BAB 02: CERITA SINGKAT KEHIDUPAN FELIX SEBELUM REINKARNASI
Tiga tahun berlalu sejak pertama kali dia memasuki dunia Avarion, sebuah dunia game open world yang penuh dengan kemungkinan tanpa batas. Awalnya, itu hanya sekedar permainan untuk mengisi waktu, pelarian dari kenyataan yang terasa semakin membosankan. Namun, seiring berjalannya waktu, Avarion menjadi lebih dari sekedar hobi, ia mulai menghabiskan hampir seluruh waktunya di depan layar, merasakan kehidupan yang lebih berarti di sana daripada di dunia nyata.
Pada bulan pertama, dia masih merasa canggung. Karakter yang ia pilih, seorang petualang tanpa guild, masih sangat lemah. Misinya sederhana: mencari bahan, berburu monster kecil, dan menjelajahi area yang aman.
Dunia game ini penuh dengan hal baru, dan meskipun tidak memahami sepenuhnya mekanismenya, dia terus maju
Jacky
Apakah kau yakin dengan build ini? (Tanya pemain lain saat mereka bertemu di kota utama, melihat pilihannya yang dianggap aneh oleh sebagian besar pemain.)
Felix
Aku hanya ingin coba-coba, (Jawabnya, mencoba tetap santai.)
Namun, lambat laun, ia mulai menemukan keunikan dari cara bermainnya yang tak biasa. Ketika pemain lain mengikuti meta atau memilih karakter sesuai pedoman, dia justru mencoba segala hal yang baru. Ia menggabungkan kemampuan bertarung dengan sihir gelap dan senjata berat, membangun karakter yang di luar kebiasaan. Beberapa kali ia gagal, tetapi setiap kegagalan memberinya pelajaran.
Tidak ada yang bisa menahan semangatnya. Ia terus berlatih dan berusaha lebih keras. Dalam tiga bulan pertama, dia mulai merasa nyaman di dunia Avarion. Ia menyelesaikan berbagai misi, menjelajahi hutan, pegunungan, dan gurun.
Semua yang ada di dunia ini terasa lebih hidup baginya daripada dunia nyata. Dia tidak berinteraksi banyak dengan pemain lain, lebih memilih untuk menyendiri dan mengembangkan karakternya.
Setiap monster yang ia kalahkan dan setiap dungeon yang ia masuki memberikan perasaan kepuasan yang tidak bisa ia temukan di tempat lain. Di luar dunia Avarion, kehidupan sehari-harinya tidak banyak berubah. Ia masih merasa terasing, berurusan dengan rutinitas yang monoton.
Namun, di dalam game, dia merasa bebas. Ia merasa berdaya. Tak ada aturan yang membatasi dirinya. Tidak ada ekspektasi dari orang lain.
Setiap kali ia masuk ke dalam permainan, dunia itu menjadi tempat yang mengisi kekosongan yang ada dalam dirinya.
Setelah enam bulan, para pemain mulai memperhatikan namanya. Ia sering terlihat menyelesaikan misi besar sendirian, misi yang biasanya membutuhkan tim.
Keahliannya dalam bertarung mulai terlihat jelas. Banyak yang terkesan dengan caranya menghadapi tantangan. Beberapa bahkan mulai memanggilnya dengan julukan The Lone Wolf. Ia tidak peduli dengan julukan itu, baginya, ini adalah permainan dan ia ingin bermain dengan caranya sendiri.
???
Lihat itu, dia melawan boss solo lagi, (Ujar seorang pemain di forum.)
???
Tidak masuk akal, build-nya aneh, tapi dia berhasil. (Balas seseorang dari forum.)
Meskipun begitu, ia tetap merasa tidak ada yang benar-benar memahami dirinya. Ia lebih memilih bermain sendiri, menjauhkan diri dari guild atau tim. Ia merasa bahwa kebebasan adalah hal yang paling penting baginya dalam permainan ini
Memasuki tahun satu setengah, ia semakin terbenam dalam dunia Avarion. Kekuatan karakternya meningkat pesat, dan ia mulai mengukir prestasi yang lebih besar. Ia bukan hanya sekedar pemain biasa. Ia menjadi pemburu legendaris, seseorang yang bisa diandalkan untuk menyelesaikan tantangan besar.
Felix
Kenapa aku harus terus melakukannya? (Tanya dirinya sendiri, saat duduk di depan layar komputer setelah menyelesaikan salah satu dungeon besar.)
Felix
Aku sudah mencapai level yang luar biasa, tapi mengapa aku merasa kosong?
Di dunia nyata, kehidupan tetap tak berubah. Ia masih merasa terasing, seolah tidak ada yang mengerti dirinya. Ia merasa seakan dunia nyata tidak memiliki tantangan seperti di Avarion. Di dunia nyata, ia adalah seorang pemuda biasa, tanpa tujuan yang jelas, tanpa masa depan yang pasti. Namun, di dalam game, ia adalah seorang raja yang tak terkalahkan.
Di Tahun Ketiga, ia sudah berada di puncak. Tidak ada lagi yang mampu menandinginya dalam hal kemampuan bertarung. Setiap misi dan tantangan menjadi lebih mudah baginya. Ia mulai merasakan bahwa tujuan dari permainan ini telah tercapai. Semua yang ia capai seolah tidak memberikan kebahagiaan seperti yang ia bayangkan. Namun, ia tidak tahu apa yang sebenarnya ia cari.
Di Suatu Malam, setelah menyelesaikan misi yang hampir mustahil, ia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh.
Felix
Kenapa aku merasa seperti akan ada kejadian yang besar yang akan ter-jadi...?
Di luar rumahnya, hujan deras mengguyur kota, disertai angin kencang dan guntur menggelegar yang mengguncang langit malam. Kilatan petir sesekali menyambar, menciptakan cahaya terang yang menyilaukan.
Felix hendak mematikan layar komputernya ketika tiba-tiba listrik padam. Kamar langsung diselimuti kegelapan, hanya sesekali diterangi cahaya dari luar jendela.
Felix
mati lampu...?
Sebelum ia sempat berdiri, sebuah suara dan cahaya menyilaukan tiba-tiba menyambar dari arah jendela—cepat, tajam, dan terasa seperti menyusup ke dalam rumah.
Felix
huh...?
Felix
apa itu—
CRAAAKKK!!!
Petir menyambar masuk, menghantam tubuh Felix. Seketika tubuhnya terangkat dari lantai, diselimuti cahaya putih menyilaukan. Suara ledakan menggetarkan dinding rumah.
Lalu, semua pandangannya berubah menjadi gelap gulita... begitu saja....
Ketika ia sadar kembali, ia mendapati diri-nya berada di tengah-tengah hutan.
Comments
leasiee~。
hlo ka aku mampir, ayok mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
2025-05-17
0