Pagi di Seoul terasa berbeda kali ini. Matahari menyinari kota dengan hangat, seolah tahu empat gadis itu akan melangkah ke dunia yang belum pernah mereka bayangkan.
Lynsandra, Grizellyn, Kayla, dan Nayella berdiri di depan gedung megah berlantai lima bertuliskan "VIVACE Entertainment." Jantung mereka berdebar, kaki mereka ragu, tapi tatapan mereka penuh tekad.
Mereka bukan lagi sekadar turis. Hari ini, mereka calon idol.
Kayla Nathalia Azevoyyige
(berbisik gugup)
“Aku merasa kayak lagi masuk sekolah baru... tapi sepuluh kali lebih menakutkan.”
Grizellyn Rossa Aldebaran
“Tenang aja. Kita punya kelebihan: kita satu tim.”
Lynsandra Feligimali Grizellyn
“Dan kita punya niat yang sama. Kalau gagal, ya setidaknya kita pernah mencoba.”
Nayella Aileen Leiara
“Tapi... jangan lupa, ini bukan cuma tentang nyanyi dan nari. Dunia ini brutal.”
Mereka pun masuk ke lobi. Interiornya bersih, elegan, dan dingin. Seorang staf menyambut mereka dan mengantar ke lantai tiga, ruang audisi pribadi. Ruangan itu kosong kecuali satu cermin besar, speaker, dan kamera di sudut.
Tak lama kemudian, Han Jiwoon masuk bersama tiga pelatih: vokal, tari, dan performance director.
Han Jiwoon (CEO)
“Ini bukan audisi formal. Anggap saja... perkenalan. Tunjukkan siapa kalian.”
Kayla maju pertama. Ia menyanyikan lagu ballad Korea berjudul “Through the Night” milik IU. Suaranya lembut tapi penuh emosi. Di akhir nada tinggi, ruangan hening—bukan karena salah, tapi karena kagum.
Selanjutnya, Grizellyn tampil dengan rap dan koreografi cepat. Gaya khas LA-nya mencuri perhatian para pelatih, ekspresinya tajam namun tetap penuh kontrol.
Lynsandra memilih lagu Inggris—“All I Ask” milik Adele. Vokalnya menggema dengan kekuatan dan luka. Matanya berkaca-kaca saat selesai.
Terakhir, Nayella menari solo. Gerakannya tajam, luwes, dan penuh cerita. Ia seperti berbicara lewat tubuhnya.
Pelatih Tari
“Mereka belum sempurna... tapi sangat menjanjikan.”
Pelatih Vokal
“Mereka punya fondasi yang bisa dibentuk.”
Han Jiwoon (CEO)
“Lebih dari itu. Mereka punya chemistry. Sesuatu yang tidak bisa diajarkan.”
Setelah diskusi, mereka diminta kembali masuk ke ruangan.
Han Jiwoon (CEO)
“Selamat datang di VIVACE. Mulai hari ini, kalian resmi menjadi trainee.”
Empat pasang mata membulat. Ada yang menutup mulut karena terkejut, ada yang langsung berpelukan. Peluh dan tekanan baru akan datang, tapi hari ini—hari ini milik mereka.
Lynsandra Feligimali Grizellyn
(dengan air mata bahagia)
“Ini nyata... kita benar-benar akan memulai.”
Kayla Nathalia Azevoyyige
“Dan kita mulai dari nol. Tapi bersama.”
Nayella Aileen Leiara
“Satu langkah... menuju panggung.”
Grizellyn Rossa Aldebaran
“Let’s rise, PHOENIX.”
Di luar, langit siang berubah cerah sempurna. Mereka baru saja menapakkan kaki di awal tangga mimpi—tangga yang tinggi, terjal, tapi kini tak lagi mustahil.
To be continued…
Comments