Satu minggu kemudian.
Stella mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju butik miliknya. Udara pagi ini cukup cerah, tidak ada tanda-tanda akan turunnya hujan, tapi siapa yang tahu karena walau kadang pagi cerah, siangnya hujan turun dengan deras.
Sebenarnya sudah terlalu siang untuk dikatakan pagi, karena sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, tak biasanya Stella berangkat ke butik sesiang ini.
Tiba-tiba dirinya teringat dengan Aiden, bocah laki-laki tampan nan menggemaskan yang mengingatkan dirinya akan putranya yang telah tiada.
Sudah seminggu dia tidak bertemu dengan pria kecil menggemaskan itu, dirinya jadi rindu.
'Bukankah dia teman sekolahnya Vini?' gumamnya dalam hati.
Ujung bibirnya terangkat saat terlintas sebuah ide. Membelokkan setir mobilnya ke kanan, bermaksud melewati sekolah Vini yang otomatis juga sekolah Aiden, dia berharap bisa bertemu atau sekedar melihat dari jauh pria kecil itu.
Stella menghentikan mobilnya tepat di depan sekolah Aiden, tatapannya meluas mencari keberadaan pria kecil yang dia cari.
"Sepertinya sudah sepi, apa sudah pulang ya?" gumamnya mengetuk-ngetuk kukunya pada setir mobil.
Dia melirik jam tangannya. "Tapi ini masih terlalu pagi, seharusnya belum jam pulang sekolah," sambungnya lagi.
Kembali meluaskan tatapannya, hingga matanya memicing melihat objek di depannya, itu dia yang dia cari, senyumnya terukir di wajah ayunya. Membuka seat belt, Stella bermaksud menghampiri.
"Hai ganteng," sapanya tersenyum ramah.
Aiden mendongak. "Bunda?" pekiknya terkejut juga senang, melihat Stella berdiri di depannya.
Aiden segera berlari dan melompat ke gendongan Stella. "Aiden kangen sama Bunda," ucapnya memeluk leher Stella erat.
Stella terkekeh kecil, mengelus punggung Aiden. "Bunda juga kangen sama Aiden," balasnya.
Menarik diri. "Bunda kenapa di sini?" tanyanya dengan tangan yang masih melingkar di leher Stella.
"Bunda sengaja pengen ketemu Aiden," goda Stella menciumi seluruh wajah Aiden. Membuat Aiden terkekeh geli.
"Kenapa Aiden di sini sendirian, hem?" tanya Stella mengambil duduk kursi dengan memangku Aiden.
"Aiden nunggu Daddy."
Stella mengangguk. "Hem.. baiklah, Bunda akan menemani Aiden sampai Daddy datang, oke?" usul Stella mengedipkan sebelah matanya.
"Oke, Bunda," jawab Aiden senang, memberi isyarat dengan jarinya membentuk huruf O.
Sudah lima belas menit Stella dan Aiden menunggu, namun yang ditunggu belum datang juga. Aiden juga sudah terlihat lelah.
Akhirnya Stella berinisiatif bertanya kepada gurunya saja. Stella menggandeng tangan kecil Aiden menuju gedung sekolah.
"Lho, Aiden kok belum pulang?" tanya guru Aiden yang diketahui bernama Dewi pada nametagnya ketika melihat Aiden memasuki ruang guru.
Tatapan Bu Dewi mengarah pada Stella. "Anda siapa, Nona?"
"Ini Bunda Stella, Miss," jawab Aiden. Sedangkan Bu Dewi nampak bingung, karena tidak pernah melihat Stella sebagai orang dekat Aiden.
Melihat kebingungan wanita di depannya, Stella berujar, "Begini, Bu, saya teman dari orangtua Aiden," bohongnya. "Aiden dan saya sudah menunggu hampir setengah jam, tapi Daddy dari Aiden belum juga datang. Apa boleh jika saya yang mengantar Aiden pulang?" tanya Stella hati-hati menatap sang guru.
"Saya akan tinggalkan kartu nama saya, jika anda ragu," sambungnya melihat sang guru yang terdiam.
Stella membuka tasnya dan memberikan kartu namanya kepada Bu Dewi.
"Eh, iya, silahkan, Nona," jawab Dewi menerima kartu yang disodorkan Stella.
"Oh ya, Bu. Boleh saya tahu alamat rumah dari Aiden, karena saya baru pulang dari luar negeri beberapa minggu yang lalu, jadi agak lupa," ujar Stella tersenyum canggung. Karena sejujurnya dia tidak tahu dimana rumah Aiden.
Bu Dewi terkesiap, agak ragu dengan Stella, takut jika terjadi sesuatu dengan anak didiknya, tapi tak urung dia memberikan alamat rumah Aiden pada Stella.
Setelah mengucapkan terimakasih, Stella dan Aiden keluar meninggalkan area sekolah.
Sepanjang perjalanan, Aiden terus saja mengoceh tentang sekolahnya, Stella sangat antusias mendengarkan, sesekali menjawab atau menyahut ucapan Aiden.
Andai saja anaknya masih ada, mungkin dia juga akan berceloteh seperti Aiden, bathin Stella tersenyum kecut.
Mobil Stella sampai di kediaman Aiden, Aiden membuka kaca mobil dan berteriak pada satpam karena tak kunjung membuka gerbangnya.
"Pak Joko, buka gerbangnya," teriaknya nyaring.
Joko selaku satpam terkejut, melihat anak majikannya berada didalam mobil yang asing, dia segera bergegas membuka pagar.
"Aiden, tidak boleh berteriak kepada orang yang lebih tua, sayang," nasehat Stella.
"Maaf, Bunda," sesal Aiden menunduk.
Stella tersenyum mengelus kepala Aiden, kembali menekan gasnya memasuki kediaman Aiden.
Aiden menggandeng tangan Stella, mengajaknya masuk ke dalam rumah, rumahnya sangat besar, pilar-pilar besar dan tinggi. Stella pastikan Aiden berasal dari keluarga yang sangat kaya.
"Omaaa," teriak Aiden ketika membuka pintu.
"Aiden, kalau masuk rumah harus berucap salam, sayang," tegur Stella.
"Maaf, Bunda," Aiden menutup mulutnya.
"Ayo, kita salam," ajak Stella kemudian.
"Assalamualaikum," ucap keduanya bersama.
"Wa'alaikumsalam," seorang maid menghampiri dan terkesiap melihat tuan mudanya bersama wanita. Terlebih lagi mendengar tuan mudanya berucap salam. Hal yang jarang terjadi di rumah sebesar ini.
"Moly, Oma dimana?" tanya Aiden memasuki rumah dengan masih menggandeng tangan Stella.
"Nyonya besar sedang keluar, Aden."
"Saya Stella, Bi," ucap Stella memperkenalkan diri, saat melihat kebingungan Moly.
"Dia Bundanya Aiden," sahut Aiden polos membuat Moly kian terkejut.
"Bunda angkat," Stella menimpali.
Moly menatap keduanya dengan tatapan bingung, bahkan saat keduanya saling tatap dan tersenyum bahagia.
Dia tersadar. "Oh, mari silahkan duduk, Nona," ucapnya kemudian.
"Bunda, Aiden lapar," ujar Aiden ketika berhasil menarik Stella duduk di sofa ruang tengah.
"Bibi sudah menyiapkan makanan untuk Aden," Moly menyahut.
Aiden menggeleng. "Tidak mau, Aiden mau masakan Bunda," tolaknya.
"Aiden mau Bunda masakin?" tanya Stella yang langsung diangguki Aiden.
"Baiklah, tapi Aiden ganti baju dulu ya?"
"Ayo, Bunda. Temenin Aiden ganti baju di atas." Aiden menarik tangan Stella agar beranjak.
Stella berjongkok menyamai tinggi Aiden. "Aiden, Bunda di sini sebagai tamu, tidak boleh masuk kamar Aiden, Aiden ganti baju sama Bibi aja ya? Biar Bunda masakin buat Aiden," ucap Stella mengelus tangan kecil Aiden.
Aiden terdiam menekuk wajahnya.
"Kalau cemberut nanti gantengnya hilang loh," goda Stella menoel pipi Aiden.
Senyum Aiden merekah, kepalanya mengangguk.
"Moly, ayo," ajaknya melihat Moly yang terbengong di tempat.
"Eh, iya, Tuan Muda."
Sebelum naik ke lantai dua, Moly memanggil salah satu maid untuk membantu Stella memasak, serta menunjukkan arah dapurnya.
Aiden duduk di pantry melihat Stella yang tengah memasak, sesekali bertanya tentang nama sayuran atau bumbu yang ada di depannya.
Moly beserta maid lainnya tersenyum melihat interaksi keduanya. Seperti ibu dan anak sungguhan.
Setelah selesai memasak, Stella menyuapi Aiden dengan telaten, hingga piring Aiden bersih.
"Bi, kapan Oma-nya Aiden pulang?" tanya Stella disela kegiatannya menemani Aiden mengerjakan PR.
"Biasanya siang, Nona. Kalau boleh tahu, kenapa anda yang mengantar Aden pulang, Nona?"
"Tadi enggak sengaja ketemu di sekolah, Aiden nungguin jemputan, tapi enggak datang-datang. Akhirnya saya antar dia, kasihan dia sudah nunggu lama," terang Stella mengelus kepala Aiden.
"Terimakasih, Nona. Sudah mengantarkan Tuan Muda pulang," ucap Moly tulus.
"Iya, Bi. Sama-sama."
Sudah lebih dari waktu Dzuhur, namun tidak ada tanda-tanda Oma dari Aiden pulang, bahkan PR Aiden sudah selesai dikerjakan.
Sebenarnya Stella tidak nyaman berada di rumah orang lain, sedangkan yang punya rumah tidak ada.
"Hoahmmm." Terlihat beberapa kali Aiden yang menguap lebar.
"Aiden mengantuk ya?"
"Iya, Bunda. Bunda temenin Aiden tidur ya?" pinta Aiden dengan mata yang sudah sayu.
"Kita tidur di sana ya, sayang?" tunjuk Stella pada karpet bulu tebal panjang hampir mirip tempat tidur, yang berada di samping pintu kaca yang menghubungkan dengan kolam renang. Karpet itu sendiri mengarah pada televisi besar di depannya.
"Bunda bisa nyanyi?" tanya Aiden ketika sudah berbaring di samping Stella.
"Mau Bunda nyanyiin?"
"Iya, Bunda."
"Oke."
Stella mulai menyanyikan lagu pengantar tidur seraya menepuk-nepuk paha Aiden. Tak selang berapa lama Aiden sudah tertidur pulas.
Stella memandangi wajah di sampingnya, dia tersenyum melihat wajah polos Aiden.
Kemudian dia bangkit, menata guling di sisi Aiden dan berpamitan pada Moly untuk pulang.
***
Sebelumnya.
Dewi sebagai guru pengajar di sekolah Aiden telah menelepon orangtua Aiden, memberitahukan bahwa sekolah pulang lebih pagi, agar segera menjemput Aiden di sekolah.
"Fara, tolong jemput Aiden sekarang," titah Sandy saat sambungan teleponnya terhubung.
"Memangnya Mama dimana, sayang? Bukankah jam pulang Aiden masih lama?"
"Aiden pulang pagi. Aku ada meeting penting, Mama sedang arisan."
"Tapi—"
"Jemput dia sekarang!" titah Sandy mutlak, tak ingin dibantah.
"Baik, aku akan jemput Aiden sekarang."
Tut.
Karena masih ada beberapa sesi pemotretan, Fara lupa menelepon Pak Udin untuk menjemput Aiden.
Alhasil ketika Pak Udin sampai di sekolah, Aiden sudah tidak ada di sana. Pak Udin bertanya kepada sang guru, dan ternyata Aiden sudah pulang diantar seorang wanita bernama Stella. Bahkan perempuan itu meninggalkan kartu namanya pada sang guru.
Pak Udin tidak asing dengan nama tersebut, namun segera memilih untuk pulang dan mengecek keadaan tuan mudanya.
Ternyata benar, tuan mudanya sudah sampai di rumah, Pak Udin segera menelepon guru Aiden guna memberitahu bahwa Aiden sudah tiba di rumah dengan selamat.
Pak Udin sempat menengok ke dalam rumah, memastikan wanita yang mengantar tuan mudanya. Ternyata orang yang sama waktu di acara ulangtahun dulu.
Dia bernafas lega. Mungkin wanita itu benar-benar baik. Kalau sampai terjadi sesuatu dengan anak majikannya, tidak bisa dia bayangkan bagaimana nasibnya.
~••~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yuli Yuli
kok Omanya g plag" ya biar ktmu SM Stella drmhnya
2024-02-29
0
PANJUL MAN
nama panggilan untuk stella cocoknya ella bukan ste.
2024-02-19
1
N Wage
mo nanya thor,rafa meninggal umur berapa ya?
2024-01-21
2