"Letkol Ardian!" panggil seorang wanita.
Ardian yang sedang memperhatikan Zoya dan si kembar langsung menoleh, dia terkejut setengah berbalik ke arah wanita berambut hitam, sedang tersenyum padanya. Sedetik netra Ardian teralihkan pada satu buah koper yang dibawa wanita itu.
"Kau terkejut melihat tunanganmu, ya?" oceh Lusiana Maheswara. Tunangan Ardian selama 7 tahun ini.
Status mereka memang bertunangan, tapi Ardian tidak pernah menginginkannya. Hanya karena kasus skandalnya dulu membuat Ardian terjebak antara mempertahankan karir atau melepaskannya.
Video Skandal sengaja disebarkan untuk menjatuhkan nama baiknya. Seseorang menyebarkan, dan menjebaknya bersama seorang wanita di sebuah hotel. Ardian sama sekali tidak melupakan itu dia masih mengingat dan mencari siapa wanita itu.
Namun, demi reputasinya Ardian harus mau bertunangan dengan Lusiana Maheswara putra dari Brigjen Dipo Cipto Maheswara, seseorang yang sangat berpengaruh yang berada dilingkar elit militer. Sehingga skandalnya waktu itu bisa dibantah dengan alasan bahwa Ardian sudah bertunangan dengan putrinya.
"Ayolah pak Letkol ... Tidak bisakah kau berlari ke arahku, memelukku setidaknya berpura-puralah di depan anak buahmu," bisik Lusi pelan.
Ardian memutar bola matanya dengan malas, lantas mendekati Lusi lalu memeluknya.
Lusi tersenyum.
"Aku tidak suka bermesraan di depan banyak orang," ungkap Ardian dengan ekspresi datarnya. Mereka selalu melakukan itu untuk menjaga nama baik keluarga.
"Aduh Letkol ... Letkol, jika seperti ini kapan kita akan menikah."
"Sudah aku bilang aku tidak akan menikah denganmu," ucap Ardian ketus.
Lusiana hanya tersenyum dia tidak pernah sakit hati oleh perkataannya, karena dia tahu Ardian tidak mencintainya.
Sementara di seberang sana, ada Zoya yang sedang memperhatikan.
"Siapa, dia?" tanyanya pada Liodra.
"Dokter Lusi, tunangannya Letkol Ardian."
Zoya, tercengang menatap Liodra lalu tatapannya kembali ke arah Ardian yang sedang bicara bersama dokter Lusi. Sepertinya keputusan Zoya sudah benar untuk meningggalkan negara ini, karena jika terus bertemu, si kembar lama-lama bisa dekat dengan Ardian dan mereka akan tahu jika Ardian adalah ayahnya.
Namun, yang membuat Zoya sedih, apa Ardian benar-benar tidak mengingatnya? Padahal Zoya ingin sekali menghajar lelaki itu yang sudah merenggut masa depannya.
Liodra, menatap bingung ke arah Zoya yang seperti menahan amarah. Tangannya mengepal kuat seolah sedang memergoki suaminya sendiri. Liodra semakin bingung ketika Zoya pergi dengan marah.
Sementara di dalam tenda, dua kancil sedang memantau mangsanya. Zayden menatap tajam pada Lusi yang memeluk Ardian. Bocah itu menatap dengan marah pria yang sangat diinginkannya.
"Pak Letnan dia sudah menyakiti hati Mama. Sebenarnya siapa wanita itu, main peluk-peluk saja." Zayden menggerutu.
"Dari penerawanganku, pak Letnan sepertinya tidak menyukainya," ungkap Zayda, si naga kecil yang fokus memutar teropongnya.
"Zayda, kita harus melakukan sesuatu."
"Baik, Kapten!" tegas Zayda setelah menurunkan teropongnya. Kedua bocah itu berlaga seperti detektif saja.
Zayden berbisik kepada Zayda. Sang adik langsung manggut-manggut lantas mengacungkan jempolnya membentuk hurup 'O'. Zayda, lantas berlari ke arah Ardian yang kini sendirian.
"Halo, Pak Letnan." Zayda berkata sambil hormat. "Ada pesan untukmu," ucapnya memberikan selembar kertas kepada Ardian.
"Apa ini?"
"Husst ... Ini misi rahasia. Bacalah setelah tidak ada siapapun." Kata Zayda, lalu pergi meninggalkan Ardian yang sedang bingung.
Ardian langsung membuka kertas itu yang bertuliskan, JALUR PEMBATAS 30 MENIT DARI SEKARANG. Kening Ardian mengerut. Netranya memindai sekeliling yang akhirnya menangkap sosok Zayden, mengacungkan jari seolah isyarat untuk mengikutinya.
Ardian lantas menghela nafas lalu pergi mengikuti Zayden. Setibanya di jalur pembatas, Zayden duduk di atas tembok sambil menunggu kedatangan Ardian, bocah itu tidak merasa takut walau tempat itu sering di serang.
"Ada apa? Kenapa kau memanggilku?"
"Pak Letnan kamu tidak lupa dengan ucapanku, kan. Aku cemburu melihat kau bersama wanita lain selain ibuku."
Ardian terkekeh.
"Apa hubungannya? Memangnya siapa ibumu?"
"Kau menyakitiku. Aku sangat menginginkanmu menjadi ayahku tapi kau malah berpelukan dengan wanita tadi. Kau benar-benar jahat!"
"Zayden!" tegur Zoya, yang tiba-tiba datang mengejutkan mereka
Zayden dan Ardian menoleh. Zoya terlihat kesal, dia berjalan bersama Zayda yang memang kedua bocah itu sengaja mengatur pertemuan kedua orang tuanya.
"Minta maaf sekarang, dan cabut kembali ucapanmu itu." Zoya mengancam Zayden agar meminta maaf pada Ardian. Tapi Zayden tetap diam.
"Sudah Mama bilang dia bukan ayahmu kenapa tidak pernah mengerti. Tidak semua lelaki dewasa bisa dipanggil ayah."
Zoya terlihat sangat marah mengingatkan Ardian pada perkataan Miko. Mereka berdua membutuhkan sosok ayah sehingga Ardian merasa iba dan kasihan.
"Jangan terlalu memarahinya. Jika memang dia ingin memanggilku ayahnya silakan. Aku tidak keberatan."
"Tapi aku keberatan," tegas Zoya menatap tajam Ardian.
"Mereka masih anak-anak jadi biarkanlah."
"Mereka anakku jadi kamu jangan ikut campur."
Ada rasa cemburu dalam hati Zoya, Ardian sampai bingung apa kesalahannya sampai Zoya semarah ini padanya. Zoya mendekat ke arah Zayden, menurunkannya dari tembok lalu menarik tangannya dengan paksa. Zoya sudah berusaha keras untuk menjauhkan mereka tapi sepertinya tidak bisa. Zayden si anak keras kepala itu selalu saja berulah.
"Boleh aku bicara, sebentar?" tanya Ardian menghentikan langkah Zoya. Zoya, berbalik membuat si kembar saling tertawa dan berbisik. Mereka senang karena rencananya berhasil.
Mereka duduk di atas bebatuan samping tembok pembatas. Suasana begitu sepi, hanya ada tawa renyah dari si kecil Zayden dan Zayda. Mereka bermain sambil menunggu orang tua merek bicara.
Ardian maupun Zoya belum memulai, mereka masih saling diam tapi netra Ardian terus memperhatikan Zoya yang terlihat gugup sambil meremas kedua telapak tangannya. Ardian pun melihat luka sayatan pada pergelangan tangan Zoya, mungkin itu bekas luka ketika Zoya ingin mengakhiri hidupnya.
"Kenapa kamu tidak ingin mempertemukan mereka dengan ayahnya?"
Pertanyaan Ardian mengalihkan pandangan Zoya, wanita itu kini menatapnya dengan takut. Kenapa Ardian, berkata hal demikian ... apa mungkin dia mengingatnya, itu yang ada dalam pikiran Zoya.
Zoya bingung harus menjawab apa.
"Mereka tidak membutuhkannya," balas Zoya.
"Apa kamu begitu, membencinya?" tanya Ardian lagi membuat Zoya langsung menatapnya.
Tentu, Zoya, sangat membencinya. Dia yang sudah menghancurkan hidup dan masa depannya. Keringat dingin membasahi kedua tangannya yang gemetar. Zoya, sudah tidak tahan lagi yang ingin segera pergi.
"Pertanyaanmu itu berlebihan, aku tidak akan menjawabnya."
Zoya menarik diri dari batu, langkahnya hendak pergi tapi ... Ardian berhasil mencekal tangannya.
"LEPAS!" teriakan Zoya membelalakan mata Ardian.
Suaranya mengingatkan Ardian pada sosok wanita yang selalu menghantui mimpinya. Wanita yang berteriak kata LEPAS sambil berontak melepaskan pelukannya waktu itu.
Ardian, tidak mengingat dengan jelas wajah wanita itu tapi dia masih ingat suara dan teriakannya.
"Apa mungkin dia ...."
Zoya, pergi membawa si kembar. Mereka meninggalkan Ardian sendirian di jalur pembatas. Ardian masih tertegun, sementara Zoya dia tidak dapat lagi membendung air matanya.
...----------------...
Kemarin author libur jadi hari ini update double dengan sore ya, jangan lupa tinggalkan komentar kalian.
Gomawo 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments