Bab 3

Siang harinya ...

Dev sekeluarga sudah berkumpul di teras rumah mereka dengan beberapa barang yang akan mereka bawa.

Mereka sedang menunggu mobil pak Rama datang, karena setiap ke kota mobil pak Rama akan melewati rumah Yumna.

Setelah menunggu beberapa menit mobil pak Rama pun datang dan, berhenti tepat di depan pagar kayu rumah Yumna.

"Dev ... maaf yaa, tiba-tiba Sinta juga ibunya ingin ikut ke kota jalan-jalan."

"Gak papa kan kalo kalian di belakang saja?" tanya Pak Rama.

Dev menoleh sejenak ke arah istrinya juga, Andia.

Keduanya bersama-sama mengangguk tanda bahwa mereka pun tidak keberatan.

"Iya, gak papa Pak Rama, bisa menumpang di mobil Pak Rama saja sudah alhamdulillah," jawab Dev.

Dev membantu Andia terlebih dahulu untuk naik ke atas mobil pickup milik pak Rama, setelah itu barulah ia membantu istrinya naik.

Ketiganya duduk bersama di bagian belakang mobil pickup, bersama dengan beberapa kotak fiber berisi ikan segar juga beberapa karung sayuran segar milik pak Rama.

Andia sama sekali tidak merasa risih atau malu karena dirinya duduk di bagian belakang mobil bersama kedua orang tuanya.

Ketiganya duduk dengan santai di bagian belakang mobil sambil bercerita juga bersenda gurau.

Jarak tempuh dari desa mereka ke pusat kota hanya berkisar kurang lebih 2 sampai 3 jam saja, tergantung dari keadaan lalu lintas yang mereka lewati juga kecepatan laju mobil yang mereka tumpangi.

"Ayah, Ibu, gak langsung pulang ke desa, kan?" tanya Andia.

"Aku takut, Yah," ucap Andia lagi.

"Apa yang kamu takutkan, Nak?" Dev bertanya, tangannya membelai kepala putrinya.

"Ini kan pertama kali Andia jauh dari Ayah juga Ibu, pasti rasanya akan sangat berbeda Andia pasti kesepian."

"Apa Ayah dan, Ibu gak bisa ikut Andia pindah ke kota?" tanya Andia.

"Tapi pekerjaan Ayah ada di desa."

"Kalo kita bertiga hidup di kota pasti biayanya akan sangat mahal."

"Sementara di desa untuk sayuran kita bisa ambil dari hasil kebun di belakang rumah dan, untuk ikan Ayah selalu dapat jatah selesai bekerja di pelelangan."

"Andia bisa kerja sambil kuliah, Yah," timpal Andia.

"Gak! Kamu gak boleh kerja, itu tugas Ayah sebagai kepala keluarga, kamu cukup fokus sama impian kamu," ucap Dev.

"Ayah masih sanggup bekerja untuk kalian berdua." Dev menatap bergantian Andia juga Yumna.

"Percaya sama Ayah juga Ibu yaa, Nak. Akan ada saatnya kamu pun akan berusaha juga berjuang sendiri nantinya."

"Hidup di kota tidak sama seperti di desa, Nak, jangan percaya dengan siapapun selain Ayah dan, juga Ibu."

"Apalagi jika mereka mengiming-imingi pekerjaan dengan gaji yang besar, kami masih mampu untuk membiayai segala keperluan kamu selama kuliah di kota," ucap Yumna.

Andia menatap haru kedua orang tuanya bergantian, Andia pun merangkul sang ayah juga juga ibunya, ketiganya saling berpelukan.

Tidak terasa mereka sudah menempuh perjalanan selama 2 jam lebih, karena rute Dev lebih dulu, pak Rama pun menurunkan Dev sekeluarga terlebih dahulu.

Dev tertegun melihat keadaan kota yang sudah lama ia tinggalkan ia merasakan debaran yang aneh di hatinya.

Tiba-tiba saja terbesit di hatinya, ingin melihat keadaan kedua orang tuanya juga kakek serta neneknya.

Dulu ... Dev pergi dari rumah karena rasa emosinya terhadap sang nenek juga ibunya.

Dev menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghalau apa yang ada di dalam kepalanya. Dev berusaha memfokuskan dirinya lagi hanya untuk keluarga kecilnya.

Yumna yang melihat tingkah suaminya pun langsung membelai lembut sisi pundak Dev.

Dev menoleh sejenak ke arah Yumna dan, memberikan senyuman terbaiknya.

Dev sangat menyukai kepekaan yang Yumna miliki.

"Yah ... kita mau kemana?" tanya Andia.

"Kita cari kontrakan, alamatnya sudah benar di sini, ayo kita jalan lagi." Dev melihat secarik kertas yang berisikan alamat.

"Kontrakannya gak jauh dari kampus kamu, jadi nanti kamu bisa jalan kaki ke kampus, Nak."

"Ayah tanya sama pak Burhan, si Mirna juga ngontrak di tempat yang sama dengan kamu."

"Berarti, Ayah tau dari pak Burhan soal kontrakannya?" tanya Andia.

"Iya ,,, Ayah percaya Mirna bisa bantu untuk memperhatikan kamu juga menjaga kamu selama kamu di kota."

"Kalian harus saling menjaga juga memperhatikan satu sama lain yaa," ucap Dev.

Andia mengangguk tersenyum, menanggapi ucapan ayahnya sembari ia terus melihat ke kanan dan juga ke kiri, memperhatikan keadaan di sekitarnya.

Ada rasa khawatir di dalam hati Andia, ia takut jika nanti dirinya akan mengecewakan kedua orang tuanya, ia khawatir apakah dirinya akan mampu berjuang juga menyelesaikan pendidikannya seorang diri tinggal di kota, tempat baru yang sama sekali belum ia ketahui bagaimana seluk beluknya.

Setelah berjalan beberapa meter, Dev pun akhirnya menemukan alamat rumah kontrakan yang di tuliskan oleh pak Burhan untuknya.

Sebelum masuk ke dalam halaman rumah kontrakan Dev memperhatikan keadaan sekitarnya, Dev melihat bangunan yang ada di depannya lebih cocok jika di katakan kosan dari pada kontrakan, karena terdiri dari beberapa petak yang tidak terlalu besar.

"Lokasinya strategis, Mas. Ini pasti mahal perbulannya apalagi letaknya di pinggir jalan kaya gini, aksesnya mudah ke mana-mana," ucap Yumna.

"Mas udah tanya sama pak Burhan, Sayang ... uang yang terkumpul cukup untuk membayar sewanya sampai 6 bulan ke depan."

"Ayo masuk." Dev merangkul pundak istri juga anaknya, menuntun agar kembali berjalan masuk ke dalam area rumah kontrakan tersebut.

Dev membuka pagar tinggi yang menutupi beberapa petak rumah kontrakan yang ada di dalamnya.

Ketiganya pun masuk bersama-sama, setelah itu Dev kembali menutup pintu pagarnya.

Sementara itu pemilik rumah kontrakan tersebut yang sudah di beritahu oleh pak Burhan melihat dari CCTV kedatangan Dev sekeluarga, ia langsung keluar dari dalam rumah pribadinya sendiri. Menghampiri Dev sekeluarga.

"Selamat sore, Pak Dev yaa." Ucap Pak Setyo mengulurkan tangannya mengajak Dev berjabat tangan.

"Iya Pak, benar. Saya Dev."Dev menerima uluran tangan Pak Setyo, keduanya pun berjabat tangan.

Sementara Yumna juga Andia hanya tersenyum saja.

"Mari, biar saya antarkan melihat ke unit kos yang kosong." Pak Setyo mempersilahkan Dev sekeluarga untuk berjalan ke arah unit kos yang akan di tempati oleh Andia.

Mereka berjalan melewati beberapa pintu unit kos. Milik Andia berada di paling ujung, karena hanya unit tersebut yang tersisa.

Dev sekeluarga sabar menunggu pak Setyo yang sedang membuka pintu unit kos tersebut.

"Silahkan masuk," ucap Pak Setyo.

Andia tertegun melihat keadaan di dalam kos yang akan ia tempati.

Ia berpikir dirinya akan tinggal di tempat yang sangat sederhana, ia berpikir tempat tinggalnya selama di kota hanya sepetak ruangan dengan kasur lantai juga bantal.

Tapi ternyata Andia salah, kedua orang tuanya memberikan tempat tinggal yang terbaik dan juga sangat nyaman untuknya.

Andia melambatkan langkahnya,ia menghapus butiran bening yang berhasil lolos di salah satu sudut matanya.

"Mas ... ini pasti mahal banget." Yumna berbisik di telinga Dev.

"Bagaimana, Andia suka dengan kos bapak?" tanya Pak Setyo.

Andia hanya mengangguk pelan dan tersenyum.

"Alhamdulillah ,,, kami hanya tinggal mengisi beberapa peralatan yang belum tersedia di sini yaa Pak Setyo," timpal Dev.

"Benar Pak Dev, untuk kasur, kompor, kulkas juga lemari, kami sudah menyediakan nya di semua unit kos milik kami, memang bukan yang mahal, tapi insyaaAlloh semuanya masih berfungsi dengan baik," ucap Pak Setyo.

"Kasurnya pun hanya berbahan busa Pak Dev,lemari pun hanya lemari plastik," ucap Pak Setyo lagi.

"Seperti itu saja sudah alhamdulillah Pak Setyo, apalagi harga perbulannya di sini masih relatif terjangkau," timpal Dev.

"Iya saya dan, juga istri sepakat untuk memberikan kemudahan bagi siapa saja yang ingin tinggal di kos ini."

"Dulu, saya bersama istri pun pernah mengalami yang namanya berjuang bersama-sama sampai bisa memiliki usaha ini, Pak Dev."

"Kami mengingat setiap perjuangan itu, makannya ketika kami di berikan amanah oleh Allah,kami bisa memiliki usaha ini, kami meniatkan memberikan banyak kemudahan untuk setiap yang tinggal di unit kos kami, seperti biaya sewa yang kami sesuaikan dengan standart gaji karyawan restauran dan, sebagainya."

Dev tersenyum manis menanggapi ucapan pak Setyo, ternyata masih ada orang di kota ini yang memiliki hati yang baik seperti pak Setyo.

Karena biasanya seseorang yang tinggal di kota, apalagi pelaku usaha, mereka hanya memikirkan keuntungan untuk diri mereka sendiri ...

Terpopuler

Comments

Lonafx

Lonafx

berada jauh dari orang tua, apalg tinggal di kota, emang kudu hati2, yg utama pandai2 memilih pergaulan

2025-09-03

1

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

☠ᵏᵋᶜᶟˢ⍣⃟ₛ𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ

bner kta bp mu an, biaya hidup di kota tdk sama dg di desa, km harus bljr mandiri, krn tdk selamanya kita bs bersama kedua ortu kita,

2025-08-30

1

@dadan_kusuma89

@dadan_kusuma89

Wah, pak Dev ini benar-benar sangat menyayangi putrinya. Beliau totalitas banting tulang untuk membiyayai putrinya.

2025-08-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!