Salah Kamar 2

Tangan Amanda mencengkram kuat pundak pria yang sedang mengungkungi dirinya, saat ia merasakan benda keras mencoba masuk ke dalam area intinya, rasanya aneh dan begitu sakit.

Ingin berhenti, tetapi Amanda mengingat bagaimana kedua orang yang ia percaya sudah mengkhianatinya membuat Amanda tidak bisa berpikir jernih.

"Pelan-pelan," pinta Amanda. "Aaaaa, sakit, hik ... hik ... hik ..." Amanda menangis saat merasakan tubuhnya seolah terbelah menjadi dua.

Amanda tidak tahu pasti apa yang telah terjadi, tetapi ia bisa merasakan miliknya begitu penuh. Rupanya milik pria itu sudah sepenuhnya masuk ke dalam tubuhnya.

"Kau benar-benar masih perawan." Pria itu menyeringai puas.

"Sudah aku katakan untuk pelan-pelan. Sakit tahu," racau Amanda di sela isak tangisnya.

"Kamu pikir hanya kamu saja yang merasakan sakit, mm?" bisik pria itu.

Si pria juga merasakan sakit saat juniornya dihimpit oleh milik Amanda yang masih sangat sempit.

"Jika aku tahu rasanya sesakit ini, aku tidak mau melakukannya," ucap Amanda mengusap air mata.

"Kamu yang memaksaku dan aku sudah mengatakan sebelumnya, jangan mencoba menghentikan aku di tengah jalan," ujar pria itu.

"Lalu selanjutnya apa? Apa kamu akan diam saja di atasku seperti ini?" tanya Amanda disela tangisannya.

"Cerewet!" Pria itu membungkam mulut Amanda dengan bibirnya, memagutnya dengan begitu lembut, seolah bibir Amanda barang yang mudah rapuh dan dia tidak ingin merusaknya.

"Ah!" Amanda mulai mendesah saat pria itu mulai menjelajahi setiap inci tubuhnya. Rasa sakit pun mulai memudar.

Setelah beberapa saat kemudian pria itu mulai bergerak, mulai mendesah merasakan kenikmatan dari himpitan milik Amanda. Rupanya bukan hanya pria itu, Amanda juga mulai menikmati permainan itu. Rasa sakit dan aneh yang awalnya Amanda rasakan berganti dengan rasa nikmat yang sulit untuk dirinya jabarkan.

Kelembutan dari sentuhan pria itu membuat Amanda terbuai, membuat Amanda kehilangan akal sehatnya. Kedua tangan Amanda merangkul leher, juga mengusap rambut pria itu yang terasa begitu lembut, membiarkan pria itu menghisap dadanya layaknya seorang bayi.

Amanda hanya bisa terus mendesah menikmati sentuhan pria itu. Ia mulai paham ucapan temannya, mengapa mereka ketagihan untuk kembali melakukan dosa terindah itu.

Hingga tidak tahu sudah berapa lama mereka bergulat di atas ranjang, keringat mulai membanjiri tubuh keduanya, tetapi tidak ingin mengakhiri permainan itu dengan cepat, hingga Amanda merasakan tubuhnya berguncang semakin cepat daj juga merasakan sesuatu yang ingin keluar dari dalam tubuhnya. Setelahnya erangan panjang keluar dari mulutnya juga si pria. Ekspresi keduanya sama-sama puas setelah mencapai puncak kenikmatan bersama-sama. Si pria memeluk erat tubuh Amanda seolah ingin menyatu lebih dalam lagi.

Tubuh si pria ambruk di atas tubuh Amanda dengan napas yang tersengal-sengal, meskipun begitu ia merasa sangat terpuaskan.

Keduanya masih berada dengan posisi yang sama, berlomba meraup udara untuk mengisi pasokan oksigen yang semakin menipis di dalam paru-paru mereka.

"Enak, mm?" tanya si pria pada Amanda setelah napas mereka kembali normal. Amanda mengangguk masih dengan mata yang terpejam. "Mau lagi?" tawar si pria.

"Mau, tapi aku cape," jawab Amanda tanpa sadar.

"Kalau begitu kamu diam saja, aku yang akan ambil kendali," bisik si pria.

Amanda kembali mengangguk, tidak lama tubuhnya kembali berguncang dan juga kembali merasakan kenikmatan yang luar biasa. Entah berapa banyak si pria mengeluarkan cairan kehidupannya di tubuh Amanda.

Keesokan harinya Amanda terbangun oleh suara alarm, merasa sangat terganggu Amanda dengan cepat mematikannya. Namun, sayangnya dirinya tidak bisa tidur lagi.

"Oh my God, kepalaku!" Amanda bergumam sembari memegangi kepalanya yang terasa berat.

Perempuan itu kembali memejamkan mata dengan erat, setelahnya membukanya kembali. Meskipun rasa pening di kepalanya belum mereda, Amanda mencoba untuk bangun, menyeret tubuhnya menjadi bersandar di kepala ranjang, sesekali meringis di setiap gerakannya, ia merasakan nyeri bukan hanya di kepala tetapi juga di area intinya.

Amanda tidak langsung beranjak dari tempat tidur, berdiam diri untuk mengumpulkan kesadarannya. Setelah beberapa saat dan kondisinya sudah lebih baik, Amanda menoleh ke samping, matanya membulat melihat seorang pria tidur di sampingnya dengan posisi membelakangi dirinya. Pada saat itu Amanda baru teringat kejadian semalam, bayangan pergulatan panas itu berkumpul menjadi satu di benaknya.

Segera Amanda menutup mulut dengan kedua tangannya menahan diri untuk tidak berteriak. Masih dalam keadaan panik, Amanda membuka selimut, melihat tubuhnya telanjang tanpa sehelai benang sama halnya dengan pria itu. Setelah itu pandangannya mengarah pada pakaian miliknya yang berserakan di lantai.

Perlahan Amanda beranjak dari tempat tidur, berusaha untuk tidak menimbulkan suara agar tidak membangunkan pria asing itu. Gerakannya terhenti ketika pandangannya tidak sengaja melihat bercak darah di seprei.

"Hilang sudah," batinnya.

Amanda menggeleng cepat, percuma menangisi hal yang sudah terjadi. Segera Amanda memunguti pakaiannya lantas memakainya kembali, berpikir untuk segera pergi dari tempat itu. Namun, suara seorang pria membuat gerakannya terhenti.

"Mau ke mana kamu?" tanya pria.

Amanda berbalik, matanya membuka melihat si pria berdiri membelakangi dirinya sembari melilitkan handuk ke pinggangnya. Saat pria itu berbalik, Amanda melongo, jantungnya memompa begitu cepat melihat betapa tampan pria itu ditambah dengan bentuk tubuh yang nyaris sempurna. Mata Amanda bahkan tidak berkedip barang sedetik pun, tidak ingin meletakan pemandangan indah di hadapannya.

Amanda tiba-tiba membayangkan saat mereka bercinta semalam, bagaimana pria itu menyentuhnya, menciumnya dengah lembut membuat dirinya tidak berhenti mendesah.

"Mau ke mana?" tanya pria itu membuat khayalan Amanda buyar.

Amanda mengedipkan mata mencoba menetralkan perasaan gugupnya, juga menghilangkan pikiran-pikiran kotor di kepalanya.

"A-aku mau pulang," jawab Amanda mendadak gagap lantaran gugup.

"Enak saja," ujar pria itu dengan nada berat yang terdengar tegas. Kedua yang tangan pria itu berada di pinggangnya, menatap Amanda dengan tajam, membuat wanita itu kesulitan untuk bernapas. "Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan padaku semalam."

"A-apa?" Amanda gugup mendengar perkataan pria itu. "Tanggung jawab?" Mata Amanda berkedip diikuti ekspresi terkejut. "Aku yang sudah kehilangan mahkotaku, kenapa jadi kamu yang meminta tanggung jawab?"

Amanda bertolak pinggang sembari menatap pria itu dengan tatapan heran lantas merogoh tas untuk mengambil ponselnya. "Aku akan membayarmu lebih. Berikan nomor rekeningmu."

"Kamu pikir aku pria sewaan?"

"Apa kamu lupa semalan aku sudah menyewamu?"

Tatapan pria itu semakin tajam membuat Amanda merasa takut. Amanda ingin segera pergi dari tempat itu maka Amanda memilih untuk memberikan kartu debit kepada pria itu. "Di sini ada uang tabunganku, ada sekitar lima belas juta. Ambilah dan biarkan aku pergi."

"Aku mohon!" Amanda memohon dengan menyatukan tangannya.

KRAK

"Aaa, kartuku!" Amanda memekik lantaran pria itu mematahkan kartu debitnya hanya dengan mengenggam saja.

"Awas saja jika kamu berani kabur. Akan kuremukkan tulang-tulangmu!" ancam pria itu membuat tubuh Amanda bergetar.

Terpopuler

Comments

Moh Rifti

Moh Rifti

next

2025-05-29

1

Indriani Kartini

Indriani Kartini

mantul

2025-05-28

1

Cindy

Cindy

lanjut kak

2025-05-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!