalir dari kedua matanya yang buta itu.

BERSAMBUNG..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!