Bertemu

Satu jam sebelumnya, Zayda berlari ke kamar ibunya. Teriakannya yang melengking membuat Zoya harus cepat membukakan pintu. Zayda begitu panik setelah menyadari sesuatu akan terjadi.

"Mama! Gawat ... Ini gawat."

"Gawat apa Zayda? Bisa tidak, kalian tenang ... Izinkan Mama untuk istirahat sebentar." Kata Zoya sambil berkacak pinggang, matanya melotot penuh amarah.

"Tidak bisa Mama ... Karena ini sangat gawat tidak bisa ditunda," ungkap Zayda yang menggeleng.

"Ok, apa?" Zoya menarik nafas dalam, mencoba memberikan kesempatan kepada Zayda untuk bicara. Dan jika itu hal konyol maka Zoya tidak akan segan menghukum anak kembarnya.

"Huh ... Zayda tarik nafas dulu ya Mama." Katanya sambil mengibas rambut ikalnya.

"Zayden Mama ... Zayden pergi mau mencari papa!"

"Apa!" Zoya terbelalak.

"Iya, Mama. Zayden pergi ke bilik militer!" teriak Zayda dengan gaya centilnya.

Zoya semakin marah dan tidak tahan ingin menghukum putra sulungnya itu. Bagaimana bisa Zayden sangat bersikeras untuk menemukan ayahnya padahal tidak tahu rupanya seperti apa.

"Dasar bocah nakal! Kapan dia bisa diam sih. Dia tidak tahu seberapa bahayanya di sana." Katanya sambil berlalu. Zayda, mengekorinya sampai tiba di belakang markas militer, beruntung Zoya memilih jalan belakang dan dia bisa menemukan Zayden.

"Itu dia Mama!" tunjuk Zayda pada sosok bocah 7 tahun yang sedang berdiri di hadapan seorang perwira seolah sedang menantang.

"Zayden!"

Seketika Zayden menoleh. "Mama ...."

Lirikkan Ardian mengikuti arah mata Zayden. Ardian termenung yang sambil menatap serius ke arah wanita berbalut baju syar'i yang tertutup baju dinas berwarna putih. Gerakan mata Ardian tidak berhenti sampai Zoya tiba di hadapannya yang langsung memarahi Zayden.

"Zayden, apa kamu tidak tahu ini tempat berbahaya? Bisa-bisanya kamu pergi sendirian ke markas militer bagaimana sesuatu terjadi padamu!" Zoya sangat marah.

"Sekarang kita pulang!" Zoya menarik tangan Zayden, tapi langkahnya dihentikan Ardian.

"Tunggu! Kalian tidak bisa lewat sana." Ardian mengingatkan Zoya yang hendak melewati beberapa bendera merah. "Jangan melewatinya. Itu ada tanda bendera merah yang artinya banyak ranjau di sana," sambung Ardian.

Zoya berbalik lantas menatap Ardian.

"Ini markas militer bukan tempat bermain anak-anak, jadi tolong beritahu putramu untuk tidak datang ke tempat ini lagi. Dan satu hal lagi ... Putramu terlalu ikut campur yang terus memantauku dengan teropongnya."

Zoya, menelan ludah. Sorot matanya tidak berpaling dari wajah sang Letnan.

"Apa kau mendengarku?" tanya Ardian sambil mengibas-ngibas telapak tangannya.

Sementara kedua bocah itu saling berbisik menduga ekspresi ibunya. "Zayden, mungkinkah Mama terpesona dengan ketampanan pak Letnan?" bisik Zayda.

"Justru, itu bagus. Dia akan menjadi ayah kita," balas Zayden dengan senyum mengembang. "Bukankah menjadi putra sang Letnan Kolonel terdengar sangat keren," sambungnya.

Zayda menanggapi dengan tawa.

"Mereka hanya anak-anak tidak tahu akan bahaya. Lagi pula ini terakhir kalinya mereka datang. Maaf jika sudah merepotkan."

Zoya langsung berbalik menuju jalan lain membawa anaknya pergi dari tempat itu. Matanya berkaca, dengan peluh membasahi wajah dan tangannya. Zayden dan Zayda mendongak, menatap sang ibu ketika merasakan genggaman tangan yang erat.

Sementara Ardian, pria itu masih bertengger menatap punggung Zoya yang semakin menjauh. Wajah tegasnya menjadi bingung, memikirkan wanita itu yang seakan pernah bertemu.

"Suaranya ... seperti tidak asing tapi ... bertemu dimana?"

***

"Zayden," panggil Zayda sedikit berbisik.

Mereka di hukum sang ibu untuk tidak bicara dan tidak boleh keluar dari dalam kamar. Zayden bocah itu hanya fokus pada laptopnya, entah apa yang dia cari. Sementara Zayda, gadis kecil itu merasa bosan karena tidak bisa bicara sedikit pun.

"Zayden hei! Zayden ...."

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Zayda kembali ke atas kasur yang langsung pura-pura tidur begitupun dengan Zayden, tetapi bocah itu lupa mematikan laptopnya sehingga Zoya, menyadari kebohongan mereka.

"Jangan pura-pura tidur cepat turun dan keluarlah!"

Tidak ada jawaban. Zoya, menghela nafasnya lantas kembali bicara. "Jika kalian ingin tahu tentang papa kalian turunlah," tegasnya membuat sandiwara kedua bocah itu gagal.

Zayden dan Zayda menuruni ranjang, lalu mengikuti langkah sang ibu menuju ruang tamu. Mereka duduk setelah Zoya.

"Mama tidak membohongi kita, kan?" Tatap Zayden dengan curiga. Tangannya dilipat di bawah dada.

"Kalian mau dengar atau tidak?"

"Mau Mama!" Serempak Zayden dan Zayda.

Zoya menghela nafas. "Baiklah, dengarkan baik-baik," katanya.

"Zayden ... Zayda, Mama tahu kalian sudah besar dan kalian terus bertanya tentang ayah kalian. Namun, dia tidak ada disini tapi di negara kita tanah air kita .... Indonesia," jelas Zoya membelalakkan kedua anak kembarnya.

Kenapa Zoya, berkata demikian karena tragedi masa lalu terjadi di negaranya. Namun, pertemuannya dengan Letnan Ardian mengingatkannya akan satu hal.

"Mama, kenapa baru bilang sekarang?" tanya Zayda seolah sedang menginterogasi.

"Ya, kenapa sekarang?" lanjut Zayden.

Zoya, tidak akan mengatakan semua itu karena dia sudah bersumpah tidak akan kembali ke negaranya. Namun, pertemuannya dengan Ardian merubah segalanya.

Jantung Zoya seakan berhenti berdetak, sekujur tubuhnya terasa kaku dan dingin saat menatap mata elang yang pernah menghancurkan hidupnya. Zoya, mengingat dengan jelas seperti apa rupa pria asing itu.

Ardian_Letnan itu, menumbuhkan kembali rasa traumanya. Zoya, sudah berusaha keras melupakan semuanya tetapi Ardian ... pria itu hadir di masa depannya. Keringat dingin tidak bisa Zoya sembunyikan, bertemu dengan Ardian membuatnya takut.

"Mama ...." Panggilan Zayden, membuyarkan lamunannya. Zoya sedikit mendongak_menyembunyikan tangisannya. Zoya tidak ingin curiga apalagi sampai anaknya tahu bahwa Ardian adalah ayah kandungnya. Itu sebabnya Zoya ingin kembali ke tanah air dan meninggalkan tempat yang selama ini sudah menjadi tanah kelahiran Zayden dan Zayda.

"Kita akan pulang ke Indonesia setelah tugas Mama selesai disini. Bila perlu Mama akan meminta perpindahan tugas segera."

Mata Zayden dan Zayda berbinar. Mereka pikir ibunya akan mempertemukannya dengan ayah mereka, tanpa mereka tahu ada kenangan pahit dalam jiwa Zoya.

"Terima kasih Mama." Kata Zayden dan Zayda yang memeluk ibunya. Zoya, membalas dengan pelukan hangatnya.

"Mulai sekarang, kalian jangan lagi mengawasi markas militer apalagi mengintip dengan teropong kalian. Jangan membuat masalah, dan fokuslah belajar. Bukankah kalian harus menghafal 10 Juz?"

"Tenang Mama ... Kami pintar, kami akan hafal hanya dengan membacanya tujuh kali."

Zoya tersenyum gemas. "Jangan sombong dengan ilmu yang kalian miliki. Cepat, tidur kembalilah ke kamar."

"Lalu Mama ... apa mau pergi lagi?" Zayda menjadi murung.

"Mama harus bekerja. Cepatlah tidur, nanti Sitto Aminah akan datang menjaga kalian."

Sitto berarti panggilan nenek. Aminah adalah penjaga si kembar yang jika saat Zoya bekerja akan menitipkannya kepada Aminah. Seorang wanita setengah baya yang sudah merawat Zayda dan Zayden sejak kecil bahkan sudah menganggap Zoya seperti putrinya.

Zoya harus kembali betugas meninggalkan Zayden dan Zayda yang masih cemberut. Zoya, menuruni anak tangga untuk sampai di lantai dasar, dan dia harus berjalan menuju rumah sakit.

Tiba-tiba sebuah dentuman keras menghentikan langkah Zoya. Badannya setengah merunduk sambil menatap ke arah langit yang mengkilat akibat cahaya orange yang menyala.

"Zoya!" panggilan seorang tenaga medis mengalihkan pandangannya. Zoya, menoleh dan langsung bangkit lalu berjalan ke arah temannya.

"Serena, apa yang terjadi?"

"Gencatan senjata baru saja terjadi di markas militer."

"Apa ..." lirih Zoya dengan terkejut.

"Kita harus segera pergi ke sana, karena banyak yang terluka."

Zoya, mengangguk lalu mengikuti langkah Serena. Mereka menaiki mobil ambulance menuju markas militer. Semua tenaga medis dikerahkan, banyak diantara perwira yang terluka, keadaan markas yang kacau menambah kesan kecemasan pada diri Zoya.

"Zoya, fokuslah. Anakmu pasti baik-baik saja." Serena menenangkan. Zoya hanya mengangguk lalu pergi ke sebuah camp militer.

"Letnan, Dokternya sudah datang," ucap seorang perwira yang memberitahukan kepada Ardian.

Ardian hanya diam sambil memegang satu bahunya.

"Dokter, silakan," lanjut perwira itu kepada Zoya.

Zoya dan Ardian hanya saling pandang.

...----------------...

Assalamualaikum reader, terima kasih yang sudah mampir baru episode 3 tapi kok gak rame sih. Ramaikan dong kolom komentarnya, like juga jangan lupa ya 🤗.

Terpopuler

Comments

Mey-mey89

Mey-mey89

semangat thorrr...

2025-08-13

1

Mira Rista

Mira Rista

Waallaikum Salam Warohmatulloh Hibbarokatul thorsemgat Thor,, /Pray//Pray//Pray/

2025-07-04

2

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

semangat kaka Author 💪❤

2025-07-03

1

lihat semua
Episodes
1 Pria Asing dalam Kamar
2 Zayden dan Zayda
3 Bertemu
4 Masa lalu Zoya
5 Cemburu
6 Pulang
7 Bertemu, dengan Masa Lalu
8 Penyelidikan Ardian
9 Kemungkinan yang Terjadi
10 Siapa ayah kalian?
11 Kau Menculik Anakku?
12 Bertemu Lagi
13 Perlakuan Hina dari Radit
14 Antara dua Ayah
15 Tes DNA
16 Tes DNA 2
17 Pergi Sekolah, di antar Pak Letnan
18 Kedatangan Laksmi
19 Hal yang tidak terduga
20 Antara Mengakui dan Tidak
21 Kabar Duka
22 Anak Haram
23 Saling Janji
24 Tim Relawan
25 Kecemasan Mika
26 Harapan
27 Pertemuan di Bukit Zarqam
28 Ancaman Radit
29 Kabar yang tak diharapkan
30 Keputusan yang mengejutkan
31 Pernikahan
32 Amarah Lusi
33 Dipo Cipto Maheswara
34 Seseorang dibalik Rencana Jahat
35 Pengorbanan dibayar Pengkhianatan
36 Antara Hidup dan Mati
37 Musuh dibalik Selimut
38 Antara takdir dan bukan
39 TIM- Z Beraksi
40 Pagi Yang Penuh Kejutan
41 Seseorang hanya melihatnya dari luar
42 Kabar Bahagia dan Kabar Buruk
43 Ruang ICU
44 Malam Pertama dalam. satu rumah
45 Suasana Pagi Yang Baru
46 Kabar Duka
47 Kejahatan yang Harus dibongkar
48 Minuman Seketika Memabukkan
49 Pesta Pernikahan
50 Maukah Kau Tidur Bersamaku?
51 Malam Pertama Bersama Bocil
52 Saran Honeymoon
53 Honeymoon Part 1
54 Awal Kebahagiaan atau Awal Penderitaan (Honeymoon Part2)
55 Saranghae ....! Untuk siapa?
56 Pertemuan Di Sekolah
57 Malam Perpisahan Sebelum Bertugas
58 Dibalik Pangkat Kehormatan
59 firasat
60 Misi Selesai Mengungkap Kebenaran Baru!
61 Hukuman yang setimpal
62 Rencana Peluncuran Naga Kecil Junior
63 program dedek bayi haha!
64 Pagi Yang Ribut
65 Pagi Yang Penuh Kejutan
66 Antara Menerima Dan Tidak!
67 Perang Baru dimulai
68 Perang dimuiai
69 Antara yang Hak dan Tidak!
70 Kegelisahan Andre
71 Musuh Dalam Selimut
72 Arga VS Ardian!
73 Arga vs Ardian
74 Kebongkar
75 Surat Wasiat Yang Tertelan.
76 Hasil Dari Surat Wasiat
77 Hari Penuh Kejutan dan Putusan
78 Menjenguk Lusi
79 Hari Eksekusi Untuk Cipto
80 Penyesalan Lusi
81 Papa, gimana caranya bikin adek?
82 Bukti Baru!
83 Rekaman CCTV
84 Panggilan Sayang
85 Kebenaran Dibalik Kematian Omar
86 Malam Yang Ribut
87 Sarapan Pagi -- Roti Phoni
88 Kecelakaan
89 Dibalik Kecelakaan Indra
90 Orang Misterius
91 Indahnya Bersama dan Berbaikan
92 Fadel
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Pria Asing dalam Kamar
2
Zayden dan Zayda
3
Bertemu
4
Masa lalu Zoya
5
Cemburu
6
Pulang
7
Bertemu, dengan Masa Lalu
8
Penyelidikan Ardian
9
Kemungkinan yang Terjadi
10
Siapa ayah kalian?
11
Kau Menculik Anakku?
12
Bertemu Lagi
13
Perlakuan Hina dari Radit
14
Antara dua Ayah
15
Tes DNA
16
Tes DNA 2
17
Pergi Sekolah, di antar Pak Letnan
18
Kedatangan Laksmi
19
Hal yang tidak terduga
20
Antara Mengakui dan Tidak
21
Kabar Duka
22
Anak Haram
23
Saling Janji
24
Tim Relawan
25
Kecemasan Mika
26
Harapan
27
Pertemuan di Bukit Zarqam
28
Ancaman Radit
29
Kabar yang tak diharapkan
30
Keputusan yang mengejutkan
31
Pernikahan
32
Amarah Lusi
33
Dipo Cipto Maheswara
34
Seseorang dibalik Rencana Jahat
35
Pengorbanan dibayar Pengkhianatan
36
Antara Hidup dan Mati
37
Musuh dibalik Selimut
38
Antara takdir dan bukan
39
TIM- Z Beraksi
40
Pagi Yang Penuh Kejutan
41
Seseorang hanya melihatnya dari luar
42
Kabar Bahagia dan Kabar Buruk
43
Ruang ICU
44
Malam Pertama dalam. satu rumah
45
Suasana Pagi Yang Baru
46
Kabar Duka
47
Kejahatan yang Harus dibongkar
48
Minuman Seketika Memabukkan
49
Pesta Pernikahan
50
Maukah Kau Tidur Bersamaku?
51
Malam Pertama Bersama Bocil
52
Saran Honeymoon
53
Honeymoon Part 1
54
Awal Kebahagiaan atau Awal Penderitaan (Honeymoon Part2)
55
Saranghae ....! Untuk siapa?
56
Pertemuan Di Sekolah
57
Malam Perpisahan Sebelum Bertugas
58
Dibalik Pangkat Kehormatan
59
firasat
60
Misi Selesai Mengungkap Kebenaran Baru!
61
Hukuman yang setimpal
62
Rencana Peluncuran Naga Kecil Junior
63
program dedek bayi haha!
64
Pagi Yang Ribut
65
Pagi Yang Penuh Kejutan
66
Antara Menerima Dan Tidak!
67
Perang Baru dimulai
68
Perang dimuiai
69
Antara yang Hak dan Tidak!
70
Kegelisahan Andre
71
Musuh Dalam Selimut
72
Arga VS Ardian!
73
Arga vs Ardian
74
Kebongkar
75
Surat Wasiat Yang Tertelan.
76
Hasil Dari Surat Wasiat
77
Hari Penuh Kejutan dan Putusan
78
Menjenguk Lusi
79
Hari Eksekusi Untuk Cipto
80
Penyesalan Lusi
81
Papa, gimana caranya bikin adek?
82
Bukti Baru!
83
Rekaman CCTV
84
Panggilan Sayang
85
Kebenaran Dibalik Kematian Omar
86
Malam Yang Ribut
87
Sarapan Pagi -- Roti Phoni
88
Kecelakaan
89
Dibalik Kecelakaan Indra
90
Orang Misterius
91
Indahnya Bersama dan Berbaikan
92
Fadel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!