"Lisa carikan aku laki-laki yang mau menghabiskan malam denganku!" pinta Amanda tiba-tiba.
"Uhuk uhuk!" Lisa tersedak minumannya saat mendengar permintaan Amanda. "Kamu serius?" tanya Lisa setelah keadaannya membaik.
Amanda mengangguk sembari berucap, "akan aku tunjukkan pada mereka, aku juga bisa melakukan hal yang sama."
TAP
Amanda meletakan gelas ke atas meja dengan sedikit keras, hingga menimbulkan suara. "Tambah minumannya lagi!"
"Tambah minuman? Kamu bisa mabuk, Amanda!" peringat Lisa.
"I don't care," ujar Amanda. "Jika itu bisa menghilangkan rasa sakit di hatiku, kenapa tidak."
Lisa sangat memahami kondisi Amanda, pikiran Amanda pasti sangat kacau saat tahu dirinya sudah dikhianati oleh sahabat juga kekasihnya sendiri. Ia lantas meminta bartender untuk memberikan minuman lagi, tetapi minuman yang berbeda dengan kadar alkohol rendah.
"Ini." Lisa terkejut saat Amanda mengambil minuman itu dengan cepat, matanya pun dibuat melotot saat Amanda kembali menghabiskan minuman itu dalam sekali tenggak. "Slow girl!"
Amanda mendengarkan? Tentu tidak.
Lisa mulai khawatir dengan temannya itu, apalagi melihat Amanda mulai terpengaruh oleh minuman yang dua minum. "Kamu baik-baik saja?"
"Aku tidak tahu," jawab Amanda. Suaranya mulai tidak jelas. "Oh iya, berapa yang harus aku bayar untuk menyewa seorang pria di sini?"
"Mungkin lima jutaan," jawab Lisa.
"Kalau begitu aku mau," ujar Amanda.
"Jangan gila, kamu mabuk Amanda. Sebaiknya aku antar kamu pulang. Tunjukkan di mana alamat rumahmu?" tanya Lisa.
"Aku tidak apa. Aku tidak mau pulang," ujar Amanda.
"Amanda, kamu mabuk. Bicaramu jadi ngelantur," ucap Lisa.
"Aku baik-baik saja. Cepat carikan aku pria itu," ujar Amanda dengan suaranya yang mulai melantur.
"Tapi —"
"Kalau kamu tidak ingin mencarikan, aku akan cari sendiri." Amanda ingin pergi, tetapi Lisa langsung mencegahnya.
"Tunggu tetap di sini! Biar aku yang carikan." Lisa lantas pergi dari meja bar, menemui Andrew untuk meminta bantuannya. "Di mana Andrew?" tanya Lisa pada dirinya sendiri. Ia pun mengedarkan pandangannya dan menemukan Andrew sedang bicara dengan salah satu pekerja di tempat itu. Segera Lisa mengayukan langkah ke tempat Andrew berada. "Andrew, aku butuh bantuanmu."
"Pergilah!" Andrew mengibaskan tangannya, memberikan isyarat pada anak buahnya untuk pergi. Setelah itu pandangannya beralih pada Lisa. "Ada apa sayangku?"
Lisa langsung memberikan jawaban dengan berbisik di telinga Andrew.
"Baiklah," ucap Andrew setelah Lisa selesai bicara.
Andrew lantas mengangkat tangannya memanggil seorang pria yang memang sering disewa oleh para wanita. Tidak lama pria itu pun datang ke tempat mereka.
"Malam ini temani wanita itu." Andrew menunjuk ke arah Amanda.
"Tapi ingat satu hal, jangan kamu apa-apain dia. Kamu cukup temani dia saja. Jika kamu melakukan itu padanya, aku akan menghabisimu," ancam Lisa.
"Beres." Pria itu mengacungkan ibu jarinya.
"Sekarang pergilah! Temani dia!" perintah Andrew, yang langsung dianggukki oleh si pria. Pandangan Andrew beralih pada Lisa, merangkul pinggang wanitanya lantas menepuk pahanya, mengisyaratkan pada Lisa untuk duduk di sana. "Duduklah!"
Lisa mengangguk tanpa protes sedikit pun. Ia lantas duduk di atas pangkuan Andrew dengan kedua tangan melingkar di leher pria itu. "Kamu yakin dia bisa dipercaya?"
"Tentu, kamu tenang saja," ujar Andrew.
"Temanmu sudah pergi, bagaimana kalau kita pergi. Aku sudah tidak sabar dengan pelayanananmu," ajak Andrew lirih.
"Hmm, ayo," balas Lisa.
Sebelum pergi, Lisa lebih dulu melihat ke arah Amanda, temannya dipapah oleh seorang pria bayaran. Ia sedikit khawatir dengan teman lamanya itu. Lisa hanya berharap Amanda akan baik-baik saja.
"Ayo, Sayang," ajak Andrew.
"Iya," sahut Lisa lirih.
Lisa dan Andrew lantas pergi ke kamar yang memang disediakan untuk pengujung club malam di lantai atas.
Lisa memang berkerja sebagai LC, tetapi hanya sekedar menemani minum, tidak lebih dari itu. Akan tetapi tidak saat bersama Andrew, Lisa bukan hanya sekedar menemani minum, tetapi lebih dari itu. Hanya Andrew yang boleh menyentuhnya lebih, sebab dia yang mengelola tempat itu.
Sementara itu Amanda mengobrol bersama pria bayarannya. Hanya sebentar, Amanda yang terpengaruh oleh minuman mulai kehilangan pandangannya, kepalanya pun terasa berat.
"Bisa kita pergi sekarang!" ajak Amanda.
"Ayo," balas pria itu.
Amanda mencoba berdiri, tetapi kehilangan keseimbangan. Ia hampir jatuh, beruntung pria bayarannya menahan tubuh Amanda.
"Ayo, aku akan membantumu." Pria itu memapah tubuh Amanda menuju lantai atas, tetapi dalam perjalanan seorang wanita memanggilnya. "Aku ada urusan sebentar, tunggu di sini."
"Tidak-tidak, aku langsung ke kamar saja," tolak Amanda. "Kamu tunjukkan saja di mana kamarnya," pinta Amanda.
"Baiklah, kamarnya ada di ujung lorong nomor lima," jawab pria itu.
"Baiklah." Amanda berjalan sempoyongan, tetapi mencoba membuat dirinya tetap sadar. Ia berjalan sambil berpegangan pada dingin, hingga sampai di ujung lorong. "Kamarnya yang mana ya? oh iya nomor lima."
Amanda membuka pintu kamar itu, tetapi pandangannya yang mulai kabur membuatnya salah masuk kamar, bukan kamar nomor lima, Amanda justru masuk ke kamar nomor enam yang ada tepat di sebelah kamar nomor lima.
"Aduh, kepalaku pusing," racau Amanda. "Di mana tempat tidurnya?" Amanda kembali berjalan, kedua tangannya ke depan mencoba meraih sesuatu.
DUK
"Aww!"
Kaki Amanda menabrak sesuatu hingga membuatnya terjatuh dengan posisi tengkurap, beruntung ia jatuh di atas tempat tidur.
Amanda membalik posisi tidurnya, meringis sembari memegangi kepalanya. Bersamaan dengan itu dirinya mendengar suara pintu terbuka, ingin bangun tetapi tidak bisa, kepalanya terasa begitu berat.
"Sedang apa kamu di sini?"
"Apa?" Amanda samar-samar mendengar suara seorang pria.
"Sedang apa kamu di sini!" tanya pria itu sekali lagi.
"Hei, kamu lupa kalau aku sudah menyewamu?" balas Amanda.
"Menyewaku?"
"Iya." Amanda bangun, mengambil posisi duduk, itu pun dengan susah payah. Beberapa kali Amanda membuka dan memejamkan kembali matanya untuk membuat dirinya tetap sadar.
Amanda melihat seseorang berdiri tepat di hadapannya, meskipun tidak terlalu jelas. Pria itu bertelanjang dada hanya memakai handuk yang melilit di pinggangnya.
"Cepat lakukan!" ucap Amanda dengan suaranya kas orang mabuk.
"Lakukan apa?" tanya pria itu.
Amanda tertawa kecil lantas berdiri, tetapi tubuhnya kehilangan keseimbangan. Beruntung pria itu menahan tubuh Amanda membuat wanita itu tidak jatuh ke lantai.
"Aku menyewamu untuk menghabiskan malam denganku," ucap Amanda. "Lakukan segera."
Kening pria itu mengernyit. Awalnya tidak tahu maksud ucapan Amanda, tetapi beberapa saat kemudian, pria itu menyeringai licik tahu arah pembicaraan Amanda. Pria itu lantas menekan pinggang Amanda, membuat tubuh mereka menempel, nyaris tidak ada jarak, membungkuk, mensejajarkan mulutnya dengan telinga Amanda. "Jangan menyesal setelah ini?"
"Hmmm," gumam Amanda lirih nyaris tidak terdengar.
Pria itu mendorong tubuh Amanda ke tempat tidur, lantas mengungkungi wanita itu. "Jangan hentikan aku di tengah jalan."
"Aku janji," ucap Amanda setengah meracau.
Pria itu kembali menyeringai dan mulai menjelajahi setiap inci tubuh Amanda, membuat Amanda mulai terangsang. Wanita itu terus mendesah, tubuhnya bergerak seperti cacing kepanasan.
"Milikmu sudah basah. Kita langsung ke intinya."
"Hah, apa?" tanya Amanda.
"Aku mulai sekarang," bisik pria itu.
"Hmmm," sahut Amanda. "Tapi tolong pelan-pelan. Ini pertama kali untukku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments