Kafe yang tadi dipenuhi tawa kini sunyi. Empat gadis muda saling menatap, seolah memastikan mereka tidak sedang bermimpi. Seorang CEO agensi papan atas berdiri di depan mereka, menawarkan sebuah kemungkinan yang bisa mengubah hidup mereka.
Di luar, langit mulai menggelap. Tapi di dalam dada mereka, sesuatu justru menyala.
Lynsandra Feligimali Grizellyn
“Maaf… Anda bilang… jadi idol?”
Han Jiwoon (CEO)
(tersenyum tipis)
“Benar. Saya tidak asal bicara. Saya sudah melihat ratusan trainee, tapi kalian punya sesuatu yang lain—ketulusan, kekuatan, dan chemistry.”
Grizellyn Rossa Aldebaran
“Tunggu… kami bahkan bukan penyanyi profesional. Kami datang buat liburan.”
Han Jiwoon (CEO)
“Dan mungkin itulah alasan kenapa kalian terlihat alami. Dunia K-pop butuh sesuatu yang segar. Kalian bisa jadi itu.”
Han Jiwoon mengeluarkan kartu nama dan meletakkannya di meja.
Han Jiwoon (CEO)
“Datanglah ke kantor kami besok. Tidak ada tekanan. Hanya sesi konsultasi, dan mungkin audisi ringan jika kalian setuju.”
Kayla Nathalia Azevoyyige
(dengan suara pelan)
“Kenapa kami? Banyak orang yang latihan bertahun-tahun untuk masuk dunia ini…”
Han Jiwoon (CEO)
“Saya tidak menutup pintu pada mereka. Tapi ketika peluang datang mengetuk, hanya yang berani membuka yang akan melangkah lebih jauh.”
Setelah ia pergi, suasana meja kembali riuh. Kali ini bukan tawa, melainkan ketegangan bercampur rasa tidak percaya.
Nayella Aileen Leiara
“Aku orang Korea, aku tahu gimana kerasnya industri ini. Ini bukan main-main.”
Grizellyn Rossa Aldebaran
“Tapi juga bukan setiap hari kita ditawari jadi trainee di agensi besar.”
Lynsandra Feligimali Grizellyn
“Gila… ini mimpi masa kecilku. Tapi aku juga takut.”
Kayla Nathalia Azevoyyige
“Sama. Tapi… bukankah semua hal besar dimulai dari rasa takut?”
Malam itu mereka berjalan pulang ke rumah Nayella, masih belum sepenuhnya sadar apa yang baru saja terjadi. Di atap rumah, mereka duduk berempat menatap bintang-bintang di langit Seoul.
Lynsandra Feligimali Grizellyn
“Aku enggak tahu kita akan terpilih atau tidak. Tapi aku tahu satu hal…”
Kayla Nathalia Azevoyyige
“Apa?”
Lynsandra Feligimali Grizellyn
“Selama kita berempat tetap bersama, aku berani mencoba apapun.”
Grizellyn Rossa Aldebaran
“Then let’s do it. Kalau kita gagal, kita gagal bersama. Tapi kalau berhasil…”
Nayella Aileen Leiara
“…kita bangkit seperti PHOENIX.”
Malam itu menjadi awal keputusan besar. Empat gadis yang awalnya hanya berniat liburan, kini berdiri di ambang perjalanan baru. Besok mereka akan melangkah ke dunia baru—dunia penuh harapan, keringat, air mata, dan cahaya panggung.
Tapi yang paling penting: mereka tidak melakukannya sendirian.
To be continued...
Comments