...Like komen and vote!!!!...
...****...
Tring tring...
"Huuh, siapa sih?" Ucap Gaby sambil membuka matanya ketika mendengar ponsel berdering
Posisinya masih sama, berbaring di atas kasur dengan seragam sekolah yang melekat di tubuh mungilnya.
Mood Gaby masih sangat berantakan, mendengar suara ponsel pun kesal. Meraih ponsel di atas kasur lalu melihat siapa yang menelpon.
Mata Gaby tiba-tiba mengerjap, senyumnya merekah lebar saat melihat nama seseorang di layar ponsel. Gadis itu nampak begitu antusias.
"Dion sayang!!" Gumam Gaby membaca nama si penelpon.
Mengubah posisinya menjadi tengkurap.
[Hallo Sayang!!] Ucap Dion setelah Gaby menerima sambungan telponnya.
Suasana hati Gaby langsung berubah, moodnya membaik ketika sang kekasih menelpon, apa lagi saat mendengar suara Dion yang selalu membuatnya candu.
"Iya sayang!!" Sahut Gaby dengan suara lembut.
[Hmm to the poin aja ya, aku mau ajak kamu Dinner nanti malah, gimana kamu mau nggak?]
Mendengar kata Dinner semakin membuat Gaby senang. Gaby mengangguk antusias walaupun Dion tidak bisa melihat anggukannya.
"Aku mau sayang!!" Setujunya sedikit memekik saking senangnya.
Terdengar kekehan kecil di sebrang sana.
[Iya, kita udah lama nggak Dinner. Tapi---apa Daddy kamu bakal izinin keluar?]
Dion rasa Frederick tidak akan mengijinkan Gaby keluar malam-malam. Karena sudah beberapa kali Dion merencanakan Dinner bersama Gaby tapi selalu gagal.
Sebagai pacar yang baik pun ingin terlihat baik di mata ayah sang pacar, dengan memberanikan diri Dion selalu meminta izin secara langsung kepada Frederick, namun pria paruh baya itu tidak pernah mengijinkan dan pada akhirnya Dinner itu gagal.
Dan sekarang Dion berharap Frederick akan mengizinkan.
Senyum Gaby yang sedari tadi mereka langsung menghilang saat mengingat sang Daddy. Bibirnya mengerucut sebal.
"Apa Daddy akan izinin gue keluar ya?" Batin Gaby pun tidak yakin daddy-nya akan mengijinkannya keluar.
Menghela nafas kasar.
"Aaaakh, nyebelin banget siiih!!" Gumam Gaby pelan agar Dion tidak mendengarnya.
Berfikir sejenak bagaimana caranya agar bisa keluar rumah.
[Yang, gimana? Daddy kamu past nggak akan izinin ya? Jadi dinner kita gagal lagi?]
Nada suara Dion berubah, cowok itu terdengar lesu dan kecewa.
Gaby bangun lalu duduk bersila di atas kasur. Mendengar suara Dion membuat Gaby tidak enak hati. Entah sudah keberapa kali Dion kecewa karena gagal jalan bersamanya.
"Emm, Daddy pulangnya di atas jam tujuh malam, jadi aku bisa keluar sebelum Daddy pulang."
Menggigit bibir bawahnya ragu dengan rencana ini, karena Gaby tidak pernah keluar rumah tanpa se izin daddy-nya.
[Emang gapapa sayang?] Dion pun terdengar tidak yakin.
"Nggak papa dong, kamu jemput aku setelah maghrib ya jangan malam-malam takut Daddy keburu pulang!!"
Setelah dipikir-pikir rencana ini tidak terlalu buruk. Mereka bisa pergi sebelum Frederick pulang.
[Oke sayang, tapi bagaimana dengan om Dava?]
Masih ada penghalang yaitu Madava.
"Ah itu tenang aja, si om pasti udah ke kantor lagi."
Gaby tidak perduli dengan Madava, karena pria itu pasti sudah ke kantor karena biasanya seperti itu. Setelah mengantar Gaby pulang, Madava akan kembali ke kantor dan pulang bersama daddy-nya.
[Oke, kalau gitu sampai ketemu nanti malam]
"Iya sayang"
Nut.
"YESS NANTI MALAM DINER SAMA DION!!"
Pekik Gaby dengan semangat 45. Ya, karena jarang sekali mereka jalan berdua tanpa ada penghalang.
****
Pukul 18.30
Tok tok.
Gaby sedang duduk di kursi meja rias memperhatikan wajah cantiknya yang sudah selesai di poles oleh makeup.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa sih"
Bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati meja belajar lalu mengambil tas di sana. Setelah itu berjalan menuju pintu.
Cklk.
Membuka pintu dan...
Duk.
"ADUUUH, JIDAT GUE!!"
Pekik Gaby, tiba-tiba jidatnya terkenal pukulan seseorang.
Orang itu mengerjap terkejut, mundur satu langkah. Menatap Gaby khawatir.
"Maaf nona saya tidak sengaja!!" Ucapnya dengan wajah merasa bersalah.
Gaby menghela nafas kasar mendongak menatap kesal orang itu.
"Ishh Om!!"
Madava, mengetuk pintu kamar Gaby sementara matanya fokus ke layar ponsel, pria itu tidak menyadari jika pintu dibuka dari dalam dan dengan tidak disengaja Madava pun mengetuk jidat Gaby yang seharusnya mengetuk pintu.
Madava meringis melihat kening Gaby sedikit memerah. Menyentuh kening gadis itu dan di elusnya pelan.
"Sakit tauuu!!" Keluhnya dengan wajah merengut.
"Maaf nona saya tidak sengaja."
Sungguh Madava tidak sengaja melakukannya.
"Huuh" Gaby hanya menghela nafas.
Madava menarik tangannya dari kening Gaby. Menatap penampilan gadis di hadapannya dari atas sampai bawah, rapih dan sangat feminim.
Alis Madava terangkat sebelah. Kira-kira mau kemana gadis cantik ini sudah sangat rapih?
Gaby menyadari tatapan Madava.
"Ngapain tatap-tatap aku kaya gitu? Cantik ya? Iya laah aku kann emang cantik!!"
Dengan centil Gaby berjinjit lalu mengibaskan rambutnya ke wajah Madava, membuat pria itu mengerutkan kening, matanya memicing karena terkena kibasan rambut Gaby.
Menghela nafas pelan, sudah biasa dengan tingkah random sang anak majikan.
"Ini waktunya makan malam, Nona." Ucap Madava dan wajahnya kembali berubah datar.
Gaby memutar bola mata. Rasanya tidak pernah melihat Madava tersenyum, aneh sekali bukan? Apa mungkin pria ini tidak bisa tersenyum? Seperti kanebo kering saja.
"Eh, tunggu sebentar." Gaby terdiam seperti menyadari sesuatu.
'Looh, si Om kok masih ada di rumah? Harusnya kan di kantor?' Batin Gaby baru menyadari Madava ada di rumah yang seharusnya di kantor.
Menghela nafas kasar, jika seperti ini Madava pasti akan mencegahnya keluar.
'Astaga, kalau gini gue nggak bisa keluar sama Dion!!.'
Gaby pikir Madava sudah pergi ke kantor karena biasanya seperti itu.
Menghela nafas kasar.
'Bodo amat gue nggak perduli.'
Walaupun begitu Gaby tidak perduli jika Madava melarang. Kali ini Gaby harus Dinner bersama Dion karena tidak mau terus mengecewakan kekasihnya.
"Aku mau Dinner sama Dion!!" Ucap Gaby dengan jujur.
Setelah mengatakan itu Gaby pun berjalan pergi, tidak ingin membuang waktu atau mendengar ocehan Madava.
"Nona, tunggu sebentar." Madava langsung mencegah.
Gaby menghentikan langkahnya, sudah ia duga pasti Madava mencegah.
Pria itu berjalan dan berdiri di hadapan Gaby, kembali menatap penampilan Nona-nya.
"Apa Nona akan pergi dengan penampilan seperti ini?"
Madava tidak yakin dengan penampilan Gaby yang sangat feminim.
Gaby menaikan sebelah alis, lalu menatap penampilannya sendiri. Apa ada yang salah dengan penampilannya?
Saat ini Gaby menggunakan dress biru muda bermotif bunga-bunga di atas lutut dan high heels senada dengan warna bajunya.
Rambut di urai cantik dan wajahnya di poles make-up tidak terlalu tebal, Gaby semakin terlihat cantik dengan makeup.
Bahkan dalam hati Madava mengakui terpesona dengan wajah cantik Gaby.
"Memangnya kenapa? Masalah buat Om?"
Jangan bilang pria ini akan melarangnya menggunakan dress? Karena bukan kali ini saja Madava melarangnya menggunakan baju-baju seksi.
Sudah Gaby katakan, Bodyguard-nya ini terlalu mengatur dan ikut campur urusannya bahkan lebih dari Daddy-nya.
Madava menghela nafas pelan.
"Bukan seperti itu Nona, tapi menurut saya ini terlalu pendek, nona akan---"
"Syuttt diem!!"
Gaby memotong ucapan Madava sambil menaruh jari telunjuknya di bibir pria itu.
Keduanya saling menatap.
"Nggak usah atur-atur aku." Tegas Gaby, kembali menarik jari telunjuknya dari bibir Madava.
"Emang Om itu siapa atur-atur Aku? Bokap aku bukan saudara aku juga bukan. Om itu cuman orang lain, jadi diem deh!!"
Memalingkan wajah sebal, sungguh Gaby tidak suka di atur-atur, namun pria ini dan Daddy-nya selalu saja mengatur.
Madava tersenyum tipis. Rupanya gadis ini telah melupakan sesuatu.
"Kelihatannya nona melupakan status kita yang sebenarnya!!"
Degh.
Mata Gaby mengerjap tubuhnya kaku di tempat dan jantungnya berdetak kencang.
Langsung menatap Madava tajam, dadanya naik turun nafasnya memburu jelas sekali Gaby sedang marah.
Kenapa Madava mengingatkannya ke status mereka yang tidak pernah Gaby inginkan.
"Om ingat ya---"
Gaby menunjuk tepat di hadapan wajah Madava.
"Kita cuman sebatas Nona dan BODYGUARD, tidak ada status lain selain itu" Ucap Gaby penuh ketegasan.
Dengan kasar menarik jari telunjuknya dan memalingkan wajah kesal.
"Saya juga ingin seperti itu Nona, tapi kenyataannya ada status lain di antara kita"
Atmosfer di seketika berubah tegang. Keduanya saling menatap dengan tatapan sama-sama tajam, tidak ada keramahan sedikitpun disana seolah saling menyimpan rasa dendam.
...!!!...
...Liek komen vote ikuti akun author...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ChaManda
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-06-02
  0