Club Malam

Sementara itu, di sebuah sudut kota yang lain, putra kedua Regina memasuki tempat hiburan malam dengan penampilan yang memesona. Rambut baru yang baru saja ia coba menambah pesona karismatiknya, membuat setiap mata yang memandang terpaku oleh kehadirannya.

Ronald, yang telah menunggu Kelvin sejak lama, merasakan amarahnya mendidih saat melihat wajah tak berdosa Kelvin yang baru tiba. "Kau tahu berapa lama aku menunggu? Hanya gara-gara rambut bodohmu ini , Vin!" hardik Ronald dengan nada tinggi sambil mencoba mengacak rambut Kelvin.

Kelvin dengan sigap menepis tangan Ronald. "Santai, bodoh, aku hanya terlambat 55 menit," ujarnya dengan tenang sambil memposisikan diri nyaman di sofa, silangkan kaki, dan menyalakan rokok.

Ronald masih dengan raut kesal. "itu satu jam bodoh, kau pikir aku tidak lelah menunggu, pria bodoh yang memuakan," Ronald terus menggerutu dengan kesal

Sedang Kelvin menghirup rokoknya santai, lalu bertanya, "Bagaimana dengan informasi yang kuminta?"

"Dia bernama Brianna, bekerja di perusahaan milik orang tuanya dan datang ke sini hanya untuk berlibur," jawab Ronald seraya memberikan sebuah catatan kepada Kelvin.

Napas Ronald masih terengah-engah, frustrasi tetap terasa di udaranya, sementara Kelvin hanya meniup asap rokok dengan rasa puas, seolah tidak terpengaruh oleh kekesalan sahabatnya itu.

Ya kelvin meminta ronald mencari tau wanita yang semalam ia tiduri dan kabur pagi pagi .

"Ini hadiah untukmu," ujar Kelvin sambil melempar amplop berisi uang kepada Ronald, yang seketika membuat Ronald yang tadinya kesal menjadi ceria. "Ini baru teman," ucap Ronald sambil mencium amplop coklat di tangannya. Kelvin mengedarkan pandangannya ke sekitar, berharap jika Brianna malam ini datang lagi. Ia masih penasaran dengan wanita yang semalam ia temui itu. Meski ia sering berganti pasangan, menurutnya Brianna berbeda. Bayangan sosoknya yang menarik benar-benar menggoda, belum lagi permainan liarnya diranjang, membuatnya ingin bertemu lagi. Membayangkan saja sudah membuat miliknya menegang. "Arght, dia benar benar membuatku gila," gumamnya lirih, namun cukup terdengar oleh Ronald.

"Heh, sejak kapan kamu rela bersentuhan dua kali dengan wanita yang sama, bung? Biasanya kamu kan langsung membuangnya setelah sekali pakai," Ronald mencibir dengan rasa penasaran yang menggoda di antara kedipan matanya, sambil melirik temannya, Kelvin, yang terkenal tak pernah meluangkan waktu lebih dari sekali dengan wanita yang sama. "Diamlah tidak perlu banyak bertanya, lebih baik cari dia sekarang dan bawa kesini!" Kelvin memotong dengan nada serius yang tidak biasa. "Dengar bodoh, wanita itu bukan binatang yang bisa dengan mudah ditangkap kemudian masukan kedalam karung!" Ronald menjawab dengan nada tinggi, karena sahabatnya nampak meuakan saat menginginkan sesuatu. Di tengah ketegangan itu, tiba-tiba seorang wanita seksi dengan langkah penuh percaya diri menghampiri mereka. Dia duduk santai di antara dua pemuda tersebut, sebatang rokok terjepit di jemarinya yang ramping. "Hei, Vin, ada barang baru buatmu. Madam jamin kamu bakal ketagihan, karena seperti biasa, ini masih segel," ucap wanita itu dengan suara menggoda. Dia adalah Madam Mela, salah satu mucikari paling berpengaruh di klub malam elite tempat Kelvin sering menghabiskan malamnya.

"Kamu yakin dia masih perawan." Tanya kelvin

"Aku tidak pernah membohongimu tentang barang bawaanku, kita bisa menegosiasikan harga jika kau tertarik," ucap madam dengan nada tegas. walaupun sudah sering melihat Kelvin berganti pasangan,madam tahu betul bahwa klien nya itu adalah pria yang selektif; tidak sembarang wanita bisa memikat hatinya. Sementara itu, Ronald yang berada di sisi lain ruangan, pura-pura tidak menyimak perbincangan keduanya. Setelah bersepakat pada suatu harga, Kelvin, yang telah tergoda oleh bayangan Brianna, tidak sabar untuk memuaskan hasrat yang membara dalam dirinya. Ia bergegas menuju ke lantai atas, ke kamar yang telah disiapkan oleh madam untuk pertemuan mereka. Saat pintu kamar terbuka,  Seorang gadis berparas cantik, dengan lesung pipi yang menghiasi wajahnya di sebelah kiri, rambut panjang terurai indah, dan kulitnya yang kuning langsat menarik perhatian. Gadis itu, dengan postur 160 cm dan lekuk tubuh yang mempesona seolah menyiratkan ukuran dada yang mungkin adalah 38B, berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis.

Laras berjalan ragu mendekati Kelvin, yang tengah duduk di tepi ranjang sambil melepas dasi. Dia terpaku melihat postur tinggi dan tegap pria di depannya, dengan wajah tampan dan kebule-bulean itu. "Siapa namamu?" suara Kelvin terdengar datar, hampir tanpa emosi.

"Laras," jawabnya dengan suara lirih, tubuhnya kaku berdiri di samping pria yang terkesan dingin dan tak terjangkau itu.

Kelvin merebahkan dirinya di atas ranjang, matanya menatap lurus ke arah Laras. "Buka bajuku, dan lakukan tugasmu. Aku tidak akan membayarmu jika kau tak bisa memuaskanku," perintahnya dengan nada menggoda sekaligus mengancam.

Laras merasakan jantungnya berdebar keras. Ini adalah pertama kali baginya untuk berhadapan dengan situasi seperti ini. Pengalaman cintanya yang terbatas hanya pada cumbuan ringan dengan pacar di kampung membuatnya merasa tidak siap. Namun, dengan langkah gugup, ia mendekati Kelvin dan mulai membuka satu persatu kancing pakaian pria itu. Di benaknya, berkecamuk perasaan takut dan gugup yang intens, tetapi sebuah determinasi menguatkan hatinya untuk melalui ini semua.

Laras terperanjat ngeri saat membuka celana kelvin, terlihat milik kelvin yang berukuran begitu besar dan panjang di balik CD.

"Cepat selesaikan tugasmu bukan diam di situ," geram Kelvin. Laras kemudian mendekatkan diri ke Kelvin, sambil membelai paha Kelvin dengan lembut. Namun, Kelvin tampak acuh, matanya masih teralihkan oleh ponsel di tangannya. Laras tidak menyerah, ia terus memberikan perhatian dengan menyentuhnya lebih lembut lagi dengan lidahnya, mencoba menarik perhatian Kelvin. Kelvin mulai merespons dengan sedikit lenguhan, meski tangannya masih saja sibuk dengan ponselnya Laras, yang semakin terbawa suasana karena upaya permainan nya, merasakan kehangatan yang meningkat dalam dirinya, ia sadar betul ada yang basah dan meronta pada bagian sensitif miliknya. Kelvin kemudian bangkit, mengubah posisi mereka sehingga ia yang kini mengambil inisiatif dengan memasukan sebuah benda kedalam milik Laras. Laras semakin tak karuan sedang Kelvin hanya tersenyum smirk, melihat Laras yang sudah terbawa suasana. Seperti biasa, ia akan menghentikan permainan, membuat Laras merengek minta dilanjutkan.

"Oh tuan,kenapa berhenti," Ucap laras frustasi sambil meremas bagian bawahnya yang tersiksa.

"Oooh tuan saya mohon tuan," rengek Laras. Kelvin lantas menunduk dan menatap tajam kearah Laras. 

"Aku membayarmu untuk memuaskanku, bukan untuk memuaskanmu jalang!" Ucap Kelvin kasar, seketika Laras pun bangkit dan segera melakukan tugasnya.

Setelah merasa puas, Kelvin kemudian pergi membersihkan diri dan keluar dari kamar. Saat ia menuruni anak tangga, ia tidak menemukan Ronald, mungkin Ronald sedang bercinta dengan para wanitanya, pikirnya. Namun di meja bar paling depan, ia melihat sosok yang ia cari tengah melangkah pergi keluar. Ia kemudian dengan cepat berlari mengejar sosok tersebut. Namun langkahnya terhenti karena ia menabrak seseorang yang melintas di depannya. Hingga saat ia sampai di depan pintu keluar, sosok yang dicarinya telah pergi menggunakan mobil.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!