club malam

Di tengah malam yang menyelimuti kota, Brianna yang tenggelam dalam kebosanan memutuskan untuk melarikan diri dari kesunyian kamar hotelnya, menyeret langkahnya ke sebuah klub malam yang hanya berjarak beberapa blok. Memasuki tempat itu, ia langsung memesan minuman keras sambil terhanyut dalam gempita musik yang menggema dan sorotan lampu disco yang berkelip-kelip.

Sorakan musik memenuhi ruang, memacu jantungnya seiring dengan setiap tegukan yang membanjiri pembuluh darahnya dengan alkohol. Kepalanya mulai terasa seperti dibebani oleh kumpulan awan kelabu. “Ah, pulang? Untuk apa? Tak ada satu pun yang peduli...” gumamnya saat membaca pesan dari sang ibu yang memberitahu jika mereka akan pulang, seraya dia berdiri dengan langkah yang berat dan pincang.

Dengan botol minuman yang tergenggam erat, Brianna merangsek masuk ke tengah kerumunan yang tengah larut dalam euphoria tarian. Badannya limbung, goyah ke sana ke mari. Namun, dengan nyali yang dibangkitkan oleh minuman keras, dia meneriakkan lantunan lagu bersama para penari lainnya, sambil sesekali menyesap isian botolnya yang semakin menipis. Menari baginya malam itu bukan hanya sebuah pelarian, melainkan sebuah protes terhadap kesepian yang selama ini menghantuinya.

Di kursi lain, sosok pemuda tampan berdarah Eropa dengan postur yang tegap dan rambut gondrong yang terikat rapi mencuri perhatian. Mata biru tajamnya tertancap pada Brianna dari kejauhan, sementara cahaya lampu memantulkan kulitnya yang putih. "Kenapa kau tertarik pada gadis itu?" desis teman di sampingnya, yang juga menangkap arah pandang Kelvin.

Kelvin, seorang pemuda kaya keturunan Eropa yang sedang menikmati liburan di tanah leluhurnya, hanya tersenyum simpul tanpa suara pada sang teman. "Ayo, dekati dia sebelum dia terbuai dalam dekapan orang lain." Tepat saat temannya mengucapkan itu, seorang pria yang berpenampilan kurang ajar mendekati Brianna yang tampak semakin mabuk.

Tanpa membuang waktu, pria itu langsung mengambil kesempatan dengan melingkarkan tangannya di pinggang Brianna. Dalam keadaan setengah sadar, Brianna berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan yang tak diinginkan itu.

"Lepas!! Pergi, aku tidak membutuhkanmu!" teriak Brianna sambil bergoyang, berusaha menstabilkan tubuhnya yang mabuk. "Tenang, manis. Aku akan membuatmu melayang," ucap si pemuda dengan nada bengis sambil menarik kasar tangan Brianna.

"Lepas! Sakit!" Brianna mencoba meronta dengan sisa kekuatannya. Kelvin, yang geram melihat kekasarannya, segera bergerak mendekat, diikuti beberapa temannya yang terburu-buru turun dari kursi untuk membantu.

"Lepaskan dia, Bung!" perintah Kelvin sembari dengan sigap menarik paksa tangan pemuda itu dari tangan Brianna. Keseimbangan Brianna terganggu karena mabuk, namun Kelvin berhasil menangkap tubuhnya tepat waktu, menariknya ke dalam pelukan yang aman.

"Cih! Kau ini siapa, berani-beraninya menyentuhku. Jangan sok jagoan!" teriak pemuda itu, kesal, seraya melayangkan tinjuan ke arah wajah Kelvin. Namun, dengan refleks yang cekatan, Kelvin menangkis serangan itu dan memberikan tendangan balasan yang menghantam pemuda tersebut hingga tersungkur ke lantai.

Keributan itu menimbulkan kepanikan di antara kerumunan yang ada, menggambarkan situasi yang semakin memanas di tengah malam yang semestinya damai.

"Lo urus dia nald,"

Ucap kelvin pada teman nya yang tak lain bernama Ronald ,dan ia berlalu pergi membawa brianna .

"Siap, lumayan olahraga malam,"

Dengan gerakan gesit, Ronald melayangkan beberapa pukulan yang keras ke pemuda yang sudah tak berdaya di bawahnya. Dengan cekatan, ia kemudian menyeret tubuh lemas tersebut keluar dari keramaian klub malam. Setelah menyelesaikan urusan kerugian atas kekacauan yang terjadi, Ronald kembali menyelam ke dalam suasana malam dengan segelas wine dan dikelilingi oleh dua gadis cantik di sampingnya. Ronald sendiri adalah sahabat sekaligus tangan kanan Kelvin.

Sementara itu, di sudut lain kota, Kelvin memacu mobil sport mewahnya, membawa Brianna yang masih linglung tak sadar ke sebuah rumah megah yang merupakan milik keluarga Kelvin. "Oh shitt, kepalaku..." keluh Brianna pelan, tidak menyadari bahwa dia sedang berada dalam perjalanan penuh misteri bersama seseorang yang sama sekali tidak ia kenali.

"Heh ..stupid girl," Lirih kelvin sambil melirik kearah Brianna.

Mereka berdua tiba di depan rumah yang megah dan menawan, dengan halaman parkir yang luas menampakkan kemewahan yang terpancar dari setiap sudutnya. Kelvin dengan cermat dan penuh kehati-hatian mengangkat Brianna yang masih tak sadarkan diri dengan gaya bridal, melangkah masuk ke dalam istana marmer tersebut. Seorang maid segera membuka pintu, menyingkapkan akses ke dalam.

Meski para pelayan tidak asing dengan kebiasaan tuan mereka yang kerap mengganti-ganti pasangan, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Kelvin, untuk pertamakalinya membawa masuk seorang wanita ke dalam kastilnya. Keheranan tergambar jelas di wajah-wajah mereka, namun rasa penasaran itu tak berani mereka suarakan.

Kelvin menapaki tangga yang dilapisi karpet tebal dengan napas yang semakin memburu. Setiap anak tangga terasa semakin menantang, dan beban di pundaknya - bukan hanya berat Brianna, namun juga beban perasaannya - semakin terasa. "Oh, sial, dia benar-benar berat," keluhnya perlahan, menahan rasa pegal yang mulai menerjang.

Sesampainya di kamar, ia dengan lembut meletakkan Brianna di atas ranjang besar yang mewah, yang seolah-olah dipersiapkan hanya untuk momen ini. Kelvin kemudian beranjak, meninggalkan Brianna dalam keheningan kamar tersebut. Ia melangkah ke balkon, duduk di kursi berlengan sambil meraih sebatang rokok dari saku. Di luar sana, langit malam terhampar dengan bintang yang berkelip, namun pikiran Kelvin terasa lebih suram dari malam itu sendiri, ia tak tau mengapa tiba tiba ingin mebawa wanita yang baru dilihatnya itu.

Disaat pikirannya tengah melayang, tiba-tiba *bught*... suara yang keras bagaikan buah nangka terlepas dari batangnya. "Aduh, sial!" Brianna mengerang kesakitan, pantat dan kepalanya terasa nyeri setelah jatuh dari ranjang. Matanya membelalak, bingung mencoba memahami di mana dia berada saat itu. Kelvin segera berlari mendekatinya. "are you okay?" ucapnya penuh kekhawatiran. "Heh... kamu siapa?" tanya Brianna dengan nada bingung sambil mengusap pantatnya yang sakit. Kelvin tak bisa menahan tawa melihat ekspresi kesakitan Brianna sambil memegang bokongnya. Ia kemudian berjongkok di depan Brianna. "Kamu mabuk, baby... dan seharusnya kamu berterima kasih kepadaku karena telah menyelamatkanmu dari lelaki bejat itu." "Heh, lain kali jangan menyelamatkan orang jika hanya ingin mendapat ucapan terima kasih," balas Brianna dengan ketus, sambil menyisir rambutnya karena kepala yang begitu pening. "Stupid girl," ucap Kelvin kesal, lalu beranjak menuju balkon dan meninggalkan Brianna sendirian. Dia duduk, menyalakan sebatang rokok, dan mulai menyesap nikmatnya, sementara angin malam mulai menerpa wajahnya yang tampan.

Kelvin diam diam mengambil jarum suntik dan memasukkan cairan misterius dari botol kecil yang berkilauan dalam cahaya redup ruangan itu. Brianna, dengan perasaan yang bergolak dalam dada, mengumpulkan tenaga terakhir untuk bangkit dan mengekori Kelvin, kemudian melemparkan tubuhnya yang terasa seolah akan pecah ke bangku di depan Kelvin dan meletakkan kepala beratnya di atas meja. "Heh... lain kali tidak perlu minum, jika kamu tak kuat," ejek Kelvin dengan nada merendahkan. Brianna, yang merasakan darahnya mendidih mendengar ucapan sinis itu, bangkit dengan cepat, melangkah dengan langkah yang goyah ke arah Kelvin, dan dengan cepat menarik keras kerah bajunya. "Bisakah kamu diam!" desisnya dengan suara yang tajam, penuh dengan frustrasi. Kelvin hanya terkekeh, raut mukanya tenang tapi matanya menyiratkan ejekan, sambil terus menikmati asap rokok yang mengepul dari tangannya. "Aku benci pria cerewet sepertimu," ujar Brianna sambil menunjuk ke wajah Kelvin dengan jarinya yang bergetar. Namun, hanya sesaat kemudian, tubuhnya terasa ringan, kekuatan di kakinya menghilang, dan ia limbung, jatuh ke pelukan Kelvin. "Heh, kamu marah-marah tapi mencuri kesempatan untuk memelukku," goda Kelvin, mendekatkan wajahnya ke wajah Brianna sehingga nafasnya yang hangat menyapu wajah Brianna yang pucat.

Brianna mendorong wajah Kelvin, namun Kelvin menahannya. Brianna berontak dan menampar wajah Kelvin, yang hanya membuat Kelvin semakin tertantang. Dengan cepat, Kelvin menyuntikkan sesuatu ke lengan Brianna. "Awww, sakit," teriak Brianna, merasakan lengan yang tertusuk jarum dan terasa ngilu. Kelvin hanya menyeringai seraya mencabut jarum dari lengan Brianna, dan Brianna pun kemudian ambruk ke tubuhnya. "Benar-benar menyebalkan," gumamnya lirih, seraya menggendong kembali Brianna dan merebahkannya di kasur. Ia diam di samping Brianna, menunggu efek obat berjalan, sambil terus memandang wajah Brianna yang begitu cantik. Sejenak kemudian, Brianna merasakan tubuhnya bergairah, menggeliat merasakan sesuatu yang menggelitik, ia ingin sekali disentuh. Tangan Brianna mulai meremas lembut. Kelvin tersenyum melihat Brianna yang tampak terpengaruh oleh suasana. Ia menyiapkan sebuah kamera dan memasangnya di meja dekat ranjang, ingin merekam momen bersama Brianna. Brianna yang menyadari kehadiran Kelvin di sampingnya segera bangkit dan menarik tubuh Kelvin, membuatnya terjatuh ke ranjang. Brianna kemudian naik ke pangkuan Kelvin dan mulai membuka pakaian, menunjukkan siluet tubuhnya yang anggun. Kelvin tersenyum, membiarkan Brianna memberikan kelembutan pada bibir dan leher nya, sambil perlahan melepaskan pakaian yang dikenakan. Brianna dengan lembut membuka satu persatu pakaian Kelvin, kemudian dengan penuh perhatian menyusuri setiap inci tubuh Kelvin dan memberikan kelembutan pada bibirnya.

Gairah di tubuh nya amat sulit di kendalikan,

Untuk pertamakalinya Kelvin mau menyambut ciuman dari seorang wanita. 

"Oh shit, dia benar benar menggoda," ucap Kelvin tak tahan dan segera membanting tubuh Brianna kemudian melancarkan aksinya.

Malam ini keduanya berolahraga hingga berkali kali sampai akhirnya mereka kelelahan dan terkapar dengan posisi masih saling memeluk hingga pagi, Brianna dan Kelvin sama sama saling memuaskan dan terpuaskan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!