Menyewa Lelaki

"Eh, tunggu! Lisa kita mau ke mana?" tanya Amanda.

"Ngobrol," jawab Lisa tanpa menghentikan langkahnya.

"Tapi ... apa harus di sini?"

Amanda merasa canggung ketika memasuki tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang sedang menari, minum, bahkan sesekali Amanda melihat seorang laki-laki dan perempuan tengah berciuman, rasanya benar-benar tidak nyaman. Ditambah musik keras yang iramanya menusuk telinga, bahkan jantungnya ikut bergetar oleh suara musik itu.

Amanda ingin keluar dari tempat itu, tetapi Lisa tidak memberinya kesempatan untuk melakukannya.

"Lisa, ayo keluar!" Amanda bicara sambil berteriak.

"Jangan katakan kamu belum pernah masuk ke club malam, Amanda," ujar Lisa.

"Apa? Kamu bicara sesuatu, Lisa?" tanya Amanda. Kerasnya musik di tempat itu membuat Amanda tidak dapat mendengar suara Lisa.

Pada akhirnya keduanya masuk lebih dalam lagi ke tempat itu, Amanda hanya bisa pasrah.

Lisa lantas menarik Amanda ke meja bar, sedikit jauh dari lantai dansa. Mereka melanjutkan obrolan di sana. Tidak lupa Lisa memesan minuman untuk mereka pada bartender di sana.

"Untuk apa kita ke sini. Jika ingin mengobrol kita cari tempat lain saja," ucap Amanda seraya melihat ke sana kemari merasa canggung dan tidak nyaman berada di tempat itu.

"Amanda, apa kamu belum pernah masuk ke club malam?" tanya Lisa.

Amanda menjawab dengan menggelengkan kepala, membuat Lisa tertawa.

"Ya ampun Amanda, kamu masih sangat lugu rupanya," ujar Lisa.

"Dan kau berubah begitu drastis dari sikap dan juga penampilan kamu. Aku tadi hampir tidak mengenalimu jika saja aku tidak melihat tahi lalat di bawah hidungmu," balas Amanda disambut kekehan oleh Lisa. "Kamu sering ke tempat ini?"

Lisa mengangguk untuk merespon pertanyaan Amanda. "Ya, aku bekerja di sini."

"Pekerjaan apa yang kamu bisa lakukan di tempat ini?" tanya Amanda.

"LC."

"What?"

"Pekerjaan ini penghasilannya lumayan, Amanda. Kamu tahu beban apa yang aku tanggung selama ini," jelas Lisa.

"Apa tidak ada pekerjaan lain yang bisa kamu lakukan selain ini?" tanya Amanda, ekspresi wajahnya begitu prihatin.

"Untuk saat ini belum," jawab Lisa.

Amanda hanya mengulas senyuman, tanpa mengatakan apa pun lagi.

"Lupakan tentang aku, sekarang ceritakan tentang dirimu sendiri," ujar Lisa. "Tapi sebelum itu minumlah."

Lisa memberikan minuman yang sama dengannya kepada Amanda, lantas bersulang. Lisa menghabiskan minuman itu dalam sekali tenggak. Berbeda dengan Amanda, saat minuman itu baru menempel di lidahnya, ia buru-buru menjauhkan dari mulutnya. Amanda menarik lengan Lisa, lantas berbisik di telinga perempuan itu, "minuman apa ini? Kenapa rasanya tidak enak sama sekali."

Bukannya menjawab, Lisa justru tertawa, membuat Amanda merasa kesal. "Awal minum memang rasanya tidak enak, tapi rasanya akan nikmat setelah kamu sering meminumnya."

"Aku tidak berminat untuk meminumnya lagi," ujar Amanda ketus, sembari menjauhkan minuman itu darinya, membuat Lisa kembali tertawa.

"Baiklah, lupakan tentang minuman. Sekarang katakan padaku kenapa kamu menangis?" tanya Lisa.

Amanda tidak langsung menjawab pertanyaan Lisa, ekspresi wajah pun tiba-tiba berubah, rasanya malas ketika harus mengingat kembali hal menjijikan itu.

"Amanda, are you okey?" Lisa mengenggam pergelangan tangan Amanda membuat Amanda tersentak kaget. "Ada apa?"

Amanda mengela napas berat sebelum menceritakan apa yang terjadi dengannya. "Aku tidak tahu apakah aku harus menangis, tertawa, atau kesal. Aku baru saja memergoki kekasih dan sahabatku berselingkuh, bahkan aku melihat mereka bercinta."

Lisa terdiam dengan ekspresi bingung, antara ingin tertawa atau iba. Having s*x bukan lagi hal baru baginya, tetapi mungkin tidak bagi Amanda. Akan tetapi sebagai sesama perempuan pastilah Lisa memahami perasaan Amanda, ia mengerti bagaimana sakitnya dikhianati.

"Sabarlah, Amanda. Laki-laki di dunia ini bukan cuma dia saja. Masih banyak laki-laki yang mungkin jauh lebih baik darinya," ujar Lisa.

"Ya, hanya saja rasanya sangat sakit. Dikhianati oleh orang-orang yang kita percaya," balas Amanda.

"Aku mengerti perasaanmu. Aku menjadi seperti ini juga berawal dari sebuah pengkhianatan," aku Lisa membuat Amanda meringis.

"Halo, Sayang."

Obrolan mereka terhenti oleh suara seseorang. Amanda dan Lisa menoleh ke asal suara, mereka melihat seorang laki-laki berjalan ke tempat mereka.

"Hai."

Mata Amanda membulat melihat Lisa tiba-tiba berciuman dengan seorang laki-laki di tempat umum tanpa rasa malu, mereka seolah menikmatinya tanpa ada rasa terganggu sedikit pun.

Melihat pemandangan itu membuat Amanda menelan air liurnya sendiri untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak mengering, lantas berpaling, melihat ke arah lain, merasa malu sendiri melihat Lisa dan laki-laki itu berciuman.

Setelah beberapa saat, ciuman itu berakhir, membuat Amanda merasa lega, ia mampu kembali bisa bernapas dengan normal.

"Siapa dia?" tanya si pria membuat Amanda gugup.

"Teman lama," jawab Lisa lantas pandangannya mengarah pada Amanda. "Amanda kenalkan dia Andrew, kekasihku."

"Oh, Hai," sapa Amanda canggung.

"Hai, aku Andrew." Andrew mengulurkan tangannya ke hadapan Amanda dibalas oleh Amanda.

"Aku, Amanda," balas Amanda.

Pandangan Andrew beralih kembali pada Lisa sekali lagi mencium bibir Lisa, tapi hanya kecupan singkat. "Baiklah kamu ngobrol dulu dengan temanmu ini, tapi nanti malam jangan lupa layani aku."

"Okey, Baby," balas Lisa.

Andrew lantas meninggalkan tempat itu membuat kecanggungan di dalam diri Amanda mereda. Pandangan Amanda lantas mengarah pada Lisa, menyipitkan mata, menatap perempuan itu dengan tatapan penuh tanya bercampur rasa tidak percaya.

"Lisa, apa kamu sering melakukan ini?" tanya Amanda.

"Hmm, bahkan kami sering menghabiskan malam bersama," jawab Lisa tanpa ragu.

"Maksudmu?" tanya Amanda dengan kening yang mengerut

Lisa memberikan isyarat pada Amanda untuk mendekat, setelah Lisa mendekatkan bibirnya ke dekat telinga Amanda, lantas membisikan sesuatu, "aku sudah tidak perawan."

Mata Amanda terbelalak lantas, menarik dirinya dengan cepat, kemudian menatap Lisa, dengan tatapan tidak percaya. "Ya ampun, Lisa. Kamu serius?"

"Hmm." Lisa bergumam untuk merespon pertanyaan Amanda.

Tiba-tiba Amanda diam, memikirkan banyak hal. Apa melakukan hubungan suami istri sebelum menikah sudah menjadi hal yang wajar?

"Kenapa malah melamun?" Lisa menjentikan jarinya membuat lamunan Amanda buyar. "Apa yang kamu pikirkan?"

Sebelum menjawab pertanyaan Lisa, ponsel Amanda lebih dulu berdering. Fokus Amanda beralih pada ponselnya, mengambil benda pipih itu dari dalamnya. Rupanya ada notifikasi pesan masuk, dari Jolie, sebuah pesan suara.

Amanda yang merasa penasaran membuka pesan itu, matanya terbelalak, begitu juga dengan Lisa mendengar isi pesan itu. Terdengar suara desahan laki-laki dan perempuan yang sedang bercinta. Setelah itu muncul satu pesan lagi dari Jolie. Amanda membacanya dengan penuh rasa kesal.

Kekasihmu sangat menikmati kebersamaan kami. Bahkan kami melakukannya sampai empat kali. Kekasihmu sangat kuat.

Amanda meletakan ponselnya ke atas meja bar lumayan keras hingga menimbulkan suara. Setelah itu mengambil minuman yang awalnya tidak ia pedulikan, menghabiskannya dalam sekali tenggak, tidak memperdulikan rasa pahit dan panas di tenggorokannya.

"Lisa," panggil Amanda dengan ekspresi kesal.

"Ya," sahut Lisa.

"Carikan laki-laki yang mau menghabiskan malam denganku."

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

gila juga Amanda, knp harus ke bar sih, trus minum lagi

2025-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!