Setelah berbicara panjang lebar dengan Dev, pak Setyo pun pamit untuk kembali ke rumah miliknya sendiri.
Sebelum berpamitan, pak Setyo menunjukan peraturan-peraturan di kosnya tersebut yang ia tulis dalam secarik kertas dan di tempelkan di dinding luar setiap unit kos.
Dev mengangguk dan juga tersenyum, sesekali menjawab dengan kata "iya" menanggapi semua ucapan pak Setyo.
Dev mengantarkan pak Setyo, setelah itu ia kembali masuk dan menutup pintu kos tersebut.
Dev masuk ke bagian kamar di dalam kos tersebut, Dev melihat Andia yang berdiri dalam diam.
"Gimana, Nak? Kamu suka tempatnya, kan?" Dev menghampiri Andia merangkul pundak putrinya.
Sementara Andia yang sedang melamun terkejut karena sentuhan tiba-tiba dari ayahnya tersebut.
"Ayah ... rasanya ini terlalu berlebihan sebaiknya kita pindah dan cari kos yang biasa aja," ucap Andia lirih.
"Aku gak butuh tempat nyaman ini apalagi kalo di dalamnya gak ada Ayah dan juga ibu."
Yumna berjalan perlahan menghampiri putrinya, menggenggam lembut tangan Andia.
"Sayang ... ini bagian dari bentuk cinta, kasih sayang, dan juga penjagaan dari kami."
"Ibu yakin ayah kamu pasti sudah mencari tau tentang kosan yang lain untuk kamu dan mungkin, di sini lah yang yang paling aman untuk kamu."
"Putri satu-satunya ayah dan juga ibu."
"Ibu yakin ayah gak sembarangan memilihkan tempat, Ibu yakin ayah bukan hanya mempertimbangkan perihal kenyamanan tetapi juga keamanan untuk putri kesayangannya." Yumna menatap lembut wajah Andia.
Andia tidak mampu lagi berkata-kata ia langsung memeluk ibunya, sementara Dev pun ikut memeluk kedua wanita tersayangnya dari belakang.
Mereka bersama-sama mulai mengatur beberapa barang yang mereka bawa, Andia dan juga ibunya mengatur pakaian ke dalam lemari.
Sementara Dev, mengatur beberapa perabotan dapur, seperti piring, penggorengan, panci, gelas dan spatula di dapur mungil yang ada di kos tersebut.
Setelah selesai mengatur semuanya di dapur, kini gantian Dev membentangkan karpet untuk ruang bagian depan dari kos Andia.
Meskipun karpetnya tampak usang, tapi masih bisa berfungsi dengan baik, tidak ada bagian yang robek, hanya warna nya saja yang sudah memudar.
Dev membaringkan tubuhnya sejenak di karpet, memangku kepalanya dengan kedua tangannya sambil menatap langit-langit di ruangan tersebut.
Sementara itu Yumna yang telah selesai membantu putrinya mengatur baju dan juga beberapa buku, ia segera menyusul Dev ke ruangan paling depan di kos tersebut.
Belum sampai di depan Dev, Yumna berbalik ke belakang, berjalan ke ruangan yang menjadi kamar, mengambilkan bantal untuk suaminya.
"Kamu istirahat aja dulu, Ibu sama ayah juga mau istirahat di ruangan depan." Yumna mengambil 2 bantal untuk dirinya dan juga Dev.
Setelah itu, ia kembali berjalan ke ruangan depan, Yumna langsung memberikan bantal untuk Dev.
Dev menerimanya sembari tersenyum manis.
"Udah selesai, Sayang?" tanya Dev.
"Udah, Mas. Andia juga udah aku minta untuk istirahat dulu," jawab Yumna.
"Mas ..." panggil Yumna lirih.
"Hemmm ...."
"Apa, Mas gak punya keinginan untuk nengok kedua orang tua Mas,dan juga nenek?" tanya Yumna.
Dev yang mendengar pertanyaan istrinya tersebut ia bangun dari posisi tidurnya duduk sembari bersandar pada dinding, sementara Yumna pun melakukan hal yang sama dengan suaminya.
"Apa kamu begitu mengkhawatirkan keluarga Mas, Sayang?" Bukannya menjawab pertanyaan istrinya tadi, Dev justru balik bertanya.
Dev menoleh sejenak ke arah Yumna yang juga duduk bersandar di sampingnya.
"Sudah 20 tahun lebih, Mas sama sekali gak pernah bertemu mereka, bahkan Mas pun memutus komunikasi di antara kalian, lupakan yang sudah berlalu Mas, kita tidak boleh menyimpan kebencian dan juga dendam terlalu lama."
"Aku tau, Mas sebenarnya rindu dengan mamah papah dan juga nenek, kan? Aku sudah memaafkan semua perlakuan buruk nenek dan juga mamah ke aku pada saat itu, Mas."
"Mereka hanya melampiaskan rasa kesal dan juga kecewanya ke aku, bagi mereka aku adalah alasan yang membuat Mas membantah mereka dan lebih memilih menikahi gadis biasa seperti aku, yang hanya seorang putri dari nelayan."
"Tapi mereka sudah keterlaluan, Sayang dan Mas gak pernah bisa lupa bagaimana saat itu kamu di perlakukan dengan sangat buruk!" balas Dev dengan intonasi nada yang sedikit tinggi.
"Mas kecewa, seharusnya mamah gak mengulangi hal yang pernah dia dapatkan dulu dari nenek/ke kamu, Sayang."
"Sesama wanita harusnya tau, bagaimana rasanya jika di perlakukan buruk oleh mertuanya sendiri, apalagi sebelumnya/dia pun pernah mendapatkan hal tersebut, semestinya dia tidak melakukan hal yang sama ke menantu dari putranya sendiri."
"Bukannya memutus mata rantai yang buruk, mamah justru kembali mengulangnya ke kamu dan Mas gak bisa terima itu."
"Mas tau, gimana dulu mamah di perlakukan dengan sangat buruk oleh nenek, Mas saksinya dan papah pada saat itu hanya diam, membiarkan nenek memperlakukan mamah dengan buruk, hati Mas rasanya sakit, Sayang."
"Tapi Mas bisa apa, dengan tubuh yang masih kecil pada saat itu, Mas gak punya kekuatan untuk membela mamah."
"Sejak saat itu Mas bertekad, jika Mas memiliki istri dan mendapatkan perlakuan yang sama, Mas akan membela istri Mas, Mas berpikir mamah tidak akan mengulangi hal tersebut, tapi ternyata Mas salah, itulah yang membuat Mas sangat kecewa, Sayang," lirih Dev.
Yumna menatap haru ke arah,Dev. Tiba-tiba ingatan tentang bagaimana Dev dulu membela mati-matian dirinya bahkan rela pergi dan meninggalkan seluruh keluarganya, hanya demi dirinya terputar di depan mata Yumna.
Yumna ingat sejak awal, Dev membawa dirinya masuk ke dalam rumah itu, Yumna sudah di perlakukan buruk oleh nenek dan juga mamah mertuanya, sedangkan papah mertua Yumna saat itu hanya diam saja, ia hanya sibuk dengan buku bacaannya.
Papah mertua Yumna seolah-olah seperti orang yang buta dan juga tuli, meskipun ia melihat dan terkadang mendengar istri juga orang tuanya memaki Yumna, tetapi papah mertua Yumna hanya diam saja.
Sebenarnya pada saat itu, saat Dev mengetahui pertama kalinya bagaimana istrinya di perlakukan di dalam rumahnya, Dev meminta agar Yumna mau ikut dirinya pindah dan tinggal di rumah yang hanya ada dirinya juga Yumna.
Tetapi Yumna selalu menolak dengan alasan dirinya hanya perlu bersabar sedikit lagi sampai nenek dan juga mamah Dev membuka hatinya untuk Yumna juga mau menerima Yumna dengan sepenuh hati.
Terkadang Dev pun berdebat dengan ibu dan juga sang nenek karena dirinya yang selalu saja membela Yumna pada saat itu.
Nenek Dev meminta agar cucunya tersebut sama seperti putranya, yang diam saja saat sang ibu memperlakukan dengan buruk anak menantunya sendiri
Entah pengalaman buruk apa yang dimiliki oleh nenek Dev, sehingga ia memperlakukan menantunya tidak selayaknya, terkadang Dev berpikir apakah mendiang kakeknya pun sama seperti sang papah yang diam saja saat melihat istrinya di perlakukan semena-mena oleh ibu mertuanya sendiri ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Lonafx
ini kayaknya udah turun temurun.. setiap generasi yg mengalaminya menyimpan dendam tersendiri, dan yaa.. melampiaskan pd generasi selanjutnya, tp untung Pak Dev memutus rantai itu.. cuma ya gtu resikonya hubungan dg keluarganya jd terputus jga
2025-09-04
1
@dadan_kusuma89
Mungkin dendam pribadi masih menguasai hati Ibunya pak Dev. Namun tak bisa diluapkan kepada Ibu mertua yg dulu menyakitinya dan tak ada tempat untuk menghempaskan dendam itu. Sehingga dilampiaskan kepada orang lain, yakni menantunya sendiri.
2025-09-01
1
Mouzza Abirama
Sifat itu biasanya timbul karena terlalu membanggakan anaknya, jadi si ibu selalu menutup mata sama kelebihan menantunya, selalu merasa pasangan anaknya tidak pantas bersanding dengannya.
2025-09-05
0